Kangen Fano tydack? Udah sebulan lebih baru bisa menyapa kalian hihi. Btw suara Fano kembali muncul di ig: dialogsirius_ loh..
Yang penasaran langsung cek aja di intagramnya langsung, okayy
~Enjoy it guys~
Fano membereskan beberapa alat tulis serta bukunya lalu memasukkan kedalam ransel. Ia melirik jam tangan yang melingkar di lengan kirinya menunjukkan pukul tiga sore.
"Lu jadi ke rumah kak Zea?" Tanya Sapta menoleh kearah Fano yang sedang memakai jaketnya.
"Iya. Ini kak Zea udah di depan." Jawab Fano.
Fano dan Sapta berjalan keluar gerbang sekolah. Beberapa kendaraan memadati jalanan, setelahnya mereka menangkap sosok Zea yang berdiri disamping mobil tidak jauh dari posisi keduanya lalu menghampiri perempuan itu.
"Hai." Sapa Zea tersenyum, perempuan itu bergerak memeluk Sapta dan Fano secara bergantian.
"Berangkat sekarang?" Tanya Zea menawarkan. Pandangannya teralih kearah Fano.
"Boleh." Balas Fano mengangguk dengan senyum tipis yang terbit di bibirnya.
"Sapta kamu mau ikut?" Tanya Zea menawarkan.
"Maaf, mungkin lain kali." Jawab Sapta menolak secara halus yang dibalas anggukan oleh Zea.
🌵🌵
Mobil itu berhenti di sebuah bangunan rumah bergaya minimalis berdasar cat putih gading. Fano keluar dari pintu penumpang bagian depan lalu disusul Zea.
"Masuklah." Ucap Zea mempersilahkan setelah perempuan itu membuka pintu dengan lebar.
"Duduklah dulu. Aku akan mengambil minuman." Lanjut perempuan itu lalu berjalan menjauh dari ruang tamu.
Fano duduk di sofa berwarna kopi susu, melepas ransel yang sedari tadi mengantung di bahunya lalu menaruh di samping tubuhnya.
Mendengar suara langkah kaki, Fano menoleh ke sumber suara. Setelah mengetahui siapa yang datang, dengan segera laki-laki itu beranjak berdiri.
"Fan, kenalin dia Syifa." Ucap Zea memperkenalkan adik perempuannya.
"Fano." Kata Fano dengan mengulurkan tangan kanannya.
"Syifa." Balas perempuan itu dengan senyum diakhir ucapannya.
"Diminum ya Fan, maaf seadanya." Ucap Zea meletakkan gelas berisi sirup diatas meja.
"Aku yang maaf karena udah ngerepotin kakak." Balas Fano.
"Kalian bisa mulai sekarang, aku mau ke kamar dulu." Pamit Zea.
Selepas kepergian Zea, suasana menjadi canggung. Fano berusaha mencari topik pembuka sedangkan Syifa yang terus menundukkan kepalanya sedari tadi.
"Kamu mau belajar apa?" Tanya Fano.
"Gitar." Jawab Syifa singkat.
"Ah, syukurlah." Kata Fano bernafas lega yang membuat Syifa menyengit heran.
"Maksudnya?" Tanya Syifa bingung.
"Maksudku karena kamu mau belajar gitar dan kebetulan aku juga lebih bisa main gitar daripada alat musik lainnya." Jelas Fano dengan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Belajarnya di gazebo belakang, gimana? Soalnya disana tempatnya teduh, nyaman juga." Syifa bertanya meminta pendapat.
"Boleh." Fano menerima tawaran itu. Ia berdiri lalu menyusul Syifa yang sudah berjalanan memimpin arah.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT?|END✔
Teen FictionApa yang kalian rasakan saat dituntut kesempurnaan? Bukankah memuakkan? Atau itu memang menjadi tujuan dalam list setiap impian? Delfano Azka Karelino, nama laki-laki itu. Hidup dengan segudang peraturan nyatanya membuat laki-laki berumur 16 tahun m...