Sore itu Asa datang ke rumah Yara untuk mengembalikan palu yang kemarin ia pinjam. Halaman rumah Yara dan Asa dipisah tembok tinggi, di mana ada sebuah pintu yang kalau dibuka akan langsung menghubungkan halaman belakang rumah keduanya.
Asa masuk lewat pintu tersebut. Tadi, ditemuinya Mita tengah menanam bibit sayuran, wanita itu menyuruh Asa untuk meletakkan palu di teras belakang rumah.
"Angkasa!" panggil Mita saat Asa ingin kembali ke rumahnya.
"Ya, Tante?" sahut Asa, berbalik menghadap Mita, "Tante mau aku bantu?"
Mita tersenyum lalu menggeleng, kemudian beranjak untuk cuci tangan di keran yang ada di dekatnya.
"Bisa ngobrol sebentar?" kata Mita, mendekat pada Asa.
Awalnya Asa mengernyit, namun kemudian pemuda tersebut mengangguk. "Bisa, Tante," jawabnya walau ragu mulai melanda, kenapa sepertinya Mita mendadak ingin bicara serius?
Setelah keduanya duduk di teras belakang rumah, Mita sempat menawari Asa minum namun pemuda itu menolak.
"Ini soal Ayyara," kata Mita, tersenyum lembut tapi tidak menatap Asa. Tatapannya lurus, menyiratkan kesedihan di baliknya.
"Yara? Yara kenapa, Tan?" tanya Asa dengan nada sedikit khawatir.
"Sebenernya dulu Yara punya banyak teman," ucap Mita membuat Asa mengernyit. "Yara punya sahabat. Tapi terus ada masalah, yang buat Yara jadi kayak sekarang. Mungkin kamu belum terlalu kenal Yara, tapi mungkin juga kamu tau kalau Yara keliatan kayak anak yang nggak mau punya teman. Yara lebih suka sendiri. Yara bahkan pernah bilang sama Tante, dia nggak percaya lagi sama yang namanya teman."
"Masalahnya pasti berat, ya, Tan? Sampai Yara sesakit hati itu," Asa bertanya hati-hati.
Mita hanya menatap Angkasa sambil tersenyum tipis, tak memberikan jawaban lebih. Asa juga tak bertanya lebih karena ia tahu Mita tak akan menceritakan masalah Yara lebih jauh.
"Maksud Tante ngajak ngobrol kamu gini karena Tante mau minta tolong ke kamu," ajar Mita, "kalau boleh...."
"Boleh lah, Tan. Kalau aku bisa, pasti aku bantu," balas Asa santai.
"Sekarang, Yara bener-bener nggak punya temen deket. Kalau ada masalah, dia jadi suka nyimpen sendiri. Mungkin kalau udah bener-bener cape, dia baru cerita ke Tante. Sebenarnya ada satu anak sahabat Tante yang deket sama Yara, biasanya Yara cerita sama dia, tapi dia beda sekolah sama Yara, rumahnya juga jauh, beda umur pula, jadi kesempatan untuk ketemu pun jarang, komunikasi kalau sempet.
KAMU SEDANG MEMBACA
YARA & ASANYA | ✔
Teen FictionAngkasa Abrisam bukan lagi green flag, tapi hijau neon. ** Ayyara Khainina Liani tidak lagi percaya pada ketulusan selain dari orang tua dan abangnya. Kejadian di masa lalu menghancurkan rasa percaya Yara pada orang lain. Ia tidak pernah lagi meneri...