13

852 58 2
                                    


~♡~♡~♡~♡~

Tas belanjanya Alona lempar begitu saja saat ia memasuki lobby apartemen. Kakinya sudah sangat lemas karena lama berlari. Dengan nafas yang lega, Alona menjatuhkan dirinya ke tubuh Natin. Untunglah Natin pria yang sigap, ia langsung mendekap tubuh Alona dengan erat. Natin begitu merasa khawatir, "Ada apa dengan Alona?" Batinnya

"Alona, kamu kemana saja? Saya mengkhawatirkanmu!" Ujar Natin

Tangis Alona seketika pecah saat wajahnya sudah mendekap di dada Natin.

"Alona, Ada apa denganmu?! Kenapa kamu menangis?!" Tanya Natin panik

Alona tak menjawab, suara isak tangisnya terdengar lebih keras dan itu membuat Natin semakin mengkhawatirkannya.

"Alona, ayo ceritakan pada saya, Ada apa?!" Desak Natin.

Natin merangkul Alona untuk duduk di sebuah sofa yang ada di lobby apartemen agar Alona bisa lebih nyaman menceritakan apa yang terjadi.

Roy menghampiri mereka berdua dengan membawa sebotol air mineral. Alona langsung meminum dan menghabiskan air itu dengan waktu yang singkat.

"Ayo ceritakanlah..." Ucap Natin lembut

Suara sesunggukkan Alona masih terdengar saat ia ingin mengawali ceritanya, "Jadi, aku pergi sendirian ke supermarket untuk membeli bahan-bahan masakan dan sepulangnya dari sana aku mampir ke cafe untuk meminum secangkir kopi. Setelah itu aku berniat pulang tetapi di jalan ada tiga pria yang mengikutiku di belakang"

Seketika Natin langsung bangkit dari duduknya, "Dimana orang-orang itu?!" Ucapnya penuh emosi

"Natin, sepertinya mereka sudah pergi saat aku memasuki apartemen. Duduklah kembali, aku belum selesai menceritakannya" Balas Alona yang masih dengan suara terisak-isak

Natin mengangguk, dengan wajah yang serius ia kembali mendengarkan cerita Alona.

"Aku melihat wajahnya, yang depan tampak seorang sudah agak tua dan dua orang di belakangnya seperti para anak buahnya. Mereka menatapku dengan tajam dan terus berlari mengejarku, untungnya aku bisa berlari lebih cepat hingga menapakan kakiku disini. Tapi sekarang aku benar-benar merasa takut, Natin!" Seketika tangis Alona kembali pecah.

Natin dan Roy saling menatap sebentar. Seperti ada yang mereka ketahui.

"Natin, ada apa? Kenapa kalian saling menatap? Natin, kamu kenal dengan orang-orang yang mengikutiku tadi?" Tanya Alona

"Ah, tidak. Saya tidak mengenalnya" Jawab Natin gugup

"Natin, apa orang-orang tadi musuhmu? Kamu punya musuh? Siapa dia, katakan padaku?!" Desak Alona dengan nada bicara yang tinggi

"Alona, saya tidak mempunyai musuh dan saya juga tidak kenal dengan orang-orang itu. Mereka sepertinya orang-orang mabuk yang mencoba menjahatimu dan akhirnya kamu lolos"

"Natin, London tidak sebahaya ini! Aku yakin dia sepertinya mengenal aku atau mungkin kamu!" Sambar Alona, "Aku tidak tahu apa yang kamu lakukan selama kamu pergi. Aku cuma mengingatkan kamu, jangan pernah membuat keadaan seseorang menjadi terancam hanya karena hal yang kamu perbuat!" Sambungnya

Natin meraih tangan Alona dan mencoba menenangkan gadis itu, "Alona, tolong jangan merasa curiga pada sa....."

Belum sempat Natin menyelesaikan bicaranya tetapi Alona sudah terlebih dulu menyentak tangan Natin.

Alona beranjak dari duduknya. Ia mengambil barang belanjaannya kembali.

"Hei, bawakan belanjaan Nona Alona!" Perintah Roy pada bodyguard Natin

OUR INCOMPLETE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang