16. MANIS MANIS

800 115 6
                                    





Suara teriakan para siswa yang memadati pinggir lapangan basket itu menggambarkan persaingan antar tim basket yang sedang bertanding.

Zweitson dan Fiki ikut penasaran dengan jalannya pertandingan dimana di sana melibatkan Fajri sebagai kapten dari tim basket dari sekolah mereka.

Keduanya bergabung dengan sekumpulan siswa di pinggir lapangan.

"Liat noh, teman kita itu, bangga gue."ucap Zweitson sembari melihat Fajri yang sedang menggiring bola.

"Gak nyangka dia udah jago basketnya, padahal baru kemaren gue mengajari dia."ucap Fiki menatap haru.

"Ngarang lo!"sergah Zweitson sambil ketawa karena sesungguhnya Fiki hanya menyemangati Fajri. Hanya itu.

Hingga teriakan salah satu siswi memekakkan telinga Fiki. Fiki menutup sebelah telinganya sembari menatap siswi tersebut.

"Eh lo makan apa sih! Suara lo nyaring bikin telinga gue pengang!"sewot Fiki kemudian gadis itu menoleh tersenyum padanya.

"Makasih."

Fiki terbengong. Rasanya dia baru saja mengejek bukan memuji kenapa malah kesenangan? Fiki hanya geleng-geleng heran.

"Eh Fajri jatoh tuh! Wah curang banget!"ucap Zweitson terlihat kesal kala salah satu pemain lawan menabrak Fajri sengaja.

"Iya ampe jalannya pincang gitu, lututnya berdarah tuh!"sambung Fiki ikut kesal dan kasihan.

Sementara para penonton tampak semakin memanas terlebih siswa dari sekolah mereka yang tak terima kapten basket di curangi.

Fajri tampak kelelahan. Keringat sudah membasahi bajunya. Dia melihat ke arah penonton. Tampak Fiki dan Zweitson memberi semangat.

Fajri kembali fokus dengan jalannya pertandingan. Dia melihat skor timnya yang banyak tertinggal dengan skor lawan.

Pertandingan berlangsung kembali. Kedua tim tampak bersaing ketat bahkan setelah melihat sang kapten Fajri di curangi, para teman-temannya semakin berusaha melindungi Fajri agar tidak kembali di incar oleh lawan karena selama pertandingan Fajri lah yang banyak memasukkan bola.

Hingga di akhir pertandingan dimenangkan oleh tim lawan membuat para penonton berteriak kecewa.

Fajri tampak berjalan menuju Zweitson dan Fiki setelah pamit dengan teman basketnya.

Zweitson dan Fiki memberikan pelukan semangat untuk Fajri.

"Lo hebat! Gue bangga sama lo."ucap Fiki.

"Gak apa-apa kalah, yang penting lo udah berusaha."sambung Zweitson.

"Thanks ya."




***



Zweitson baru saja keluar dari dalam toilet hingga hampir saja dia menabrak seseorang yang berjalan berlawanan arah dengannya.

"Eh sorry."

Siswi itu menatap Zweitson dengan takjub lalu tersenyum.

"Lo.... Zweitson kan?"tanya siswi itu memastikan. Sementara Zweitson berusaha mengenali siswi tersebut hingga dia teringat akan sosoknya.

"Lara?"

Gadis itu mengangguk.

"Kok lo bisa di sini?"tanya Zweitson tak menyangka bisa bertemu dengan gadis itu di sekolah.

"Oh gue ikut liat pertandingan basket sekolah gue."

Zweitson mengangguk paham dan melihat seragam yang di pakai Lara memang berbeda dengan seragam sekolahnya.

"Selamat ya, tim basket sekolah lo menang."ucap Zweitson sembari mengulurkan tangan lalu di sambut Lara.

"Tim basket sekolah lo juga keren kok, apalagi kaptennya tadi. Gue salut meski sedang cedera, tapi masih berusaha sampai akhir."ucap Lara sambil mengacungkan kedua jempolnya.

"Namanya Fajri, dia teman gue."

"Beneran?"

Zweitson mengangguk. Tiba-tiba suara perut Lara berbunyi membuat gadis itu memegangi perutnya. Sementara Zweitson terkekeh.

"Lo mau ke kantin? Biar gue temenin."tawar Zweitson.

"Boleh. Yuk!"




***



Fajri menggigit bibir bawahnya menahan pedih di lututnya yang sekarang sedang di beri bethadine oleh Siska. Gadis itu meniup niup lutut Fajri hati hati. Kemudian menutup lukanya dengan plester gambar hati.

Mereka sedang berada di uks. Petugas uks kebetulan tidak datang karena sedang ada urusan lain.

"Masih sakit?"tanya Siska menengadah menatap Fajri. Posisi Fajri sedang duduk di kursi dan Siska berjongkok.

Fajri menggeleng bohong. Padahal masih nyut nyutan. Namun dia gengsi mengakui di depan Siska.

Siska menarik kursi lain hingga bisa duduk berhadapan dengan Fajri. Gadis itu menatap khawatir lalu menghela.

"Buka bajumu!"pinta Siska. Alhasil Fajri kaget sambil memegangi kaosnya dan menggeleng tegas.

"M-mau apa?"

Siska terkekeh. Gemas melihat Fajri yang salah tingkah. Kemudian dia mengambil sesuatu dari dalam tasnya.

"Kamu harus ganti baju, emang nyaman udah keringatan kayak gitu?"ucap Siska sambil memberikan baju kaos yang baru pada Fajri.

Sementara Fajri masih tampak kebingungan.

"Kamu ganti bajunya, aku tunggu di luar. Nanti kita ke taman ya. Aku bawa bekal untuk makan siang."ucap Siska sembari memberikan kaos itu pada Fajri hingga beranjak dari ruang uks.

Sementara Fajri masih menatap kaos putih polos itu.




***






SATU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang