30

751 26 5
                                    


~♡~♡~♡~♡~

Besok paginya terlihat Alona yang tengah terlamun di atas tempat tidurnya. Sebangunnya dari tidur, Alona tidak langsung menemui Mateen. Ia malah mengguling-gulingkan tubuhnya diatas ranjang sambil terus berpikir untuk kedepannya.

Sejak terakhir kali sarapan pagi kemarin Alona tidak lagi berbicara dengan Mateen hingga hari ini. Dan Mateen pun lebih memilih diam di kamar sambil mengurus pekerjaannya di laptop. Karena seperti yang dikatakan Sabira kalau, 'Sekarang biarkan saja dulu Alona menenangkan dirinya'. Tetapi entah sampai kapan Mateen menunggu karena sebenarnya ia sudah sangat rindu berbicara dan bercanda gurau dengan Alona walaupun memang kekasihnya itu sedang sangat menyebalkan untuk saat ini.

Sama seperti Mateen, Alona pun juga lebih memilih berdiam di kamar seharian kemarin, mungkin juga seharian ini. Jika lapar ia langsung memesan makanan dan menyuruh seorang bodyguard mengantarnya ke kamar. Sedangkan Sabira? Wanita itu masih terus mencari perhatian Mateen dengan cara membuatkan makanan kesukaannya ditambah juga dengan berperilaku lembut. Walaupun di sisi lain ia selalu merasa kasihan melihat Alona yang terus menerus berada dalam kesedihan. Namun, biar bagaimanapun Sabira juga ingin bahagia dan memiliki Mateen seperti apa yang ia harapkan.

Di sore harinya tiba-tiba terdengar seperti suara orang yang sedang mengobrol dengan kencang hingga membangunkan Alona dari tidurnya. Sepertinya itu tamu Mateen yang sedang datang berkunjung ke villa. Alona mulai memasang telinga dan mencoba memfokuskan pikirannya agar bisa mendengarkan suara orang-orang yang mengobrol. Namun sayang, suara itu terdengar samar-samar malah nyaris Alona tidak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan.

Selang beberapa menit terjaga tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar Alona,

Tok..tok..tok..

Sontak Alona langsung melompat dari ranjangnya dan berjalan menghampiri pintu, menunggu orang di seberang sana mengucapkan sesuatu.

"ALONA!" Seru suara seorang pria yang Alona kenali bahwa itu adalah suara Mateen, "Alona keluarlah, kita harus bicara. Ini penting!" Lanjutnya

"Tidak, Mateen. Aku sedang tidak mood untuk berbicara" Tolak Alona

"Alona, tolong dengarkan saya kali ini saja. Saya ingin memberitahumu sesuatu dan ini mengenai hubungan kita. Kamu yakin tidak mau tahu?!" Bujuk Mateen terus-menerus

Alona membulatkan matanya, apakah ini waktunya untuk Paman Doni mengucapkan pernyataan sandiwara mengenai hubungannya dengan Mateen? Dan berarti sejak tadi yang ia dengar suara ramai seperti orang yang berbicara adalah Paman Doni dan Mateen.

Dengan tergesa Alona langsung membuka pintu kamarnya dan ia langsung melihat Mateen yang tengah berdiri dengan wajah yang riang ditambah senyum yang merekah.

"Alona, ayo ikut saya!" Seru Mateen yang langsung menarik tangan Alona dan membawanya ke arah ruang tamu

"Mateen, ada apa? Apa yang ingin kamu beritahu?" Ucap Alona pura-pura bingung

"Kamu pasti akan bahagia mendengarnya" Balas Mateen

Benar saja seperti apa yang Alona duga sebelumnya, saat sesampainya mereka di ruang tamu Alona langsung melihat seorang pria bertubuh agak gemuk mengenakan jas rapih berwarna biru yang tengah duduk di sofa. Dan terlihat di sofa lain terdapat Sabira dengan raut wajah yang datar bahkan terkesan sedih. Alona yakin kalau Sabira sudah mendengar mengenai ucapan sandiwara Paman Doni kalau hubungan Alona dan Mateen direstui.

"Halo, Nona. Bagaimana kabarmu?" Sapa Paman Doni dengan senyum ramahnya yang langsung menjabat tangan Alona

"Baik, Paman" Balas Alona datar karena tahu bahwa senyum Paman Doni adalah senyum palsu agar pria paruh baya itu terlihat baik dihadapan Mateen.

OUR INCOMPLETE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang