Aing numpang jualan bentar ya..
~Enjoy it guys~
"Ibu." Panggil Dimas dengan membuka pintu depan rumah diikuti Fano yang berjalan dibelakang.
"Ibu kemana?" Tanya Fano. Netranya menelisik ke sekitar ruang tamu yang juga merangkap menjadi ruang keluarga.
"Pergi?" Lanjutnya bertanya.
"Gua cari ke dapur dulu." Lanjut Fano melangkahkan kakinya lebih dalam menjelajahi rumah.
"Di dapur juga gak ada." Kata Fano melapor setelah Dimas juga kembali setelah mengecek kamar orangtuanya.
"Mungkin ketemu sama pedagang." Dimas mencoba berspekulasi.
"Ngapain?" Tanya Fano. Ia duduk di sofa ruang tamu. Membuka jaket serta melepas beberapa kancing seragamnya hingga kaos polos terlihat dibaliknya.
"Nawarkan buah, kali saja pedagang itu mau beli buah yang ditanam bapak." Jawab Dimas yang dibalas anggukan Fano.
"Fan, lu mandi dulu ya. Gua mau ke kamar bentar." Kata Dimas.
Menyadari jika Dimas juga perlu privasi, akhirnya Fano memilih untuk tidak menanyakan banyak hal.
Ia beranjak dari duduknya lalu pergi ke kamar yang dirinya tempati bersama Dimas lalu tidak lama kemudian dia keluar dengan handuk yang tersampir di bahu.
"Nanti gua jemput ibu, kalau malem masih belum juga pulang." Kata Fano berpesan sebelum masuk ke kamar mandi.
"Iya." Sahut Dimas singkat, laki-laki itu beranjak dari duduknya lalu melangkah menuju kamar.
🌵🌵
Fano mengendari motor milik Dimas keluar dari perkampungan rumahnya. Lampu-lampu menerangi sepanjang perjalanan. Berbekal alamat yang Dimas berikan padanya, ia beranjak pergi menjemput Wati.
Setelah sekitar sepuluh menit berkendara, Fano menghentikan motornya. Mengedarkan pandangan dan memastikan jika ia tidak salah alamat.
Ia turun dari motor, tingginya yang menjulang membuat ia bisa dengan mudah meneliti sekitar suasana yang ramai. Karena benar saja seperti yang dikatakan Dimas, jika tempat yang ia pijak ini ramai dengan para pedagang dengan berbagai dagangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT?|END✔
Teen FictionApa yang kalian rasakan saat dituntut kesempurnaan? Bukankah memuakkan? Atau itu memang menjadi tujuan dalam list setiap impian? Delfano Azka Karelino, nama laki-laki itu. Hidup dengan segudang peraturan nyatanya membuat laki-laki berumur 16 tahun m...