7

7.3K 820 106
                                    

Makasih yang udah nunggu cerita ini. Sayang kalian banyak banyak❤

~Enjoy it guys~

Jam menunjukkan pukul lima pagi. Fano sudah bersiap untuk berangkat sekolah. Laki-laki itu memasukkan beberapa buku ke dalam ransel miliknya, menutup resleting setelah memastikan tidak ada yang tertinggal.

Dirinya tampil cukup segar hari ini, karena tadi malam tidur pukul 12 malam. Hal yang cukup langka mengingat laki-laki itu selalu tidur dini hari dan bangun saat matahari bahkan belum memunculkan wujudnya. Tidur selama 4 jam adalah hal yang patut disyukuri oleh Fano.

Fano memakai jaket berwarna putih lalu menggendong tas ranselnya di kedua bahu. Menyambar handphone yang diletakkan diatas meja belajar beserta satu dasi yang sudah terlipat rapi.

Tungkai kakinya ia bawa untuk keluar kamar dan tidak lupa menutup pintu.

Tok Tok

Fano berdiri dengan menyandarkan bahu kirinya di dinding berwarna putih gading. Menunggu jawaban dari orang di dalam ruangan setelah mengetuk pintu beberapa kali.

Tok Tok

Ia mengetuk pintu dihadapannya lagi saat tidak juga mendapatkan balasan.

Cklek

Suara itu membuat Fano menegakkan tubuh, retina matanya menatap orang didepannya yang bahkan masih berpenampilan khas orang baru bangun tidur.

"Buat lu." Ucap Fano singkat. Ia melangkah menjauh tanpa menunggu balasan dari lawan bicaranya.

"Maksudnya?" Gumam orang itu yang tidak lain adalah Revan. Ia menatap dasi yang berada di tangan kirinya dengan heran.

Apa maksud dari adiknya itu? Kenapa ia bisa tau jika dirinya tidak memiliki dasi?

🌵🌵

Fano menuruni anak tangga menuju ke ruang makan. Suasana sepi dengan udara sejuk memenuhi lantai satu. Semua jendela dibuka dengan lebar membiaskan bias mentari masuk kedalam memenuhi ruangan.

"Bik." Ucap Fano memanggil Bik Tini.

Wanita itu sibuk dengan kegiatan memasak untuk sarapan. Menoleh sekilas membalas sapaan dari Fano lalu tersenyum hangat.

"Bawa bekal lagi mas?" Tanya Bik Tini menoleh kearah Fano yang sedang duduk di kursi yang tidak jauh dari posisinya.

"Iya Bik. Males ke kantin." Jawab Fano tersenyum.

"Selalu saja bohong." Gumam Bik Tini dalam hati.

Sejujurnya, ia mendengar semua percakapan antara majikan dan anaknya yang terjadi malam itu. Tersenyum miris saat melihat keadaan anak majikannya pulang dengan beberapa lebam di tubuh.

Niatnya untuk menyusul Fano guna membantu mengobati lukanya, seketika urung saat laki-laki itu tidak meminta bantuan kepada siapapun. Bahkan melangkah menaiki tangga dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara yang nantinya membuat penghuni terbangun.

"Mas, makanannya sudah jadi. Kalau mau sarapan sekarang, silahkan." Ucap Bik Tini. Mendengar ucapan dari wanita didepannya, Fano segera beranjak dari duduk. Berjalan kearah meja yang tersedi beberapa piring dan mangkok yang sudah tersaji beberapa lauk.

"Bik, makan sama aku yuk!" Ajak Fano kepada Bik Tini.

"Aduh gak perlu mas. Saya makannya nanti aja." Balas Bik Tini tidak enak.

"Jangan gitu, ayo makan bareng aku. Aku makannya juga sendirian, papa sama mama juga masih dikamar." Jelas Fano. Ia berjalan ke pintu sebelah dapur yang mengarah ke halaman belakang.

PERFECT?|END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang