Langkah kecilnya tampak ragu. Bahkan sejujurnya saja ia memang tidak ingin. Tapi ia harus ke sana.
Ruang Tari.
Yara sebagai salah satu anggota ekstrakurikuler tersebut diminta untuk mengikuti rapat sekarang juga. Tapi yang jadi masalah, beberapa pengurus OSIS juga akan ada di sana. Dan sudah pasti Asa sebagai pemimpin tak ketinggalan.
Entahlah, Yara belum ingin bertemu pemuda itu.
"Yaraaaaa!!"
Baru saja sampai di ambang pintu, Yara sudah dikagetkan dengan teriakan teman ekskulnya yang heboh memanggil.
Dan seruan itu juga mengundang orang lain di ruangan tersebut untuk memandangi Yara, termasuk Asa.
Yara tahu Asa fokus menatapnya, posisi Asa yang duduk di dekat pintu membuat Yara mudah menjangkaunya. Yara hanya melirik sekilas lalu kembali menatap temannya yang memanggil tadi.
Kini ganti Asa yang bingung. Melihat aura dingin Yara mengingatkannya pada Yara saat awal ia mengenalnya.
Diam-diam Romeo menatap Asa, lalu tersenyum miring mengetahui balasan yang Asa dapatkan karena kelakuannya sendiri.
"Makan nih, Ra. Kue dari Jey. Ceritanya traktiran karena kemarin tim basket kita yang menang! Katanya nanti sore masih mau ditraktir lagi kita. Emang beda, ya, anak sultan mah," ujar Sherly heboh ketika Yara duduk di sebelahnya. Sedangkan Jey sudah tersenyum jumawa.
"Makasih, nanti aja, masih kenyang," kata Yara datar. Lalu tatapannya tertuju pada Jey. "Selamat, ya, Jey," lanjutnya singkat.
Sebelum membalas, Jey memandang Yara dengan bingung pula. Ada apa dengan gadis itu, pikirnya. Namun setelah Jey menoleh pada Asa yang raut wajahnya tak terbaca, Jey memilih tidak ingin memikirkan terlalu jauh. "Thanks, bestie," kata Jey, mengedipkan mata genit pada Yara.
Beberapa orang melengos melihat tingkah genit Jey. Tapi berkat Jey, tawa Yara kembali terdengar meski pelan. Asa suka mendengar dan melihat tawa itu, akan lebih suka lagi kalau Asa-lah alasan Yara tertawa.
Yara celingukan, ternyata bukan hanya anak tari dan pengurus OSIS yang berada di ruangan ini, ada beberapa anggota dari berbagai ekskul lain.
Rapat dimulai, Asa memimpin dengan membuka suara, memberi salam pada semuanya lalu mulai menjelaskan tujuan dikumpulkannya mereka.
"Ini kita mau ngapain sih, Ly?" bisik Yara pada Sherly. Bukannya mendengarkan Asa, Yara justru memilih bertanya pada Sherly.
"Lah, kan Bu Emi semalem udah ngumumin di grup, njer. Nih sekolah kita bentar lagi nambah umur. Nanti bakal ada dies natalis kayak tahun-tahun sebelumnya. Nah, lo tau? Ini yang kumpul di sini adalah anggota-anggota inti," jelas Sherly juga berbisik.
Yara mengernyit. "Anggota inti? Maksudnya gimana?" tanyanya belum paham.
"Bah! Lo beneran belum buka chat dari Bu Emi di grup tari, ya?" Kini Sherly menaikkan nada bicaranya, sampai dilirik beberapa orang, tapi ia tak peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
YARA & ASANYA | ✔
Teen FictionAngkasa Abrisam bukan lagi green flag, tapi hijau neon. ** Ayyara Khainina Liani tidak lagi percaya pada ketulusan selain dari orang tua dan abangnya. Kejadian di masa lalu menghancurkan rasa percaya Yara pada orang lain. Ia tidak pernah lagi meneri...