23

5.1K 589 78
                                    

Narasinya dibaca ya say😄

Mungkin hari ini memang belum tahun baru. Tapi apa resolusi kalian untuk tahun 2021? Mari kita aminkan bersama

~Enjoy it guys~

Semua hal masih tetap berjalan seperti biasanya. Seperti biasanya pula kehidupan Fano juga tidak berubah. Hadir tapi tak dianggap.

Hidup dalam keluarga yang berkedok harmonis. Bernafas ditengah-tengah himpitan isak tangis. Tersenyum bersama dengan luka hati yang mengiris.

Terkadang ia bertanya, kapan dirinya bahagia? Kapan dirinya bisa merasakan pelukan orang tua? Kapan dirinya bisa tersenyum tanpa beban seperti orang lainnya?

Apa ia sudah membuat kesalahan besar hingga membuat Tuhan murka padanya?

Sesungguhnya, pura-pura bahagia itu menyedihkan.

Sejujurnya, pura-pura tersenyum itu melelahkan.

Sebenarnya, pura-pura itu hanyalah topeng dari sekian banyak topeng yang memerankan dirinya.

BRAK

Suara gebrakan pintu terdengar memekakkan telinga. Di depannya ada pria yang berdiri dengan tubuh kokohnya. Langkah kakinya dibawa memasuki ruangan.

"Bangun anak sial!" Seruan itu terdengar. Bahkan tanpa teriak pun, orang yang disebut anak sial itu sudah bangun sejak suara gebrakan pintu tadi.

"Dasar bodoh!" Seruan itu kembali terdengar dengan suara pukulan yang mengiring.

"A-mpun." Suara itu melirih. Ia terduduk dengan membenamkan kepalanya pada lipatan lutut yang menekuk. Berusaha melindungi kepala dari pukulan kayu berdiameter besar yang memukul punggung kurusnya.

Ia mengigit bibirnya, tidak peduli jika nanti akan terluka dan mengeluarkan darah. Hal terpenting sekarang adalah bagaimana ia harus menahan rasa sakit hingga orang yang memukuli dirinya berhenti.

Sekarang ia salah apa lagi?

Memorinya mengajak berputar, berusaha mengulang kegiatan apa saja yang ia lakukan kemarin atau bahkan jauh hari sebelumnya.

Mengabsen satu persatu kegiatan hingga tidak ada yang terlewat. Berusaha mengoreksi apa saja yang mungkin di titik itulah letak kesalahannya.

Otaknya mendapatkan satu jawaban. Apa mungkin itu penyebab kemarahan papanya?

"Keluyuran kemana saja kamu kemarin?!" Seru Karel. Suaranya benar-benar keras bahkan mampu membuat tubuhnya bergetar ketakutan.

Benar. Ia telah melakukan kesalahan.

"Sekolah memberi pulang lebih awal dan anak bodoh sepertimu akan memanfaatkan situasi dengan bermain tidak jelas!" Amarah Karel semakin menguap. Tangan pria itu bahkan tidak berhenti untuk memukul punggung anaknya yang sekarang sudah mengeluarkan darah dibalik kaos yang ia pakai.

"Jawab saya. Kemarin kamu pergi kemana?!" Tanya Karel. Ia menarik kasar rambut Fano. Membuat anak laki-laki itu meringis kesakitan. Rasanya semua rambut tercabut dari akarnya.

Fano tidak akan menjawab jika kemarin ia pergi ke rumah Abay. Dirinya tidak mau membuat orang lain terseret dalam masalah hidupnya.

Fano memilih diam. Ia mengigit bibirnya dengan lebih kuat saat tarikan di rambut semakin terasa menyiksa.

"Hari ini ada rapat dengan dewan pimpinan sekolah dan para donatur. Pastikan kamu bisa membuat mereka terkesan." Ancam Karel. Ia menatap tajam kearah Fano.

"Paham?!" Seruan itu tiba-tiba mengeras. Nada bicaranya pun lebih tinggi dari sebelumnya. Karel melepaskan tarikan pada rambut Fano.

"Jika kamu membuat masalah lagi. Jangan harap kamu bisa menginjakkan kaki di rumah ini." Ancaman itu keluar dari mulut papanya untuk kedua kalinya.

PERFECT?|END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang