~Enjoy it guys~Kedua orang berbeda gender itu duduk disebuah Cafe dengan latte menjadi teman berdialog. Suasana cafe yang tidak ramai pengunjung membuat beberapa pelanggan bisa memiliki ruang lebih banyak untuk bercerita hal yang menyangkut pribadi, termasuk kedua orang itu.
"Ada apa Fan?" Tanya perempuan itu membuka suara. Ia menatap kearah Fano yang sedari tadi menatap gelisah kearah sekitar.
"Aku butuh pekerjaan." Jawab Fano mengangkat kepalanya. Ia menatap lurus kearah Zea dengan tatapan serius.
"Kamu masih 16 tahun." Balas Zea memberikan alasan logis yang tidak bisa dibantah.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Zea. Ia menatap Fano dengan penuh pengertian.
Saat Fano menghubungi dirinya dan meminta untuk bertemu di cafe dekat gedung les membuat ia bingung dan juga khawatir. Bagaimanapun juga, Fano bukan hanya muridnya melainkan sudah ia anggap sebagai adiknya.
"Aku membutuhkan uang." Ucap Fano jujur.
"Untuk?" Tanya Zea.
"Aku ingin meringankan beban orang tua." Jawab Fano.
Helaan nafas berat keluar dari mulut Zea, ia menyeruput lattenya saat dirasa tenggorokannya kering.
"Untuk soal ini, aku tidak bisa membantu." Kata Zea.
"Kamu masih 16 tahun dan kebutuhanmu masih menjadi tanggung jawab orang tuamu." Lanjut Zea.
Fano menunduk. Jika ia tidak mendapatkan pekerjaan, lalu bagaimana?
Perkataan Zea memang sepenuhnya benar. Tidak seharusnya remaja berumur 16 tahun mencari pekerjaan dengan terlonta-lonta seperti dirinya.
"Tenangkan pikiranmu terlebih dahulu Fan." Ucap Zea.
"Ya kak." Balas Fano.
Zea menepuk dua kali pundak kanan Fano lalu tersenyum.
"Mungkin ini privasimu. Tapi kakak akan selalu ada kapanpun kamu butuh seseorang untuk bersandar." Tutur Zea.
Ingin rasanya Fano menangis sekarang juga.
Ia sangat ingin kalimat yang baru saja dilontarkan oleh Zea, diucapkan oleh kedua orang tuanya.
Ia membutuhkan tempat untuk bersandar.
Tempat untuk bercerita keluh kesah.
Dan tempat untuk merasakan kehangatan dalam keluarga.
Bukan hanya rasa hampa yang selalu menerpa.
"Maaf tidak bisa membantu jika menyangkut pekerjaan. Niatmu memang baik, tapi dilihat dari umurmu yang sekarang itu masih belum memenuhi syarat." Kata Zea menjelaskan dengan pelan. Berusaha membuat laki-laki di depannya ini mengerti dan tidak sakit hati dari ucapannya.
"Gunakan waktu mudamu untuk bersenang-senang. Lihatlah Sapta, ia masih menjadi berandalan kelas kakap di umurnya yang sekarang." Lanjut Zea dengan memberikan lelucon di akhir ucapannya.
Fano terkekeh. Memang hari ini jadwal dirinya dan Sapta untuk kelas pelajaran yang diajar Zea. Mereka berdua datang lebih awal dari jadwal yang seharusnya, karena Fano yang ingin berbicara dengan Zea.
Meninggalkan Sapta yang mungkin saat ini sedang mendekati perempuan seumurannya yang sialnya semua kutu buku. Laki-laki itu salah mencari tempat untuk mencari pacar. Benar-benar tidak profesional!
"Aku akan tetap berusaha untuk membantumu. Mungkin menjadi guru privat di hari weekend bisa menjadi pilihan yang tepat." Kata Zea memberikan jalan solusi lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT?|END✔
Teen FictionApa yang kalian rasakan saat dituntut kesempurnaan? Bukankah memuakkan? Atau itu memang menjadi tujuan dalam list setiap impian? Delfano Azka Karelino, nama laki-laki itu. Hidup dengan segudang peraturan nyatanya membuat laki-laki berumur 16 tahun m...