41

864 31 0
                                        


~♡~♡~♡~♡~

Setelah melalui penerbangan yang sangat panjang dari Swiss menuju Kerajaan Brujaya, akhirnya Mateen tiba di Istana yang tentu saja langsung disambut oleh sang Ibu dan Abangnya sang Putera Mahkota

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah melalui penerbangan yang sangat panjang dari Swiss menuju Kerajaan Brujaya, akhirnya Mateen tiba di Istana yang tentu saja langsung disambut oleh sang Ibu dan Abangnya sang Putera Mahkota.

"Mateen, terimakasih sudah kembali" Peluk Ratu Helena dengan tangis bahagia

"Sudah, Bu. Jangan menangis lagi" Balas Mateen yang mengusap lembut punggung sang Ibu

"Mateen, ayo jenguk Ayah. Sudah beberapa hari ini dia sangat menunggu kepulanganmu" Ajak Sang Putera Mahkota Kerajaan ini yang tak lain dan tak bukan adalah Abang Mateen sendiri

Mateen mengangguk dan kemudian ia berjalan beriringan bersama Ibu serta Abangnya menuju ke kamar Sultan Balvinda.

Suasana kamar megah yang sunyi ini terpecahkan oleh suara pintu yang terbuka. Mateen datang dengan tatapan yang langsung tertuju ke arah ranjang dimana Sultan Balvinda terbaring. Terlihat disana sang Raja memakai alat bantu pernapasan dan juga infus dengan selang yang menjalar ke punggung tangannya. Melihat itu membuat Mateen merasa sedih. Ia memang merasa sangat marah dan kecewa tentang semua yang terjadi, namun melihat Sultan Balvinda yang jatuh sakit membuat Mateen merasa kasihan pada Ayahnya.

"Mateen..." Panggil Sultan Balvinda dengan suara lirih

"Ya, Ayah" Mateen mendekatkan dirinya ke sang Ayah dan duduk tepat di pinggir ranjang. Ekspresi wajahnya datar, rasa benci itu langsung terasa ketika ia berada dekat sang Ayah.

"Segeralah pulih, Ayah. Saya sudah menerima jika saya memang harus menikah dengan Sabira" Ujar Mateen yang hanya menatap tangan sang Ayah yang terinfus tanpa sedikitpun mau menatap ke arah wajahnya.

Sultan Balvinda tersenyum lemah, "Terima kasih, Puteraku. Ayah meminta maaf padamu. Ayah benar-benar merasa bersalah dan sangat menyesal telah memisahkanmu dan Alona. Jika saja dahulu Ayah berubah pikiran dan merestui kalian, pasti saat ini kamu sangat berbahagia menjalani hidupmu bersama orang yang kamu cintai. Tetapi, kali ini tolong lakukan pernikahanmu dengan Sabira, ini semua demi nama Kerajaan kita, Mateen. Undangan sudah tersebar dan jika pernikahan ini dibatalkan tentunya akan mempermalukan Kerajaan ini" Jelas Sultan Balvinda dengan suara yang lemah. Berharap jika Mateen mengerti. Nampak sangat jelas rasa penyesalan yang mendalam dari Sultan Balvinda. Pria paruh baya itu mungkin takkan pernah bisa membayar rasa berdosanya pada sang Putera.

Mateen mengangguk pelan, "Ya, Ayah tenang saja" Jawabnya datar

"Sekarang pulihkan diri Ayah karena seminggu lagi adalah hari pernikahan saya dengan Sabira. Ayah harus sehat di acara itu nanti" Lanjut Mateen yang kemudian beranjak dari duduknya dan berjalan meninggalkan kamar ini.

Sultan Balvinda hanya menatap sendu ke arah Mateen yang perlahan pergi. Kini Mateen telah berubah menjadi seorang yang dingin. Tetapi Sultan Balvinda sangat mengerti karena semua itu terjadi atas perbuatannya yang membuat kehidupan Mateen seakan-akan berubah menjadi neraka.

OUR INCOMPLETE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang