~Enjoy it guys~
Bel istirahat berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu. Perut yang tadinya penuh dengan lauk sarapan seakan tandas seiring berjalannya waktu. Minta diisi dengan lauk yang baru.
Fano melepas kaca mata bacanya, menyimpannya kembali pada kotak yang tersedia. Sapta sudah keluar kelas bahkan saat bel istirahat belum berbunyi. Ia mengambil handphone yang sejak tadi disimpan di dalam ransel.
"Berarti semua kegiatan kamu hari ini akan selesai lebih lambat 1 jam dari biasanya. Gimana?"
Notifikasi pesan itu muncul sesaat setelah ia menyalakan data seluler. Pesan dari papanya.
Ia mengetik balasan untuk pesan itu. Jemarinya bergerak lincah pada keyboard dengan mata yang sibuk meneliti apa ada kesalahan.
"Iya pa."
Setelah memastikan pesan itu sudah terkirim ke papanya, Fano beranjak berdiri dengan menyimpan handphone pada saku celana. Berniat untuk mengisi perut yang sedari tadi meronta ingin diisi.
🌵🌵
"Gua duduk sini ya." Suara itu membuat Fano mengangkat kepalanya. Saat ini ia sedang makan roti rasa coklat favoritnya.
"Duduk aja bang." Balas Fano saat mengetahui bahwa Abay yang berbicara dengan dirinya.
"Temen lu mana?" Tanya Abay di sela-sela makan menu baksonya.
"Gak tau." Jawab Fano singkat lalu melipat plastik yang membungkus rotinya tadi.
"Siapa sih nama teman lu itu? Sebelumnya dia pernah ke ruang Osis kan?" Tanya Abay menoleh ke arah Fano.
"Iya pernah. Namanya Sapta." Tanya Fano santai.
"Oh." Balas Abay singkat.
"Nanti gua bisa ikut rapat, tapi mungkin cuma bisa sampai jam 3. Gimana?" Tawar Fano dengan minum es teh dari gelas yang tadi ia pesan.
"Oke. Gapapa." Jawab Abay dengan mendorong mangkok baksonya yang sudah kosong untuk menjauh.
Fano melirik jam tangan miliknya, pukul 09.25. Tepat lima menit sebelum bel berbunyi, ia beranjak dari kursi kantin dengan membawa sampah plastik dan gelas kosong yang tadi berisi es teh. Benar-benar peduli lingkungan.
"Gua duluan bang." Pamit Fano tanpa menunggu jawaban dari kakak kelasnya itu.
Menghiraukan suasana kantin yang masih ramai, suara yang saling bersahutan disusul suara tawa sana-sini. Fano melanjutkan langkahnya untuk ke kelas.
Kepalanya dipenuhi banyak beban pikiran. Ia tidak boleh bersantai. Atau lebih tepatnya tidak ada waktu untuk bersantai.
Tangannya mengulur ke saku celana saat mengingat sesuatu. Ia mengetik pesan untuk dikirimkan ke Pak Eko.
"Jemput jam setengah tiga Pak. Aku ada rapat Osis."
Pesan itu segera ia kirimkan ke Sopir yang sudah bekerja dengan keluarganya bahkan sejak ia belum lahir.
Jika kalian ingin mengetahui bagaimana sosok Fano. Sebenarnya tidak ada yang istimewa. Dia bukan tipikal goodboy dengan title kutu buku yang melekat pada dirinya. Dia juga bukan tipikan badboy yang selalu melanggar peraturan sekolah. Bisa dibilang ia hanya tipe siswa yang netral.
🌵🌵
Tepat pukul 14.00, bel pulang berbunyi dengan nyaring. Membuat siapa saja dengan senang hati ingin segera meninggalkan sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT?|END✔
Teen FictionApa yang kalian rasakan saat dituntut kesempurnaan? Bukankah memuakkan? Atau itu memang menjadi tujuan dalam list setiap impian? Delfano Azka Karelino, nama laki-laki itu. Hidup dengan segudang peraturan nyatanya membuat laki-laki berumur 16 tahun m...