Para gadis penari dari ekskul tari itu baru saja menyelesaikan tugasnya. Penonton bertepuk tangan riuh, puas dengan penampilan para gadis tersebut.
Mereka mulai keluar dari area pertunjukan lalu membubarkan diri.
Kepala sekolah naik ke atas panggung, memberi sambutan untuk terselenggaranya acara dies natalis tahun ini.
Asa menghampiri Yara yang tampak begitu menawan dengan pakaian tari tradisional.
"Good job, Sayang!"
Yara dan Asa kompak menoleh pada Jey dan Romeo yang juga datang mendekat.
"Gue mewakili Asa, Ra. Maybe Asa masih malu untuk bilang terang-terangan," kata Jey, tersenyum manis.
Yara meringis sambil memerhatikan raut Asa yang tengah menatap datar Jey. Sedangkan Romeo tertawa saja sembari menumpangkan siku ke pundak Jey.
Sadar tengah ditatap Yara, Asa tersenyum simpul pada gadis itu. Walau sesaat kemudian Asa kembali melirik sinis Jey.
"Cantik banget. Lo sukses buat orang-orang kagum. Usaha lo nggak sia-sia, Ra," puji Asa yang sontak membuat pipi Yara merona.
"Thanks, Sa."
Mendengar itu, Jey berceletuk, "Gue tadi nggak dikasih makasih."
Sebelum Yara sempat menjawab, Romeo lebih dulu bersuara. "Alah, susah ngadepin orang susah," katanya, mengusap kasar wajah Jey.
"Good job, Ra. Lo keren banget tadi." Ganti Romeo yang memuji. "Kalo gitu gue cabut dulu. Mau bawa Jey ke tempat penyembelihan," lanjut Romeo asal.
Meski protes, Jey tetap mau diseret Romeo pergi. Sedangkan Asa tertawa, Asa tidak sungguhan kesal pada Jey, begitu pun Jey adalah sahabat karibnya. Walau kelakuan Jey memang sering kali membuat Asa ingin membetotnya.
Masih dengan sisa tawa Yara terus menatap punggung Romeo dan Jey yang semakin menjauh. Padahal Yara belum sempat berucap terima kasih untuk pujian keduanya.
Tak lama setelah itu, Asa dipanggil untuk naik ke atas panggung memberi sepatah dua patah kata. Dan Yara beranjak untuk ganti pakaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
YARA & ASANYA | ✔
Fiksi RemajaAngkasa Abrisam bukan lagi green flag, tapi hijau neon. ** Ayyara Khainina Liani tidak lagi percaya pada ketulusan selain dari orang tua dan abangnya. Kejadian di masa lalu menghancurkan rasa percaya Yara pada orang lain. Ia tidak pernah lagi meneri...