Bel pulang sekolah sudah berbunyi, Yara pun bersiap untuk pulang setelah guru baru saja keluar. Ketika Yara bangkit dari duduknya dan menggendong tas, seorang temannya menahan.
"Yara!"
Yara menoleh. "Ya? Kenapa?" tanyanya.
"Lo mau langsung pulang?" ucap teman Yara.
"Pulang lah. Emang kenapa?" kata Yara bingung. Dia jarang ngobrol atau basa basi dengan teman kelasnya, jadi ketika mendapat pertanyaan seperti tadi, Yara kebingungan.
Teman Yara menyengir. "Nggak pa-pa sih. Nanya aja. Emang lo nggak mau nonton pertandingan basket? Nih anak kelas pada mau langsung ke lapangan. Lo doang yang mau pulang, serius nggak mau ikut?" kata gadis berlesung pipi itu.
"Pertandingan basket?" Yara tidak paham. "Emang hari ini? Bukannya besok?" lanjutnya bertanya sambil mengernyit.
Lalu Yara melihat Romeo berjalan cuek ke luar kelas dengan memakai tas di sisi bahu. Rasanya Yara ingin bertanya, tapi melihat Romeo tak meliriknya sama sekali membuat Yara mengenyahkan niatnya.
"Hari ini, Ra. Ayo, ikut aja! Jangan pulang dulu," kata Melita. "Gue mau liat Kajey tanding, pasti keren banget, aaa nggak sabar!"
Tanpa ragu, Melita merangkul bahu Yara dan menariknya untuk berjalan bersama. Sebenarnya Yara tak begitu mau, tapi ia hanya menghela napas lalu pasrah dan ikut saja.
Melita masih merangkul Yara dan kembali berkata, "Lo udah tau kan tim basket sekolah lawan? Anjir, ganteng-ganteng banget, lo tau nggak sih, Ra!? Gue kemarin sempet stalk IG sekolah mereka."
Tampak akrab. Oh, tidak. Nyatanya Melita dan Yara sering adu mulut. Tapi Melita memang seperti itu orangnya, siapa pun ditempeli, tak peduli yang sering kisruh dengannya sekali pun.
Namun kalau Yara pikir-pikir, Melita sebenarnya teman yang baik. Kurangnya hanya suka julid dan kompor secara berlebihan. Baik sekali bukan?
"Terus itu kaptennya siapa, ya, namanya? Aduh, lupa! Manis banget, Raaaa!"
"Gue aja nggak tau ini lawannya dari sekolah mana," celetuk Yara membuat Melita mendadak menghentikan langkah, yang otomatis membuat langkah Yara juga terhenti karena Yara masih dirangkul erat oleh Melita.
"Oh my gosh, seriously you nggak tau?? Ya elahh, Ra, makanya update dong!" sahut Melita heboh.
"Lah, orang gue emang nggak niat tau dan nggak mau tau kok! Gue nggak kepo kayak lo!" ucap Yara sewot. Namun anehnya, Yara tak merasa risi dengan rangkulan Melita.
"Ya maksudnya kan kalo lo tau, lo bisa ngasih tau gue kalo gue nggak tau," kata Melita pelan.
Yara mengerutkan kening melihat tingkah Melita yang menurutnya aneh. Yara agak menyingkir dari Melita. Selanjutnya, Yara menggeleng pelan, tak mau lagi memusingkan teman kelasnya itu. Yara beranjak pergi tanpa pamit.
KAMU SEDANG MEMBACA
YARA & ASANYA | ✔
Teen FictionAngkasa Abrisam bukan lagi green flag, tapi hijau neon. ** Ayyara Khainina Liani tidak lagi percaya pada ketulusan selain dari orang tua dan abangnya. Kejadian di masa lalu menghancurkan rasa percaya Yara pada orang lain. Ia tidak pernah lagi meneri...