30. Kembali

705 97 6
                                    


Ricky menghela nafas lelah lalu tersenyum sesaat kakinya sampai tepat di depan pintu kosan. Rasanya sudah lama sekali dia meninggalkan rumah yang banyak memberikan banyak cerita meski kadang dia juga merindukan kampungnya. Namun, hal yang paling ia rindukan adalah para penghuninya yang sudah ia anggap sebagai keluarga keduanya.

Tangan Ricky terangkat demi mengetuk pintu, tapi disaat yang bersamaan pintu itu terbuka dan menampilkan sosok Faras yang juga melihatnya dengan raut kaget.

"Ricky?"

Bingung menanggapi keterkejutan Faras, akhirnya Ricky memilih menyapa wanita itu seadanya.

"Hai." Tangannya spontan melambai di depan wajah Faras dengan senyum yang kelewat kaku.

Ricky tidak berbohong, sekarang jantungnya sudah berdetak tak karuan. Satu hal yang membuatnya ingin kembali ialah Faras. Wanita yang diam-diam ia kagumi dan bodohnya ia tidak berani untuk mengutarakan perasaannya.

"SIAPA KAK?" Fiki berteriak dari dalam, tapi setelahnya Ricky melihat bocah itu berjalan mendekati mereka.

"Bang Ricky!" Nampaknya Fiki kaget akan kedatangannya. Yah, memang Ricky tidak mengabari mereka kalau hari ini akan kembali.

Lantas bocah itu memeluk Ricky. Bagi Fiki, Ricky itu seperti kakaknya sendiri.

"Bang, Shipo pergi, bang! Sejak bang Ricky pergi, dia gak mau makan. Apalagi bang Gilang sering ngusir dia," adu Fiki terisak. Entah kenapa Ricky malah ingin tertawa mendengar aduan Fiki yang menurutnya sangat lucu. Bocah ini badannya aja yang besar tapi pemikirannya kadang bisa sangat lugu sekali.

Ricky menepuk pelan punggung Fiki.

"Yaudah, bang Ricky minta maaf ya. Nanti kita cari Shipo sama-sama," bujuk Ricky.

"Beneran?"

"Iya."

Di belakang Faras udah menahan tawa. Sebenarnya dia prihatin, tapi melihat Fiki begitu manja dengan Ricky terlihat lucu sekali. Padahal kalau bocah itu di rumah tidak semanja itu, bahkan kadang Fiki bisa jadi lawan bertengkarnya.

"Yaudah, masuk Rick! Kita lagi masak-masak nih," ajak Faras dan diangguki oleh Ricky. Kemudian ketiganya masuk.

Dari arah ruang tamu saja Ricky bisa mendengar kericuhan di dapur. Apalagi suara Fajri yang sedang tertawa, entah apa yang membuat bocah itu bisa tertawa segirang itu.

Setelah Ricky bisa melihat suasana dapur yang tidak ada perubahan selama kepergiannya ia menjadi Dejavu.

Belum ada yang sadar akan kehadiran Ricky setelah sebuah apel hampir melayang ke arah wajahnya. Untung ia menyadari sebelum apel itu mengenainya.

"Ricky!" Shandy yang menyadari setengah terkejut. Alhasil semua mata yang semula sibuk dengan aktivitasnya tertuju pada Ricky yang masih berdiri.

"Bro Ricky!" Gilang tampak girang sekali lantas memeluk Ricky cepat.

"Akhirnya ustad kita udah pulang," celetuk Farhan yang tampak tak peduli. Ia masih sibuk dengan bakwannya yang hampir gosong.

Ricky terkekeh mendengar Farhan menyebutkan embel ustad padanya. Rasanya belum pantas saja.

"Beneran deh Rick! Farhan udah tobat sekarang, dia gak modusin cewek lagi."

Farhan langsung memberikan tatapan tajam ke arah Shandy. Padahal ia hanya tidak mau membuat para cewek-cewek itu berharap padanya. Ia sedang mencoba menjadi cowok cool.

"Paling bertahan seminggu," sahut Fajri membuat adonan tepung mendarat ke wajahnya. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Farhan. Lagian omongan bocah itu keterlaluan.

Ricky bersyukur bisa menyaksikan kericuhan di kosan ini. Ia merasakan hidupnya kembali. Ia semakin bersemangat meski ia harus bisa melupakan masalah di kampungnya. Kembalinya ke sini adalah untuk merenung dan melanjutkan studinya dengan harapan keputusan ibunya bisa berubah.

"Rick, bantuin sini!"

"Siap, bos!" Ricky lantas menurunkan tasnya lalu mengambil alih pekerjaan Farhan.

Sementara yang lain sibuk membuat adonan yang lain, lain halnya Fajri dan Zweitson kedua bocah itu malah main kejar-kejaran membuat Shandy menjewer telinga mereka.

"Ampun bang!" Teriak Fajri.

"Kalian kalo main mending di luar sono!" Usir Shandy sadis.

"Tega banget," cetus Zweitson. Kemudian diberikan tatapan tajam Shandy membuat bocah itu ciut.

"Udah Shan, biarin aja mereka," pujuk Faras cukup sabar.

Kosan kalau belum rame bukan kosan mereka atau bisa saja penghuninya sedang tidak ada di rumah. Lagian aneh jika kosan mereka hanya sepi-sepi saja. Tetangga juga sudah maklum.

.

.

SATU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang