29

477 24 0
                                    


~♡~♡~♡~♡~

Langkahnya Alona arahkan kembali menuju villa. Sepanjang perjalanan pulang dari menemui Paman Doni hanya Alona isi dengan tangisan kesedihannya. Ia begitu takut menjalani segala perintah dari Paman Doni, tapi bagaimana lagi? Pikiran Alona seakan-akan tidak bisa bekerja untuk mencari jalan keluar atas masalah ini. Yang hanya bisa ia lakukan hanyalah pasrah sambil meratapi nasibnya.

Baru saja Alona melangkahkan kakinya masuk ke dalam unit villa, ia langsung melihat Mateen yang sedang memakai sepatu tepat di ruang tengah.

"Hey sayang!" Sapa Mateen

Alona mencoba merekahkan senyumnya agar terlihat bahwa ia baik-baik saja dan seakan-akan tidak ada apapun yang terjadi sebelumnya.

"Saya senang melihat keadaanmu yang sudah membaik dan memutuskan untuk berolahraga di pagi-pagi sekali" Lanjut Mateen

"Kamu ingin kemana?" Tanya Alona karena melihat kekasihnya yang memakai pakaian rapih

"Saya ingin pergi ke peternakan untuk mengecek para kuda. Karena seperti yang kita tahu kalau pertandingan polo akan diadakan beberapa hari lagi" Jawab Mateen

"Ya sudah, saya harus berangkat sekarang. Kamu disini dengan Sabira ya, saya akan pulang nanti agak siang" Sambung Mateen yang langsung mengecup kening Alona dan kemudian pergi dengan Roy serta para bodyguardnya

Alona hanya diam tak bergeming menatap Mateen yang perlahan-lahan hilang dari pandangannya. Cukup lama ia diam berdiri hingga tiba-tiba suara Sabira datang menusuk telinganya.

"Hey, Alona. Kamu sudah pulang?" Sapa Sabira dengan senyum cantiknya

Alona mengangguk. Namun selama beberapa detik ia kembali terdiam karena terpacu pada isi pikiran di kepalanya.

"Sabira, ikutlah denganku" Tanpa terduga Alona langsung menarik tangan Sabira

"Alona ada apa? Kemana kamu ingin membawaku?" Tanya Sabira bingung

"Ke kamarku" Jawab Alona yang masih terus menarik tangan Sabira mengarah ke kamarnya

"Ya, tapi untuk apa?" Sabira masih terus bertanya

Hingga akhirnya Sabira diam tak bergeming ketika ia baru saja memasuki kamar kekasih Mateen ini. Langkah kakinya Sabira dekatkan pada sebuah kain berbalut warna putih yang tergantung rapih di dekat lemari. Ya, Sabira melihat gaun pernikahan itu.

"Alona....?" Sabira tak meneruskan ucapannya. Ia masih begitu terkejut melihat apa yang sedang ia lihat saat ini.

"Ya, Sabira. Inilah yang ingin ku beritahukan kepadamu"

"Alona, kalian sudah menikah?!" Tanya Sabira dengan penuh rasa penasarannya

Alona menggeleng cepat, "Belum Sabira. Namun sepertinya itu tidak akan pernah terjadi"

"Kenapa Alona? Coba jelaskan padaku tentang apa yang terjadi"

"Sabira, yang tahu tentang rencana pernikahan diam-diamku dengan Mateen hanyalah orangtuaku, Roy dan sekarang kamu. Tapi sepertinya aku berubah pikiran, aku tidak bisa menikah dengan Mateen" Ungkap Alona yang kemudian menyentuh lembut gaun pernikahannya itu, "Aku tidak bisa, Sabira" Sambung Alona bersamaan dengan tangisnya yang pecah

"Alona, sebelumnya aku benar-benar tidak menyangka kalau kalian mempunyai rencana ini. Tetapi sekarang apa yang sedang terjadi padamu? Kenapa kamu menyerah? Karena yang aku tahu bahwa kamu adalah gadis yang kuat. Kamu begitu tegar menghadapi Sultan Balvinda dan Paman Doni. Lalu kenapa tiba-tiba kamu membatalkan rencana pernikahanmu dengan Mateen?" Tanya Sabira sambil mengusap-ngusap pundak Alona berharap bisa menenangkan gadis itu

OUR INCOMPLETE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang