Saatnya keluar dari kandang. Yara dan seluruh teman kelasnya berjalan rombongan menuju lab komputer untuk praktik. Buku cetak tebal dengan keseluruhan isi mengenai akuntansi keuangan sudah Yara bawa, begitu pun anak kelasnya yang lain.Tanpa diketahui, dari arah berlawanan, segerombolan lain berjalan semakin mendekat.
Yara langsung menujukan pandangannya pada Asa yang berjalan tidak paling depan namun masih terlihat jelas.
Mereka bertemu dan berbelok ke koridor yang sama, berjalan satu arah karena memang tujuan mereka sama.
Sementara yang lain sudah ramai. Ada yang menggoda cewek dari kelas Asa, lalu akan dibalas oleh cewek-cewek sana. Atau beberapa dari kelas Yara dan kelas Asa yang jadi berjalan sambil merangkul.
Tidak apa-apa lah, daripada bentrok dan tawuran antar kelas.
Karena konon katanya, hubungan jurusan Akuntansi dan jurusan TKJ tidak terlalu baik. Padahal selama sekolah di sini dan menjadi bagian dari jurusan Akuntansi, Yara merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Akuntansi dan TKJ baik-baik saja.
Asa sudah semakin dekat dengan Yara. Setelah dekat, Asa langsung menarik pinggang Yara dan merangkul tenang.
Tindakan Asa tersebut membuat Yara kaget, gadis itu diam sebentar untuk mencerna. Yara mendongak menatap Asa dan berkata, "Sa, tangan lo ngapain?" Ia takut kalau teman-teman di sekitarnya akan melihat dan jadi gosip.
Menyadari itu, Asa tertawa pelan. Tangannya pindah merangkul pundak Yara. "Refleks tadi," ucapnya kelewat santai.
Yara mendengus pelan, tak percaya begitu saja.
"Kelas lo mau ke mana?" tanya Yara sebab belum tahu tujuan Asa dan teman-teman kelas pemuda itu.
"Lab komputer."
Lab komputer berada pada satu deret namun ada beberapa ruang, sengaja dipisah untuk masing-masing kelas atau jurusan.
Sebelum sampai ke lab komputer, mereka melewati bengkel tempat anak-anak jurusan TKR praktik. Romeo sengaja mampir hanya untuk menepuk bahu Jey yang tengah mengotak-atik mesin mobil.
"Emang biasanya lo ke lab jam seginian juga? Perasaan sebelumnya kelas kita nggak pernah bareng kayak gini," kata Yara sedikit bingung.
Asa menjawab, "Nggak. Kali ini jam pelajarannya dituker, gurunya mau ada acara."
Tiba-tiba Cecil-teman kelas Yara, berjalan di sebelah Asa. Lalu disusul Melita dan Bila. Yara segera menaruh curiga dengan gerak-gerik tiga temannya itu.
"Hai, Angkasa!" sapa Cecil, Melita, dan Bila dengan senyum manis.
'Dih, ngapain sih?'
Tidak, Yara tidak cemburu. Yara hanya merasa aneh dengan sapaan dan senyuman yang datang tanpa aba-aba tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
YARA & ASANYA | ✔
Teen FictionAngkasa Abrisam bukan lagi green flag, tapi hijau neon. ** Ayyara Khainina Liani tidak lagi percaya pada ketulusan selain dari orang tua dan abangnya. Kejadian di masa lalu menghancurkan rasa percaya Yara pada orang lain. Ia tidak pernah lagi meneri...