30

4.6K 540 62
                                    

Ciee belum satu bulan udah update lagi😂

~Enjoy it guys~

Fano meletakkan dua mangkok kaca berisi lauk pauk keatas meja makan. Lalu merapikan kursi yang akan diduduki sebelum kembali ke dapur untuk menghampiri Bu Wati.

"Semua sudah siap bu." Ucap Fano melaporkan. Ia mencuci tangannya lalu mengeringkan dengan kain bersih.

"Tolong panggil bapak ya." Kata Bu Wati memerintah yang dibalas anggukan oleh Fano.

Fano keluar dari dapur menuju ke belakang rumah. Pekarangan yang dipenuhi pohon mangga dan jambu itu tumbuh dengan lebat. Beberapa pohon mangga bahkan bisa diambil hanya dengan ia berjinjit.

"Pak, sarapan sudah siap!" Teriak Fano dari ambang pintu belakang.

"Iya! Bapak akan segera masuk!" Balasan dari paruh baya itu terdengar dari atas pohon mangga yang berjarak lima meter dari posisi Fano berada.

Fano kembali masuk kedalam rumah. Ia duduk dikursi sembari menunggu semua anggota keluarga berkumpul.

"Fano, makan yang banyak nak." Ucap Bu Wati dengan meletakkan tempe ke piring milik Fano.

Laki-laki itu mengangguk dan melanjutkan acara makannya. Disini, dirumah ini kehadirannya menjadi berarti.

"Fan, nanti pulang sekolah temenin abang. Bisa?" Tanya Dimas baru saja datang lalu duduk disamping Fano.

"Bisa. Mau kemana?" Tanya Fano. Ia mengambilkan teh hangat milik Dimas lalu meletakkan disamping piring laki-laki itu.

"Terima kasih." Ucap Dimas terkesan dengan perlakuan Fano sedangkan dirinya sedang mengambil nasi.

"Ke rumah temen abang." Jawab Dimas. Ia memasukkan nasi dan secuil tahu ke dalam mulutnya setelah berdoa.

"Iya." Balas Fano menyetujui.

"Kalian hati-hati. Pulangnya jangan sampai malam walau kalian lelaki." Wati memberikan nasihat.

"Siap bu." Balas Dimas.

"Bawa saja motor milik bapak. Hari ini bapak tidak pergi kemana-mana." Sahut Haryo.

"Terima kasih pak." Kata Dimas.

🌵🌵

Flashback On

Fano melirik jam dinding berwarna putih itu menunjukkan pukul dua dini. Meski waktu terus berjalan entah kenapa matanya tidak mau diajak kompromi untuk hari ini. Dirinya tidak bisa tidur, otaknya masih saja berpikir dengan keputusan orang tuanya yang menyuruhkan angkat kaki dari rumah.

Senyuman tipis terbit di sudut bibir laki-laki itu. Mungkin saja ia sedang menertawai nasib hidupnya sendiri yang semakin lucu saja. Hidup memang komedi putar bak sebuah lelucon.

Akhirnya ia menyerah untuk memaksa menutup kedua matanya. Ia bangkit dari posisi tidurnya lalu duduk. Mengambil teh yang tadi disuguhkan bu Wati dan menghabiskan dalam beberapa teguk.

Ia melirik sekitar berusaha membuat dirinya agar cepat mengantuk. Bagaimanapun juga ia harus bangun pagi, karena tidak mungkin orang yang menumpang tidur seperti dirinya akan bangun siang saat tuan rumah sudah repot dengan kegiatannya. Tidak tau diri sekali.

Suara ayam yang berkokok membangunkan Fano dari tidurnya. Ia meregangkan tangannya sejenak lalu duduk. Melipat selimut dan menaruhnya diatas bantal.
Jam menunjukkan pukul lima pagi. Udara masih dingin serta matahari masih malu menampilkan wujudnya.

Tungkai kakinya ia bawa semakin masuk dengan tangan yang membawa gelas yang semalam berisi teh yang disuguhkan bu Wati untuknya. Laki-laki itu melangkah berhati-hati mencoba menemukan dimana letak dapur dan jangan sampai jika ia salah masuk ruangan.

PERFECT?|END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang