1

26.1K 1.2K 63
                                    

Kali ini aku bawa cerita dengan alur yang berbeda lagi. Semoga kalian suka ya dan selalu nunggu kelanjutannya😄

Hope you like it! Hehe

~Enjoy it guys~

Laki-laki itu membuka kedua matanya dengan malas. Merutuk kenapa fajar datang lebih cepat dari perkiraannya. Ia masih tidur dua jam dan sekarang dirinya harus memulai harinya lagi. Benar-benar menyebalkan.

Hari Senin entah kenapa menjadi hari yang ia benci. Memulai kegiatan super sibuk setelah dua hari mendapat libur rasanya belum juga cukup.

Tok Tok

Suara ketukan pintu itu membuat kegiatan melipat selimutnya terhenti. Ia beranjak dari ranjangnya setelah melipat selimut yang tadi ia gunakan dan meletakkan di tepi ranjang. Melipatnya dengan benar-benar rapi.

Cklek

Ia membuka gagang pintu, membukanya sedikit lebar untuk melihat siapa yang datang ke kamarnya.

"Kenapa Bik?" Tanya laki-laki yang bernama Delfano dan biasa dipanggil Fano.

"Loh ternyata mas Fano sudah bangun. Saya tadi kesini buat bangunin mas, kirain belum bangun soalnya belum turun." Jawab Bik Tini selaku ART di rumahnya. Wanita berumur hampir kepala lima itu sudah ia kenal sejak kecil.

"Iya barusan bangun. Nanti kalau udah selesai pasti turun kok." Ucap Fano.

"Iya mas. Saya kebawah dulu ya." Pamitnya yang dibalas anggukan oleh Fano.

Ia membalikkan badannya, menutup pintu kayu berwarna putih itu lalu berjalan menuju kamar mandi. Tidak sampai 20 menit, Fano keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang dibalut seragam sekolah lengkap dengan atributnya.

Fano berjalan dengan langkah ringan menuju cermin berukuran dirinya. Sekedar merapikan dasi yang melingkar pada leher, merapikan ikat pinggang yang belum terpasang dengan benar, atau yang lainnya.

Ting!

Suara dari handphone yang ia letakkan di atas meja belajar miliknya berbunyi. Fano mengulurkan tangannya ke benda persegi berlogo apple itu.

Alarm berisi note muncul pada layar setelah ia menyalakan handphone. Ini adalah satu dari sekian banyak hal yang ia benci. Pagi harinya selalu berawal dari hal yang tidak menyenangkan.

Pulang sekolah melakukan les Bahasa Belanda.

Setelahnya, pulang ke rumah melakukan les matematika.

Malam harinya melakukan Evaluasi mingguan.

Benar-benar buruk!

Seharusnya ia sudah terbiasa dengan serangkaian kegiatan dari pagi-malam yang sudah dijadwalkan dengan baik oleh kedua orang tuanya. Seharusnya begitu kan? Tapi entahlah, dari kecil hingga sekarang ia belum juga bisa menerima dengan hati lapang. Dirinya ingin berseru keras, menyuarakan jika ia muak dengan hal itu.

Handphonenya ia masukkan ke ransel warna hitam yang terletak di atas meja. Bahkan laki-laki itu tidak peduli jika daya baterai handphonenya belum terisi penuh. Ia memakai jaket berwarna navy yang tadi ia letakkan di atas ranjang. Setelahnya ia menyambar ransel miliknya.

Sial! Ranselnya sangat berat.

Ia menatap tumpukan 3 buku tebal yang masih harus ia bawa. Menimang-nimang sebentar apa dirinya harus membawa buku itu, mengingat ransel yang mengantung di bahunya sudah tidak cukup diisi oleh mereka.

PERFECT?|END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang