Maaf kalau aku memilih pekerjaan dan tidak update cerita.
Maaf kalau aku memilih waktu bersama keluarga saat tahun baru dan tidak update cerita.
Maaf kalau aku memilih beristirahat diwaktu luang dan tidak update cerita.
Pertengahan bulan desember lalu aku sakit lumayan lama, setelah sembuh langsung disibukkan dengan pekerjaan. Beberapa kali harus bergadang, beberapa kali harus lembur.
Maaf sudah menunggu lama.
Tapi apapun itu, aku akan lebih dan lebih berusaha untuk memberikan cerita yang menarik untuk kalian baca.
~Enjoy it guys~
Waktu satu minggu menuju hari peringatan bulan bahasa, tentu bukanlah waktu yang panjang.
Fano yang menjabat sebagai wakil Osis tentu tidak lepas tangan begitu saja dan menyerahkan bagian-bagian tertentu pada seksi-seksi Osis dibawahnya. Ia membantu beberapa temannya agar persiapan selesai lebih cepat.
Abay yang semulanya senang bergurau, sekarang lebih banyak memasang mimik serius dengan menjelaskan hal-hal penting pada adik kelasnya. Membagikan beberapa tugas agar pelaksanaan terlaksana dengan baik.
"Bang Dim, sponsor gimana?" Tanya Fano pada Dimas yang sibuk mengetik di laptopnya.
"Udah beres kok Fan." Jawab Dimas mantap sebelum kembali melanjutkan kesibukannya.
"Oke sip." Balas Fano.
Selama dua hari ini pula, Fano menginap dirumah Abay. Alasannya, agar mereka lebih leluasa untuk berdiskusi dan menyiapkan acara dengan tidak ada kekurangan.
"Guys, minta perhatiannya sebentar." Intruksi dari Abay membuat semua anggota Osis yang berjumlah 25 orang segera menatap ketua mereka.
Fano yang duduk disebelah Abay menoleh pada laki-laki itu menunggu kalimat yang terlontar dari mulutnya.
"Lusa acara udah dimulai. Gua harap apa yang sudah kita siapkan selama seminggu ini mendapatkan hasil yang maksimal saat acara terlaksana."
"Lebih penting dari itu, kesehatan. Please, jaga kesehatan kalian. Gua gak mau saat acara nanti ada yang ijin gak masuk atau sakit. Seperti tradisi kita, setelah punya acara sekolah pasti ada acara makan-makan."
Netra Abay menyapu keseluruh anggotanya. Menatapnya satu persatu lalu menarik nafas panjang sebelum kembali berbicara.
"Gua mau merasakan euphoria itu untuk kesekian kalinya sama kalian tanpa ada anggota yang absen."
Benar, memang tidak salah mereka memilih Abay sebagai ketua Osis SMA Yolanda. Pemikiran terbukanya, wawasan luasnya, sifat serta sikapnya yang selalu mementingkan kepentingan bersama.
Jawaban kata "siap" terdengar kompak yang sukses membuat Abay mengulas senyum lebar tanda kepuasannya.
🌵
Jam menunjukkan pukul enam petang. Parkiran sekolah tentu saja sudah lenggang sejak tiga jam yang lalu.
"Bang Dim, bilangin ke ibu ya maaf gak bisa pulang lagi." Kata Fano menitipkan pesan.
"Iya, santai. Ibu juga udah gua kasih pengertian, kalau peran lu sangat dibutuhkan untuk acara bulan bahasa ini." Balas Dimas dengan menepuk dua kali bahu lawan bicaranya.
"Gua pulang duluan ya." Lanjut Dimas berpamitan. Ia berhigh five dengan Fano dan Abay yang berdiri tidak jauh dari tempatnya.
"Kalau acara udah selesai, gua pasti pulang kok." Kata Fano. Ia merasa tidak enak pada keluarga yang selama ini sudah menampungnya. Dirinya tidak boleh menjadi kacang yang lupa kulitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT?|END✔
Teen FictionApa yang kalian rasakan saat dituntut kesempurnaan? Bukankah memuakkan? Atau itu memang menjadi tujuan dalam list setiap impian? Delfano Azka Karelino, nama laki-laki itu. Hidup dengan segudang peraturan nyatanya membuat laki-laki berumur 16 tahun m...