Suatu pagi di SMK Saskara Buntara.
Ayyara Khainina Liani atau akrab disapa Yara berjalan tenang memasuki gedung sekolah. Tidak banyak yang diharapkan Yara untuk hari ini, ia hanya ingin harinya berjalan tanpa masalah. Duduk di kelas, mendengarkan musik, memahami apa yang diajarkan para guru, ke kantin sendirian, kembali belajar, lalu pulang, rutinitas yang biasa ia lakukan di sekolah. Benar-benar tidak ada yang spesial, monoton.
Yara menoleh ke kanan dan kiri, tumben sepagi ini sekolah sudah ramai. Yara melihat para murid lain berbincang dan bercanda bersama teman mereka, hal yang sangat jarang atau bahkan menyerempet tidak pernah lagi dilakukan oleh Yara semenjak semester dua di kelas sepuluh lalu.
Dari arah berlawanan, tampak tiga pemuda berjalan sambil bercanda dan saling dorong. Salah satunya, Asa namanya, berlari menghindar dari Jey dan Romeo yang hendak memukul kepalanya.
Namun Romeo dan Jey berhasil menarik Asa. Ketiganya kembali tertawa dan lagi-lagi saling mendorong. Tontonan segar nan gratis untuk para cewek di pagi ini.
Siapa yang tak kenal Angkasa Abrisam, dia Ketua OSIS di sekolah ini. Lalu Jey, kapten basket yang ternyata anak dari Ketua Yayasan. Dan Romeo, si pangerannya SMK Saskara Buntara yang tak hanya tampan tapi juga cerdas. Tiga pemuda itu adalah paket lengkap.
"Wooo, Asa!! Wooo!!!" seru Jey heboh sambil terus mendorong Asa.
Romeo tak mau ketinggalan. "Emang sumber masalahnya tuh lo, Sa!" katanya sambil tertawa, tangannya juga ikut mendorong Asa.
Hingga mendadak Asa yang sudah lelah dorong-dorongan sejak tadi dan Jey yang tanpa sadar mendorong lebih kencang membuat Asa menubruk gadis yang melintas di depannya.
Semua kaget. Terutama gadis itu, Yara.
Asa refleks menarik pinggang Yara agar Yara tidak jatuh. Dan ... hidung Asa yang menyentuh hidung Yara, jika maju sedikit lagi, bibir mereka yang bersentuhan.
Jey serta Romeo saling pandang, tak lama kemudian keduanya merapat lalu berlari kabur.
Asa menjauh dari Yara yang masih terdiam kaku. Tiba-tiba Asa berlari mengejar Jey dan Romeo dengan kesal.
Sedangkan Yara masih mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Ia melirik orang-orang di sekitarnya. Sepertinya, hari yang berjalan tanpa masalah tidak akan terwujud untuk hari ini, atau bahkan hari-hari berikutnya.
"Berengsek tuh cowok. Ganteng doang, minta maaf enggak," gerutu Yara, mengusap kasar ujung hidungnya.
Meski hatinya masih sangat kesal, Yara mencoba bodo amat pada tatapan beragam dari murid-murid lain.
Gadis itu melanjutkan langkah hingga sampai di kelasnya.
"Cie, Yara. Pagi-pagi udah dapet rezeki nomplok, dicium sama Ketos ganteng, aaa! Gue juga pengin," celetuk Melita si biang gosip di kelas Yara saat Yara baru saja memasuki kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
YARA & ASANYA | ✔
Novela JuvenilAngkasa Abrisam bukan lagi green flag, tapi hijau neon. ** Ayyara Khainina Liani tidak lagi percaya pada ketulusan selain dari orang tua dan abangnya. Kejadian di masa lalu menghancurkan rasa percaya Yara pada orang lain. Ia tidak pernah lagi meneri...