Untuk kesekian kalinya, aku mengingatkan para readers untuk selalu membaca narasi😄
~Enjoy it guys~
Fano keluar dari kamar mandi dengan baju santai. Sudah menjadi kebiasaan jika ia mandi malam hari, tepatnya sekarang pukul sembilan malam.
Setelah pulang diantar Sapta tadi, ia sudah melakukan serangkaian kelas les privat dirumahnya.
Fano membawa tungkai kakinya kearah meja belajar. Mengangkat ransel yang semula berada di lantai menjadi diatas kursi meja belajar. Ia mengeluarkan semua buku yang ada di dalam tasnya dan meletekkan di atas meja.
Kedua matanya melirik jadwal mata pelajaran yang tertempel di dinding. Lalu tangannya kembali sibuk mencari buku yang dibutuhkan untuk besok.
Besok hari Jumat, setelah itu sekolah akan libur. Fano duduk di kursi setelah semua buku sudah dimasukkan ke dalam ransel lengkap dengan alat tulisnya.
Ia memegang ponsel yang jarang ia gunakan lalu mengisi daya. Setidaknya ia harus membawa benda elektronik itu kemana-mana.
Cklek
Suara pintu sontak membuat Fano menoleh kearah sumber suara. Ia juga beranjak dari duduknya untuk mencari tau siapa yang datang ke kamarnya.
"Kamu tidak belajar?" Suara itu reflek membuat Fano melangkah mundur.
"Sebentar lagi akan belajar. Aku baru saja selesai mandi." Jawab Fano.
"Besok ada pengumuman olimpiade matematika di sekolah. Pastikan Kepala Sekolah memanggil namamu."
Ucapan dari Karel membuat Fano menundukkan kepala.
Papanya termasuk penyumbang terbesar di sekolahnya. Jelas saja pria itu tau mengenai apa saja yang terjadi di SMA Yolanda. Bahkan melebihi dirinya.
"Ya pa." Balas Fano.
Ia mengigit bibirnya gugup.
Bagaimana jika besok Kepala Sekolah tidak memanggil namanya?
Setelah mengucapkan hal itu, Karel melangkah keluar. Fano melihat punggung papanya yang kian menjauh.
Tidak inginkah pria itu berlama-lama di kamar anaknya sendiri?
Sekedar bertanya kabar atau hal yang terjadi hari ini?
Hanya memberikan sebuah perintah otoriter yang menyesakkan hati?
Lalu pergi meninggalkan anaknya seorang diri?
Fano menghembuskan nafas, ia melangkah kearah pintu lalu menutupnya.
Ia melangkah kearah meja belajar lalu membuka buku cetak tebal. Mempelajari materi yang besok guru di sekolah akan membahasnya.
Perintah papanya selalu berputar dalam otak; ia harus melangkah lebih jauh dari temannya. Jika perlu, ia harus mengetahui materi apa yang bahkan tidak gurunya mengerti.
Fano larut dalam kegiatannya sampai tidak sadar bahwa waktu sudah menunjukkan tengah malam.
🌵🌵
Enghh
Erangan keluar dari mulut itu. Ia menolehkan ke kanan dan kiri lalu menyengitkan alis bingung.
Sejak kapan dirinya tidur di ranjang? Seingatnya, terakhir kali ia berada di meja belajar.
Ia duduk di tepi ranjang lalu memegangi kepalanya. Ia menggelengkan kepalanya berulang kali. Ah, mungkin saja ia tidak sadar jika berjalan ke ranjang saat nyawanya masih di atas awan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT?|END✔
Novela JuvenilApa yang kalian rasakan saat dituntut kesempurnaan? Bukankah memuakkan? Atau itu memang menjadi tujuan dalam list setiap impian? Delfano Azka Karelino, nama laki-laki itu. Hidup dengan segudang peraturan nyatanya membuat laki-laki berumur 16 tahun m...