🌵Makasih banyak untuk 303 Vote di part 8 kemarin. Uwu😍 makasih banyak udah Vote.
🌵Mari untuk lebih menambah Vote di part ini😗
⚠️ ADA 2777 WORD. SEMOGA GAK BOSEN😄
Kalau ada typo, koreksi yaa😄
Yang mau join grup Whatsapp, dm aku di wattpad👍
~Enjoy it guys~
Tok Tok
Suara ketukan pintu membuat laki-laki itu tersadar. Mengangkat kepalanya perlahan yang entah kenapa rasanya sangat berat. Retina matanya terkunci pada seseorang yang berdiri di depan kamarnya. Ia mengangkat bibirnya membentuk senyuman tipis.
"Mas Fano, ayo saya bantu bangun." Ucap Bik Tini memegang kedua bahu lemah Fano lalu membantunya bangun dan duduk di tepi ranjang.
Bayangan bahwa ia ingin diperhatikan oleh mamanya sirna begitu saja. Ia sungguh bodoh, kenapa dirinya masih saja berharap tinggi kepada keluarganya sendiri.
"Saya buka sedikit baju mas ya, saya obatin punggungnya." Ucap Bik Tini. Suara wanita paruh baya itu bergetar.
Entah sudah berapa kali ia berada di posisi ini, tapi rasanya tidak pernah terbiasa. Setiap kali Fano terluka, laki-laki itu hanya akan terus berdiam diri tanpa mengeluh. Beribu rasa sakit seakan menyerang hatinya saat melihat anak majikannya babak belur di tangan orangtuanya sendiri.
Sshhh
Desisan lirih keluar dari mulut Fano saat obat merah itu menyentuh luka yang berada di punggungnya. Bik Tini sudah membersihkan darah yang keluar dari punggungnya. Kedua mata Fano menatap lap yang berubah menjadi merah, menutupi warna semula yang tergelak di lantai. Lap yang menjadi saksi bisu bagaimana papanya melakukan kekerasan kepada dirinya.
Ia mengigit bibirnya kuat, menahan rasa sesak di dadanya yang tiba-tiba menguak ke permukaan. Memejamkan kedua matanya rapat agar bisa menahan air mata yang siap terjun kapan saja.
"Mas Fano ganti baju dulu." Ucapan Bik Tini membuat laki-laki itu tersadar. Fano beranjak berdiri dari ranjang, menatap wanita paruh baya yang ada didepannya.
"Makasih banyak ya Bik." Ucap Fano tersenyum.
Air mata mencelos begitu saja tanpa komando. Wanita itu mengusap air mata yang mengalir di pipinya dengan kasar. Jika anak majikannya ini kuat, ia juga harus kuat.
Wanita itu berdiri dari duduknya lalu menghampiri laki-laki yang berdiri menghadapnya. Bayi kecil yang rasanya baru lahir kemarin, sekarang sudah tumbuh menjadi laki-laki tampan dengan senyum manis andalannya. Anak kecil yang dulu suka menangis saat terjatuh, sekarang tumbuh menjadi sosok kuat dan tegar.
Grep
Pelukan itu membuat kedua mata Fano terpejam. Kedua tangannya bergerak untuk membalas pelukan itu. Ia harus mengingat pelukan hangat ini di dalam memorinya. Tanpa sadar, pelukan keduanya semakin erat. Saling menyalurkan kehangatan dan kekuatan masing-masing.
"Saya siapkan makan malam ya." Ucap Bik Tini melepaskan diri dari pelukan Fano.
"Iya Bik. Aku juga mau ganti baju dulu." Balas Fano. Kedua tungkainya ia bawa menuju lemari pakaian miliknya. Membuka pintu lemari lalu memilih baju yang akan ia pakai.
"Makanannya saya bawa kesini, jadi mas Fano tidak perlu kebawah." Kata Bik Tini berpesan sebelum keluar dari kamar Fano.
"Iya Bik." Sahut Fano tanpa menoleh kearah Bik Tini.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT?|END✔
Teen FictionApa yang kalian rasakan saat dituntut kesempurnaan? Bukankah memuakkan? Atau itu memang menjadi tujuan dalam list setiap impian? Delfano Azka Karelino, nama laki-laki itu. Hidup dengan segudang peraturan nyatanya membuat laki-laki berumur 16 tahun m...