Seperti biasa sang 3 serangkai, Fiki, Fajri dan Zweitson datang ke sekolah. Baru saja ketiganya masuk Koridor Fajri yang peka akan situasi merasa ada yang aneh.
Tak seperti biasanya, beberapa siswa melihat ke arah mereka bertiga. Bahkan ada yang berbisik kala ketiganya lewat.
Fajri pun menghentikan langkah kedua sahabatnya hingga Zweitson menabrak badan Fiki karena terlalu fokus dengan komiknya.
Fiki melepaskan earphone nya yang sedari tadi terpasang.
"Ada apa sih Ji?"tanya Fiki kesal.
"Iya nih, kalo mau berhenti bilang dulu napa."sambung Zweitson sembari membenarkan letak kacamatanya.
"Lo berdua gak merasa ada yang aneh pagi ini?"
Fiki dan Zweitson saling tatap kemudian kompak menggeleng.
"Coba lo liat sekeliling."suruh Fajri. Keduanya mengikuti instruksi dari Fajri. Dan baru sadar kalau sekarang mereka sedang di perhatikan.
"Kenapa mereka liatin kita kayak gitu."ucap Fiki.
"Jangan-jangan ada sesuatu di wajah kita ya."tebak Zweitson dan langsung mendapat gelengan keduanya.
"Atau aib salah satu dari kita tersebar di mading."tebak Fajri asal.
Alhasil ketiganya lari menuju papan pengumuman.
"Gak ada ah."ucap Fiki setelah melihat mading yang hanya terisi dengan berbagai artikel dan surat pemberitahuan.
"Tapi gue yakin pasti ada sesuatu."
"Kenapa gak tanyakan langsung saja ke mereka."usul Fiki.
"Benar juga."
Fajri baru ingin memanggil salah satu dari siswa itu tiba-tiba seorang siswi menghampiri ketiganya. Kemudian mengulurkan tangannya.
"Selamat ya, video kalian jadi trending hari ini. Kalian keren banget."
Ketiganya masih bengong kala siswi itu yang menyalami mereka satu persatu. Kemudian pergi.
"Gue gak salah dengarkan Fik,Son."ucap Fajri ragu.
Fiki tersenyum senang. "Akhirnya video kita jadi trending!"Fiki memeluk kedua sahabatnya itu.
Zweitson yang badannya paling kecil di antara keduanya langsung terbatuk kala pelukan yang sangat erat, meski dia juga ikut senang.
***
Fajri tampak ngos-ngosan. Keringat membanjiri wajah dan badannya hingga kaosnya jadi lecek.
Usai dari latihan basket bersama dengan timnya dia langsung duduk berselonjor di tepi lapangan.
Ada beberapa hari lagi menjelang perlombaan yang diadakan di sekolahnya. Dia harus giat berlatih agar timnya nanti bisa menang. Terlebih dia harus bisa membuktikan pada keluarga kalau dia bisa dibanggakan.
Dia tersentak kaget kala sesuatu yang dingin menyentuh pipinya.
Menoleh pada Siska yang sudah mengambil posisi di sebelahnya kemudian menyodorkan botol yang berisi air minum itu padanya.
Fajri menerimanya. "Thanks." Kemudian langsung meneguk air itu. Dia memang kehausan.
Matanya mengerjap beberapa kali saat Siska menatapnya sambil tersenyum.
"Ada apa?" tanyanya salah tingkah.
"Manis banget sih."
Fajri langsung memalingkan tatapannya. Sumpah, jantungnya jadi deg-degan sekarang.
Sebuah handuk kecil disodorkan Siska untuknya. Fajri kembali menerimanya.
Dia mengelap keringat di wajah dan tangannya.
"Gemes banget."
Lagi, Fajri semakin salah tingkah. Gadis di sampingnya ini terang-terangan sekali mengungkapkan isi hatinya.
"Thanks untuk coklatnya." Fajri mencari topik pembicaraan agar suasana tidak terlalu canggung.
"Sama-sama."
Hening kembali.
"Lo kenapa baik banget sama gue?"tanya Fajri meyakinkan. Dia takut berasumsi sendiri.
"Sudah jelaskan, dari awal gue udah pernah bilang. Gue mau dekat sama lo. Gue suka lo, Fajri."
Sungguh di luar dugaan. Gadis di sampingnya ini memang berbeda. Sangat berani dan terang-terangan.
"Lo suka gue apanya?"
"Memangnya perlu ya alasan untuk menyukai seseorang."Gadis itu malah balik bertanya. Membuat Fajri semakin bingung.
"Gue hanya gak nyangka aja."
Siska tertawa. Sungguh ternyata sang kapten basket ini sangat polos sekali.
"Jadi lo mau gak jadi pacar gue?"
Fajri kaget lalu menatap Siska tak percaya.
"Kok lo yang nembak duluan?"
"Gak apa, gue orangnya gak sabaran soalnya."ucapnya tersenyum.
"Jadi mau apa gak?"
Fajri mengangguk ragu. Sebenarnya dia masih belum yakin tapi jika dia tolak pasti akan mengecewakan Siska. Dan dia bukanlah orang yang seperti itu.
"Mana hp kamu."
"Buat apa?"
"Aku mau simpan nomorku disana."
Fajri memberikan ponselnya pada gadis itu. Siska lalu mengetikkan nomornya disana. Kemudian mengembalikan lagi pada Fajri.
Ponselnya berbunyi dan menampilkan nama 'Siska manis' disana membuat Fajri tersenyum sendiri.
"Nanti malam aku telpon ya."ucap Siska kemudian beranjak meninggalkannya kala bel berbunyi.
Sungguh gadis ajaib!
***
