"Buanglah sampah pada tempatnya!" ucap Yara tajam.
Namun Asa malah tersenyum, tak sedikit pun terintimidasi oleh ucapan Yara.
Yara kembali berkata, "Gimana sih lo, Sa. Malah nyontohin yang nggak baik."
"Itu sampah bukan sembarang sampah," kata Asa sambil berjalan menghampiri.
Dan Yara mengerutkan kening tak paham. Yara bersiap membuang kertas itu ke tempat sampah di dekatnya. Cepat-cepat Asa menahan.
"Jangan dibuang!" cegah Asa.
"Kenapa sih?? Kan sampah, ya dibuang," ucap Yara ngeyel.
Asa membuang napas keras. Cowok itu berkata, "Coba buka, terus baca, yang keras." Setelah itu Asa beranjak untuk mengeluarkan motor.
Tak membuang waktu dan nurut-nurut saja, Yara mengikuti perkataan Asa tanpa pikir panjang. Dia menarik napas dan membuangnya sedikit kesal.
"ANGKASA ABRISAM, GIMANA KALO KITA PACARAN? ………… Hah ……??"
"CIEEEEEE!!!"
Yara tak berani menengok pada murid-murid yang bersorak menggodanya. Ia terlalu malu. Sialan Asa.
Yara diam di tempatnya, menunduk sembari meremas kertas tadi.
Asa tertawa geli melihatnya. Dia menghampiri Yara lagi. Kemudian melihat murid-murid yang masih ada sekitar parkiran.
"Udah, udah, Guys. Cewek gue malu," kata Asa santai dengan tawa kecil yang membuatnya tampak semakin memesona.
Cubitan di lengan Asa tak terelakkan, Yara mendelik pada pemuda itu.
Para murid yang menyaksikan itu pun tertawa gemas lalu melanjutkan aktivitas mereka masing-masing.
Asa mengusap lengannya sembari menatap Yara dan tersenyum.
"Nggak usah senyum-senyum! Jelek!" cetus Yara yang tengah menahan kebrutalan saltingnya.
"Lo emang niat berenang kalo ada banjir, ya, Sa?"
Celetukan Yara membuat Asa menoleh dan mengernyit.
"Bukannya langsung pulang, kenapa malah mampir ke taman, anjir?" lanjut Yara bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
YARA & ASANYA | ✔
Fiksi RemajaAngkasa Abrisam bukan lagi green flag, tapi hijau neon. ** Ayyara Khainina Liani tidak lagi percaya pada ketulusan selain dari orang tua dan abangnya. Kejadian di masa lalu menghancurkan rasa percaya Yara pada orang lain. Ia tidak pernah lagi meneri...