Kalau ada typo, minta tolong dikoreksi ya. Biar aku perbaiki. Thanks😄
~Enjoy it guys~
Fano keluar dari ruang kelas tepat jam dua belas siang. Hari ini ia harus mengikuti pelajaran tambahan untuk Olimpiade yang akan dilaksanakan kurang dari satu bulan.
Pihak sekolah memberikan keringanan untuk para siswa yang terseleksi. Mereka mengikuti pelajaran tambahan dari jam dua belas hingga dua siang tanpa ada perpanjangan waktu. Bagaimanapun juga semua siswa harus menjaga kondisi kesehatannya agar nanti dapat mengikuti Olimpiade dengan maksimal.
Laki-laki itu membuka pintu Ruang Osis lalu menutupnya kembali. Ia mendudukkan dirinya di kursi yang biasa ditempati lalu menaruh ranselnya diatas meja. Tangannya mengambil kantong plastik berisi roti rasa coklat dan air mineral yang tadi dibeli di kantin.
Ia mengunyah rotinya dalam diam, berbanding terbalik dengan otaknya yang memikirkan sekiranya materi apa yang akan dipelajari setelah ini.
Cklek
Suara pintu membuat Fano menolehkan kepalanya kearah sumber suara. Menunggu siapa orang dibaliknya dengan penasaran.
"Ngapain disini?" Tanya Abay memasuki Ruang Osis dan mendapati adik kelasnya.
"Gak boleh?" Tanya Fano membalikkan pertanyaan.
"Ya gak gitu. Cuma kenapa gak ke kantin?" Tanya Abay duduk di kursi sebelah kiri Fano.
"Gapapa. Enak disini." Jawab Fano dengan melanjutkan memakan rotinya tanpa berniat untuk menawari Abay.
"Bel masuk tinggal lima menit lagi." Ucap Abay menatap jam yang terpasang di lengan kirinya.
"Hm, ya." Balas Fano seadanya.
"Bukannya lu hari ini udah mulai ikut pelajaran tambahan buat Olimpiade?" Tanya Abay mengangkat kepalanya menatap Fano.
"Emang hari ini." Jawab Fano. Ia meneguk air mineral setelah menghabiskan roti coklatnya.
"Pelajarannya di ruang apa?" Tanya Abay penasaran.
"Di auditorium." Jawab Fano yang dibalas anggukan paham oleh Abay.
"Ah, apa karena ruang ini deket sama auditorium jadi lu makan disini?" Tanya Abay menebak.
"Tuh tau." Celetuk Fano.
"Kalau lu menang, gua kasih hadiah." Ucap Abay menantang.
"Hadiah apa?" Tanya Fano meremehkan. Ia sangat hapal tabiat kakak kelasnya itu.
"Odading mang oleh~." Jawab Abay berseru dengan nada tingginya.
Nah kan! Apa Fano bilang! Kakak kelasnya itu memang kurang ajar.
"Gila!" Seru Fano yang dibalas kekehan oleh Abay.
"Sekarang makanan itu lagi hits. Lu gak tau?" Tanya Abay dengan mengunyah permen karet yang ditemukan diatas meja. Entah itu punya siapa, dirinya tidak peduli.
"Gak tau dan gak mau tau!" Seru Fano. Ia sudah terlanjur kesal dengan laki-laki disampingnya itu.
"Canda doang elah." Ucap Abay meninju pelan lengan kiri Fano. Ia memperbaiki posisi duduknya. Menatap kearah Fano dengan raut serius.
"Kalau lu menang, gua bakal traktir. Sepuasnya." Lanjut Abay.
"Beneran?" Tanya Fano. Ia menatap kedua mata Abay berusaha menemukan sirat kebohongan disana.
"Iya lah beneran. Kapan gua bohong." Jawab Abay dengan menepuk dadanya.
Fano mengangkat sebelah bibirnya. Kata orang tidak boleh menolak rejeki kan? Kapan lagi ia bisa merampok dompet kakak kelasnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT?|END✔
Teen FictionApa yang kalian rasakan saat dituntut kesempurnaan? Bukankah memuakkan? Atau itu memang menjadi tujuan dalam list setiap impian? Delfano Azka Karelino, nama laki-laki itu. Hidup dengan segudang peraturan nyatanya membuat laki-laki berumur 16 tahun m...