Chapter 30 : 99,999% Gemes

390 48 1
                                    

Sungguh tidak ada raut senang pada wajah gadis itu, senyumnya tenggelam, raut kesal ditunjukkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sungguh tidak ada raut senang pada wajah gadis itu, senyumnya tenggelam, raut kesal ditunjukkan.

Hari yang buruk bagi Yara.

Yara menghela napas, menunduk dan memandang sepatunya. Lalu Melita datang, duduk di sebelahnya, menyenggol bahu Yara kemudian bertanya, "Lo kenapa sih, Ra? Dari tadi diem aja, cemberut terus. Lagi ada masalah?"

Perlahan Yara menoleh dan membalas tatapan Melita. Yara menggeleng, tanpa kata lalu memandang depan, pada teman-temannya yang tengah latihan upacara bendera. Sebenarnya Yara juga, namun ia meminta izin untuk istirahat dulu, daripada pikirannya semakin kacau.

"Nggak pa-pa." Begitu kata Yara akhirnya.

Namun jelas Melita tidak percaya, meski ia juga tidak mau memaksa Yara berbicara.

"Udah makan?" tanya Melita perhatian. Yara mengangguk pelan.

Sesaat kemudian, Melita membuang napas pelan. Biarlah, mungkin Yara memang sedang butuh waktu sendiri dan tenang. Melita menepuk bahu Yara.

"Ya udah, gue balik ke sana lagi. Lo jangan lama-lama, ya, bad mood-nya. Nanti gue beliin es krim deh," ucap Melita, menyengir riang.

Yara menghargai usaha Melita untuk memperbaiki suasana hatinya, dia tersenyum walau tipis. "Makasih, ya," ucap Yara lirih, terdengar begitu lelah.

Melita mengangguk-angguk, melambaikan tangan dan berlari kecil menjauh.

Dan Yara kembali melamun.

Seseorang datang dari belakang dan mengusap kepala Yara. "Hei! Jangan diem aja. Kesambet nanti," celetuk Dita bercanda.

Yara mendongak, sampai memutar kepala karena kini Dita pindah duduk di sebelahnya. "Lo dari mana?" tanya Yara heran, karena beberapa waktu ke belakang, Dita menjadi lebih tertutup akan sekitar, ia lebih senang menyendiri di dalam kelas daripada keluar dan berbaur bersama yang lain.

"Dari lab komputer," jawab Dita. Gadis itu mengeluarkan sesuatu dari tote bag yang dibawanya. "Buat lo," katanya, menyodorkan dua kotak susu UHT.

Diterima oleh Yara dengan kening berkerut bingung. "Ngide dari mana lo kasih gue susu UHT begini?" kata Yara, dan kalimat terpanjang yang ia ucapkan di hari yang sudah menjelang sore ini.

Dita tertawa kecil. Dia berkata, "Bukan dari gue. Itu dari Angkasa. Tadi gue ketemu. Katanya, dia liat lo cemberut terus dari pagi, tapi dia belum sempet nemuin lo. Dia titip itu buat lo karena kebetulan tadi susu itu yang lagi dia pegang."

Yara menatap Dita dengan tatapan geli dan sedikit tidak percaya. Namun selanjutnya Yara menggeleng pelan sambil tersenyum tipis.

"Oke-oke. Makasih udah mau dititipin," kata Yara sembari melihat susu tadi sampai dibolak-balik kotaknya.

Setelah itu, Yara menyodorkan satu kotak susu pada Dita. Ia berkata, "Buat lo."

Segera Dita menggeleng. "Nggak usah. Kan buat lo, kok dikasih gue. Udah minum, biar seger lagi," kata Dita menolak.

YARA & ASANYA | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang