19

750 46 4
                                    


~♡~♡~♡~♡~

Sejak acara ini dimulai, sesering mungkin Alona menatap ke arah Mateen yang senyum manisnya terbagikan ke semua orang. Kekasihnya itu benar-benar orang yang ramah. Namun sebaliknya dengan Alona, saat ini dirinya merasa gelisah, panik dan ketakutan. Alona lebih banyak diam dan sesekali melamun.

2 jam sudah berlalu, akhirnya Mateen dan Alona selesai menghadiri acara perjamuan ini. Dengan sedikit merengek, Alona meminta Mateen untuk bisa segera pulang kembali ke villa.

Di dalam mobil saat perjalanan pulang, Alona duduk membelakangi Mateen dan memilih untuk menatap ke arah jalanan. Mateen yang melihat itu langsung merasa heran terhadap kekasihnya, terlebih sejak acara tadi dimulai Alona lebih banyak diam dan tak ikut berbincang dengan beberapa orang.

Mateen mulai menyentuh tangan Alona yang langsung membuat kekasihnya itu menyentakkan tubuhnya karena terkejut.

"Hei, kamu melamun? Apa yang sedang kamu fikirkan, Alona?" Tanya Mateen

"Ah, tidak ada. Aku hanya merasa lelah saja" Jawab Alona pelan

"Kemarilah..." Mateen mulai menarik tubuh Alona dan membiarkan kepala kekasihnya itu tersandar di pundaknya.

Sesampainya mereka di villa, dengan cepat Alona melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamarnya. Mateen terheran-heran sendiri dengan sikap Alona. Ia berusaha mengejar Alona, namun terlambat. Alona sudah terlebih dulu menutup dan mengunci pintunya.

"Alona, kamu kenapa? Apa saya membuat kesalahan terhadapmu? Dari tadi sikapmu sungguh mengkhawatirkan!" Teriak Mateen dari balik pintu kamar Alona.

"Tidak, Mateen. Kamu tidak punya salah padaku, tetapi aku hanya lelah saja, aku ingin mandi lalu sehabis itu pergi tidur. Beri aku waktu untuk beristirahat ya" Balas Alona

Mateen cukup mengerti akan kondisi Alona. Ia membiarkan kekasihnya itu untuk beristirahat walaupun sebenarnya Mateen tahu jika ada sesuatu yang aneh pada Alona.

Dengan langkah yang pelan, Mateen berjalan menuju ke dapur untuk sekedar meminum sekaleng soda. Tubuhnya ia sandarkan tepat di pintu kulkas sambil meneguk soda sekaligus memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada Alona.

"Pangeran, ada apa? Apa Nona Alona baik-baik saja?" Tanya Roy yang datang menghampiri Mateen

"Entahlah, Roy. Dia seperti gelisah sejak berada di acara tadi. Apa ada yang mengancam keberadaannya ya?" Ucap Mateen bingung

"Pangeran... jangan-jangan Paman Doni ada di acara itu dan menemui Nona Alona saat dia sedang pergi ke toilet?"

Mateen membulatkan matanya, ya itu bisa saja terjadi, "Roy, kamu bisa ambilkan kunci cadangan kamar Alona? Saya begitu khawatir ingin melihat kondisinya"

Roy mengangguk dan langsung pergi meninggalkan Mateen untuk mengambil kunci cadangan kamar Alona.

-------

"Ya, dadah Mah... Love you" Ucap Alona yang langsung mematikan panggilan teleponnya.

Saat ini ia sedang duduk di kursi balkon kamarnya. Alona menyempatkan waktu untuk memberi kabar kepada Mamanya, walaupun ia tak menceritakan tentang ketakutannya saat ini. Dirinya hanya memberitahu pada Mamanya bahwa ia sudah kembali bersama Mateen tanpa adanya masalah apapun.

Alona belum pergi mandi ataupun beristirahat seperti alasan dirinya tadi pada Mateen, karena hatinya masih terus merasa gelisah hingga saat ini.

Matanya menatap kosong ke arah langit malam kota London. Namun tiba-tiba tangis Alona pecah begitu saja. Rasa takutnya masih menyeruak di dalam hatinya. Alona begitu mencintai Mateen tetapi mengapa ada cobaan yang begitu berat di dalam hubungan mereka?

OUR INCOMPLETE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang