- kolom komentarnya sambil diisi, yuk, sayang. sedikit sedih kalo inget lapak ini masih sepi aja:( makasii💗
Malam ini tiba-tiba Anna yang baru saja kembali dari warung langsung menghampiri Asa di kamar dan berseru memanggil. "Mas! Mas! Mas Asa!" ucapnya, bahkan membuka kamar Asa begitu saja tanpa salam atau ketuk pintu.
Karenanya Asa dibuat panik mendadak. Dia berdiri dan mendekati Anna. "Adek kenapa?" tanyanya.
"Nggak pa-pa." Dengan santai Anna menjawab. Setelah membuat sang kakak panik.
Raut datar terpampang di wajah Asa.
Anna menyengir. "Aku emang nggak pa-pa. Aku tuh mau ngasih tau, tadi waktu di jalan, aku liat Kak Yara duduk sendirian di pos ronda. Kayaknya lagi sedih deh, soalnya aku panggil sampe teriak, Kak Yara nggak denger," ceritanya.
"Beneran Kak Yara bukan yang kamu liat?" kata Asa memastikan.
"Ya masa mata aku seliwer, Mas. Bener kok, Kak Yara," balas Anna sungguh-sungguh. "Emang kalo bukan Kak Yara, siapa? Hantu?" lanjut Anna namun hanya berani bergumam.
"Ah, ya udah. Aku mau ngasih bakso ke Bunda. Itu saja info malam ini, Tuan muda. Terima kasih." Anna menangkupkan kedua tangan di depan dada lalu membungkuk pamit. Selanjutnya adik Asa tersebut keluar dari kamar.
Asa geleng-geleng dengan senyum kecil melihat tingkah Anna.
Setelah itu, Asa mematikan laptop dan menutupnya. Mengambil jaket lalu berjalan ke garasi untuk mengeluarkan sepeda. Sehabis pamit pada Runi, Asa mulai menggoes sepedanya menuju pos ronda.
Kata Anna, tadi sebelum Anna ke warung, di luar sempat hujan. Jalanan masih terlihat basah kini. Hawa dan udara terasa lebih dingin.
Namun dinginnya malam ini sepertinya tak mengusik kesendirian gadis yang mulai Asa lihat. Gadis yang masih saja duduk termenung di pos ronda.
Tapi dilihat-lihat Yara memang niat duduk di luar. Yara memakai celana panjang serta jaket yang membungkus tubuhnya.
Asa berhenti di depan pos. Masih dari atas sepeda, Asa menatap Yara.
KAMU SEDANG MEMBACA
YARA & ASANYA | ✔
Teen FictionAngkasa Abrisam bukan lagi green flag, tapi hijau neon. ** Ayyara Khainina Liani tidak lagi percaya pada ketulusan selain dari orang tua dan abangnya. Kejadian di masa lalu menghancurkan rasa percaya Yara pada orang lain. Ia tidak pernah lagi meneri...