Kalau ada typo minta tolong dikoreksi yaa😄
~Enjoy it guys~
Fano menaiki tangga untuk ke kamarnya. Waktu menunjukkan pukul 22.00 dan dia baru saja menyelesaikan les Fisikanya dengan guru privat yang sudah ia kenal dalam beberapa waktu yang lalu.
Hukuman dari papanya memang benar adanya. Pria itu menambahkan waktu belajar kelas Fisika yang awalnya 2 jam menjadi 3 jam. Sukses membuat kepalanya pening karena terus berhubungan dengan rentetan angka dan rumus yang memuakkan.
Keadaan rumahnya bahkan sudah sepi, lampu-lampu pun sudah banyak yang dimatikan dan hanya di beberapa tempat yang dibiarkan menyala.
Tubuhnya lemas tak bertenaga. Perutnya terasa perih karena belum terisi sejak pagi tadi. Ia melangkah gontai dengan setengah menyeret kakinya yang beralas sandal rumah warna hitam.
🌵🌵
Cklek
Ia membuka pintu kamarnya lalu menaruh beberapa buku yang tadi ia bawa dan meletakkannya di atas meja belajar.
Merebahkan tubuhnya ke ranjang adalah pilihan yang tepat untuk tubuh lelahnya saat ini. Fano merentangkan tangan di atas ranjang. Menatap langit-langit kamar seakan sedang berfikir. Kepalanya perlahan menoleh ke arah kanan dimana lemari berisi baju miliknya tersimpan rapi disana.
Perlahan laki-laki itu beranjak dari posisinya, membawa tungkai panjangnya ke lemari berwarna hitam berukuran besar. Kakinya melangkah ke arah samping lemari, karena memang bukan benda itulah yang menjadi tujuannya.
Krett
Suara itu terdengar keras saat malam hari. Mengingat semua penghuni sudah menjelajahi mimpi.
Fano mendorong bagian belakang lemari ke depan. Ia mengulurkan tangannya ke dalam ruang dibelakang lemari yang sengaja ia berikan space. Mengambil barang itu lalu membawanya ke arah ranjang.
Sebuah gitar akustik berwarna hitam adalah benda pertama yang ia beli dengan uang tabungannya. Menjadikan barang itu berharga dan juga teman saat ia sedang ingin berkeluh kesah. Gitar itu ia simpan dibelakang lemari besar miliknya, menyembunyikan keberadaannya agar tidak menimbulkan masalah.
Sosok Fano yang sebenarnya bukanlah sosok yang betah dengan segala angka, rumus, ataupun rentetan kata berbahasa asing. Melainkan sosok yang menyukai alunan nada bernama musik.
Jemarinya memetik senar gitar perlahan, mulutnya membuka siap untuk menyanyikan sebuah lagu yang melintas dikepalanya, matanya menutup seiring melodi yang keluar dari mulutnya seakan menikmati rentetan lirik yang ia lontarkan.
Please don't see just a boy caught up in dreams and fantasies
Please see me reaching out for someone I can't see
Take my hand let's see where we wake up tomorrow
Best laid plans sometimes are just a one night stand
I'd be damned Cupid's demanding back his arrow
So let's get drunk on our tears and
God, tell us the reason youth is wasted on the young
It's hunting season and the lambs are on the run
Searching for meaning
But are we all lost stars, trying to light up the dark?
Suara itu mengalun dengan indah. Membuat siapa saja yang mendengarnya dibuat terbuai. Jemari laki-laki itu tetap bermain pada senar gitar dengan lihai. Berganti demi chord ke chord yang lain tanpa mempengaruhi suara bernyanyinya dengan nada yang indah beserta lirik yang bermakna.

KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT?|END✔
Teen FictionApa yang kalian rasakan saat dituntut kesempurnaan? Bukankah memuakkan? Atau itu memang menjadi tujuan dalam list setiap impian? Delfano Azka Karelino, nama laki-laki itu. Hidup dengan segudang peraturan nyatanya membuat laki-laki berumur 16 tahun m...