Chapter 29 : Nginep Di Kamar Yara

410 51 11
                                    

"Mau bicara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau bicara."

Tatapan Asa berubah serius, Yara menggeser tubuh lalu bersandar pada pagar di balkon kamarnya.

"Ya. Silakan," ucap Yara dengan nada serius juga.

Asa menumpangkan lengan pada pagar yang tingginya hanya sebatas dada Yara.

"Sebelumnya, gue mau tanya," kata Asa tanpa menatap Yara, dia menyaksikan langit yang tampak gelap, sepertinya bulan dan bintang sedang tertutup awan hitam, mendung. "Yara, selama kehadiran gue di deket lo, gimana perasaan lo?"

Yara mengerjap, ternyata memang seserius ini pembicaraannya. Gadis itu tersenyum, membalikkan badan jadi satu arah pandang dengan Asa, Yara juga menaruh lengan di pagar.

"Lo obat buat gue, Sa."

Sontak Asa menoleh, bertemu dengan tatapan lembut Yara.

"Lo jadi salah satu bagian dari proses healing gue. Lo bantu gue sembuh. Lo nambahin warna di hidup gue." Yara mengalihkan pandangan, kembali menguraikan senyuman. "Nyatanya, kehadiran lo emang seberguna itu di hidup gue."

Asa masih memandang Yara. Yara menoleh, diam sejenak sambil membalas tatapan dalam Asa. Lalu Yara berkata, "Makasih, ya. Dan maaf, gue sering banget nyusahin lo. Gue belum bisa ngelakuin banyak hal untuk bales kebaikan lo. Gue masih sering buat lo cape atau kesel, maaf. Tapi yang pastinya harus lo tau, gue seneng bisa deket sama lo."

Pengakuan itu tentunya melambungkan hati Asa. Senyumnya terbit lebar, Asa mengelus kepala Yara. Lega, Asa kira kehadirannya akan menambah beban Yara.

"Sama-sama. Dan lo nggak perlu minta maaf, semua yang gue lakuin buat lo, gue selalu ikhlas ngelakuinnya, lo nggak perlu bales atau balikin. Dan yang pasti, gue seneng banget bisa kenal Ayyara Khainina," ujar Asa, mengusap pipi Yara.

"Pelet lo kuat, Sa," canda Yara, memegang tangan Asa lalu menurunkannya.

Asa tertawa pelan. "Pelet gue cuma buat lo kok," ujarnya santai.

Yara mencibir dan berkata, "Tapi cewek-cewek di luar sana tanpa disuruh juga bakal mudah kecantol sama lo. Gimana tuh berarti? Pelet lo nyasar?"

Tawa Asa semakin keras. "Nggak nyasar lah. Buktinya sampe ke lo." Dia melingkarkan lengan, merangkul pundak Yara.

Tidak lagi menyahut, Yara hanya tertawa dan mendorong pipi Asa dengan gerakan sangat pelan.

"Lo masih suka sama gue?" tanya Yara tiba-tiba. Membuat seringai kecil muncul dari pemuda di sebelahnya.

"Udah bukan di level itu lagi. Ra, I love you from the bottom of my heart," bisik Asa.

Yara memejamkan mata, mencerna baik-baik ucapan Asa hingga merasuk pada dasar hati yang paling dalam. Semburat merah pun sudah muncul pada pipi Yara.

"Dan, lo? Udah sayang sama gue?" Asa bertanya dengan suara tenangnya.

"Gue nggak pernah seyakin ini sebelumnya buat sayang sama cowok. Tapi sama lo, jelas rasanya beda. Dan, ya, gue sayang sama lo, Angkasa."

YARA & ASANYA | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang