FAN FICTION OF PRINCE MATEEN
(SUDAH TAMAT)
Bagaimana rasanya saat pergi berlibur ke tempat impian dan tiba-tiba bertemu dengan seseorang yang bisa juga disebut "impian"? Berawal dari sebuah kejadian tak terduga bahkan bisa dikatakan tak menyenangkan...
Pagi hari yang cerah membangunkan Alona dari tidurnya. Ia mencoba menjalani liburannya sama seperti saat hari pertamanya di London. Sendirian dan tanpa siapa-siapa.
Tujuan Alona hari ini ialah ingin pergi berbelanja oleh-oleh dan juga berbelanja kebutuhan pangannya di supermarket.
Dengan memakai topi serta kacamata hitam seperti yang pernah Mateen lakukan sebagai penyamaraannya agar tidak ada yang mengenalinya, kemudian Alona pun mulai berjalan keluar dari hotel tempatnya menginap. Sepanjang jalan pun Alona terlihat gugup karena takut bertemu Mateen ataupun pria paruh baya yang menyebalkan itu alias Paman Doni.
Alona melangkahkan kakinya menaiki bus merah tingkat yang sangat ikonik di kota London. Ia mengambil kursi di lantai dua untuk mendapatkan pemandangan terbaik dari kota London yang ia kelilingi dari bus ini.
Setelah sekitar 40 menit menaiki bus merah ini. Lalu Alona menurunkan dirinya tepat di halte dekat Camden Market, pasar yang menjual macam-macam mulai dari barang-barang souvenir, pakaian hingga makanan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ah, ini benar-benar surga! Di dalam pasar ini banyak sekali toko-toko souvenir yang menjual berbagai barang yang sedang Alona cari.
Ya memang Alona masih mempunyai dua hari lagi untuk waktu pulangnya ke Indonesia. Tetapi ia memutuskan membeli oleh-olehnya di hari ini karena Alona ingin menikmati hari terakhirnya di London dengan menikmati kota ini.
Setelah berbelanja sekitar sejam-an mengitari satu persatu toko, akhirnya Alona membawa pulang belanjaan berisi souvenir mulai dari miniatur bus tingkat London, pajangan piring bergambar tentara Inggris, gantungan kunci berbentuk telepon box, gelas bertuliskan I❤London, pajangan berbentuk menara jam big ben dan tak ketinggalan miniatur mobil-mobilan khas London untuk adiknya, Abram.
Selesai berbelanja segala macam souvenir, selanjutnya Alona berniat pergi ke sebuah cafe untuk sekedar mengganjal perutnya dengan roti dan juga yang tak boleh ketinggalan baginya yaitu, coffee latte.
Di sisi lain tepatnya di apartemen, terlihat Mateen yang sedang kebingungan dan merasa khawatir tentang keberadaan Alona. Ia merasa cemas karena sejak tadi dirinya tidak bisa menghubungi Alona karena nampaknya nomor ponsel serta Whatsapp miliknya sudah di blokir oleh kekasihnya itu. Mateen sudah mencoba menelepon menggunakan nomor lain namun sepertinya Alona mematikan kartu SIMnya dan juga menonaktifkan aplikasi Whatsappnya.
Pikiran negatif sudah mengitari isi otaknya sejak tadi. Argghhh...!!! Mateen benar-benar merasa marah, ia melempar ponselnya ke arah sofa.
"Kenapa saya izinkan kamu pergi disaat kondisimu seperti ini? Kenapa saya tidak berpikir hingga sejauh ini?!" Gerutu Mateen
Tiba-tiba Roy datang menghampiri Mateen yang sedang mondar-mandir tak karuan, "Pangeran, Mosta sudah mengecek ke hotel tempat Nona Alona menginap tetapi resepsionis mengatakan bahwa ia sudah tak ada sejak malam tadi" Jelas Roy