2300+ word, semoga bisa mengobati rasa rindu pada cerita ini💙
~Enjoy it guys~
Podium berukuran setengah dari luas lapangan sudah digelar. Beberapa kursi diletakkan berderet untuk para juri. Garis batas penontonpun sudah terbentang luas. Suara dari sound ditiap sudut lapangan menggema memutarkan lagu Indonesia Raya dan beberapa lagu kebangsaan lainnya.
Beberapa anak Osis yang mengenakan pakaian putih serta tali id card yang melingkar di leher tampak hilir mudik. Tengah sibuk dengan beberapa lembar kertas ditangan yang digulung.
"Fan! Hubungi seksi konsumsi. Pihak catering sudah nunggu diluar gerbang, suruh ambil secepatnya dan taruh di ruang Osis!" Perintah Abay pada Fano. Berbicara dengan cepat dan berlalu begitu saja.
Fano segera bertindak saat diberi titah oleh sang ketua.
"Sinta, Cio tolong ke gerbang depan. Pihak catering udah nunggu, nanti taruh di ruang Osis ya." Kata Fano menggulang kalimat yang sama seperti yang diperintah oleh Abay.
Jawaban "Oke" keluar dari mulut mereka. Keduanya bergerak dengan cepat keluar lapangan.
Jika anggota lain sibuk maka ketua dan wakil organisasi juga lebih sibuk. Itulah yang terjadi pada Abay dan Fano. Melelahkan tapi menyenangkan.
"Fan, Abay mana?" Tanya Dimas setengah berlari kearah laki-laki itu.
"Hah?" Jawab Fano heran. Alisnya menyengit bingung.
"Kepala sekolah sama perwakilan guru udah ditempat. Tinggal nunggu Abay buat mulai acara." Ucap Dimas.
Fano menelisik sekitar, ia mengusak rambutnya hingga berantakan.
"Gua cari dulu. Tolong bantu handle bang." Pamit Fano. Ia menepuk dua kali bahu Dimas kemudian berlalu pergi.
"Kebiasaan." Ucap Fano menghentikan langkahnya saat bertemu orang yang ia cari di depan kamar mandi.
Abay menyengir "Perut gua mules Fan."
"Cepet ke lapangan. Semua nunggu lu buat mulai acara." Lanjut Fano. Ia membalikkan badan lalu berjalan lebih dulu disusul Abay dibelakangnya.
🌵🌵
Abay bergabung dengan Kepala Sekolah serta dua guru yang lain. Pembawa acara naik ke podium diiringi tepukan dari murid SMA Yolanda.
Setelah beberapa patah kata disampaikan pembawa acara, dilanjutkan Kepala Sekolah beserta perwakilan guru yang menyampaikan amanatnya.
Tibalah Abay yang dipersilahkan pembawa acara untuk menuju podium. Fano menyenggol lengan kakak kelasnya itu, berisyarat agar cepat dan tidak membuang waktu.
Abay memperbaiki kaos putih miliknya agar terlihat lebih rapi, menyisir rambutnya dengan jari tangan lalu menaiki tangga podium.
"Selamat pagi, salam sejahtera untuk kita semua. Saya Abay sebagai perwakilan Osis ingin menyampaikan rasa berterima kasih kepada yang terhormat Kepala Sekolah dan jajaran guru serta staf yang turut menyempurnakan acara bulan bahasa pada tahun ini."
"Tak luput dari itu, saya beserta anggota Osis lainnya mengucapkan apresiasi yang besar kepada temen-teman sekalian yang turut hadir pada acara hari ini dan ikut memeriahkan."
Abay berkata dengan intonasi tenangnya. Dibeberapa kalimatnya ia menyapu pandangan pada seluruh arah.
"Tidak mengulur waktu lagi, saya memulai acara ini dengan rasa penuh bangga dan berharap acara terlaksana dengan baik tanpa kendala apapun." Abay mengakhiri kalimatnya dengan membungkuk setengah badan lalu turun dari podium.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT?|END✔
Teen FictionApa yang kalian rasakan saat dituntut kesempurnaan? Bukankah memuakkan? Atau itu memang menjadi tujuan dalam list setiap impian? Delfano Azka Karelino, nama laki-laki itu. Hidup dengan segudang peraturan nyatanya membuat laki-laki berumur 16 tahun m...