Ekhem cover baru ekhem🙈
~Enjoy it guys~
Kedua kaki yang terbungkus sepatu convers warna hitam itu menghentak beberapa kali di lantai yang ia tapaki. Pandangannya beberapa kali menoleh kearah pintu lalu beralih kearah lainnya untuk sekedar menenangkan dirinya sendiri bahwa semua akan baik-baik saja.
Decakan yang keluar dari mulutnya bahkan sudah tidak terhitung jumlahnya. Ia melirik jam tangan yang menunjukkan pukul delapan malam. Berarti sudah sekitar setengah jam yang lalu dimana dering telepon yang ia terima membuat ia sekarang berada di tempat ini.
Cklek
Suara knop pintu dan munculnya seseorang dari balik kusen berkayu itu membuatnya mengeluarkan nafas lega tanpa sadar. Ia beranjak dari duduknya dengan segara lalu berjalan cepat menuju sosok berpakaian putih.
"Saya wali dari Fano. Delfano Azka Karelino." Jelasnya. Mendengar hal itu membuat perawat yang berada diambang pintu segera mempersilahkan ia masuk ke dalam ruangan.
"Permisi. Saya Abay, wali dari Fano. Saya tadi mendapat telfon dari pihak rumah sakit." Terangnya pada seorang dokter wanita yang diketahui bernama Ranti.
"Keadaan pasien sudah lebih baik daripada tadi. Pasien diharapkan untuk tidak terlalu lelah dan tetap menjaga kesehatan." Jelas Dokter Ranti yang dibalas anggukan oleh Abay.
Sejenak ia melirik keadaan Fano yang terbaring tak berdaya di atas ranjang. Telapak tangan kirinya terbalut infus dan hidung mancung laki-laki itu terpasang nasal cannula yang membantunya bernafas.
"Pasien akan dirawat setidaknya dua hari." Ucapan yang keluar dari lawan bicaranya membuat Abay sontak mengalihkan pandangan menatap Dokter Ranti.
"Bukannya dia hanya kelelahan? Atau memang keadaan Fano separah itu?" Tanya Abay.
"Mari ikut saya ke ruangan, akan saya jelaskan." Jawab Dokter Ranti lalu memimpin jalan diikuti Abay di belakangnya.
"Tolong jaga Fano selama saya pergi." Pesan Abay kepada perawat yang berdiri tidak jauh dari posisinya.
"Baik."
🌵🌵
Abay duduk di kursi sebelah Fano yang masih setia menutup mata. Ia menyadarkan punggung di sandaran kursi lalu menghela nafas berat. Setelah ia kembali dari ruangan Dokter Ranti, tidak ada yang baik-baik saja. Pikirannya berubah kacau dan tidak terkendali.
Netranya tak sengaja melihat ponsel Fano yang terletak di nakas samping ranjang. Tangan kanannya terulur mengambil benda itu. Tanpa repot memikirkan password, ia berhasil membuka handphone Fano dan sampai di beranda wallpaper layar utama. Mengingat Fano termasuk orang yang jarang dan tidak menanggap ponsel adalah hal terpenting seperti kebanyakan orang yang akan mati tanpa ada ponsel didekatnya.
"Pihak rumah sakit sudah mencoba menghubungi beberapa nomor penting di handphone pasien. Hanya saja tidak ada yang menjawab panggilan itu terkecuali dirimu."
Ucapan dari Dokter Ranti tergiang di telinganya. Bukan karena ia melanggar privasi Fano. Hanya saja dirinya juga perlu membuktikan siapa saja yang sudah dihubungi oleh pihak rumah sakit.
Abay menekan icon telepon lalu muncullah riwayat panggilan pada layar benda persegi itu. Di urutan pertama, ada nomor yang tersimpan dengan nama dirinya "Bang Abay". Lalu, urutan kedua "Kak Revan". Setelahnya, "Mama." Dan terakhir "Papa."
Abay menundukkan kepalanya. Memegang erat ponsel itu dengan urat tangan yang jelas terlihat. Menandakan jika laki-laki itu berusaha mengendalikan amarahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT?|END✔
Roman pour AdolescentsApa yang kalian rasakan saat dituntut kesempurnaan? Bukankah memuakkan? Atau itu memang menjadi tujuan dalam list setiap impian? Delfano Azka Karelino, nama laki-laki itu. Hidup dengan segudang peraturan nyatanya membuat laki-laki berumur 16 tahun m...