Tak lama setelah bertemu dengan tatapan Yara, Asa segera mengalihkan pandangan pada Romeo.
"Udah selesai tandingnya?" tanya Asa, bangkit pelan-pelan untuk duduk.
"Belum," jawab Romeo singkat dengan kedua tangan masuk ke saku celana.
Yara agak mengernyit memerhatikan Asa yang kini tampak tak mau menatapnya. Ia mencoba memanggil Asa, "Sa...."
Asa hanya menatapnya sebentar dan tersenyum tipis. Tanpa membalas panggilan Yara dengan kata, Asa segera melihat Romeo lagi.
"Kok lo malah ke sini? Temenin Jey lah," ujar Asa pada Romeo yang tampak masih sangat tenang.
Romeo membalas, "Gue dari lapangan kok."
Tadi Romeo juga melihat saat Yara sendirian menuntun Bayu keluar dari area pertandingan, hanya saja ia tak sampai mengira kalau Yara akan menemani Bayu begitu lama. Ah, Romeo tak punya hak untuk mengomentari terlalu jauh. "... Nemenin Jey dari tadi. Teriak-teriak dah tuh gua sampe serek tenggorokan, nyemangatin. Ke sini bentar, ngecek lo. Takutnya lo keenakan tidur sampe nggak pengen bangun lagi," lanjutnya.
"Lambemu!" umpat Asa lirih, gemas ingin meremas mulut sahabatnya itu. Sementara Yara terkekeh kecil merasa gemas juga, tapi pada Asa. Lemas begitu Asa masih sempat mengumpat geregetan.
Perlahan Asa turun dari ranjang, ia menghampiri Romeo. Asa menepuk pundak Romeo dan berkata, "Gue udah lebih enakan. Ayo, ke lapangan. Gue juga pengen nonton sahabat gue tanding."
Romeo tak langsung menjawab. Romeo melirik Yara yang tampak kecewa dengan respons Asa pada gadis itu. Terlihat sangat Yara ingin bicara dengan Asa. Dan Romeo pun berbisik pada Asa, "Yara nungguin lo tuh, lo nggak mau ngobrol dulu?"
Bukannya menyahut pertanyaan Romeo, Asa justru menatap Yara. Asa tersenyum tipis. "Gue ke lapangan dulu, ya, Ra," pamitnya.
Yara tak mengerti dengan apa yang tengah menimpa pikiran serta perasaan Asa. Mengapa Asa seolah tak mau bicara dengannya?
"Lo … gue nggak bisa ngomong … sebentar?" ucap Yara bingung.
"Nanti aja. Sekarang lo punya waktu buat temenin dia dulu, kasian nggak ada temennya." Begitu balas Asa sembari melirik Bayu. Yang membuat Yara semakin mengernyit tidak paham.
Tanpa tunggu lama dan tanpa peduli dengan tatapan bingung Yara, Asa merangkul Romeo lalu menariknya keluar dari UKS.
"Dih, anjir. Lo kenapa sih, bro?" celetuk Romeo ketika sudah di luar sambil menempelkan tangan ke kening Asa.
Asa menyingkirkan tangan Romeo dengan wajah agak merengut. Asa tak berminat menjawab pertanyaan Romeo.
"Wait, jangan bilang...." Romeo menatap Asa dengan tatapan jail. "Sa, are you jealous?"
Belum sempat Asa menyahut, Romeo sudah tertawa sembari melepaskan rangkulan Asa.
"Gue nggak cemburu," ucap Asa tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
YARA & ASANYA | ✔
Teen FictionAngkasa Abrisam bukan lagi green flag, tapi hijau neon. ** Ayyara Khainina Liani tidak lagi percaya pada ketulusan selain dari orang tua dan abangnya. Kejadian di masa lalu menghancurkan rasa percaya Yara pada orang lain. Ia tidak pernah lagi meneri...