"Son, Ji, sini deh!" Fiki berteriak memanggil keduanya yang tengah sibuk dengan urusan masing-masing. Zweitson yang larut dengan komik dan Fajri yang lagi telponan. Lalu karena merasa terpanggil, keduanya menghampiri Fiki yang tengah sibuk di depan laptop."Apaan?" Fajri duduk di samping Fiki, sedangkan zweitson berdiri di belakang mereka dengan komik yang masih setia di tangannya.
"Lihat deh! Viewer perform kita waktu acara kampus bang Fenly udah nyampe ratus ribuan. Gila!" Sontak kepala zweitson dan Fajri mendekat ke arah layar laptop. Dan kedua mata keduanya membola tak percaya.
"Kok bisa? Terakhir minggu lalu gue lihat baru sepuluh ribu," ucap zweitson sangsi.
"Baguslah, berarti masyarakat Indonesia suka sama lagu yang kita bawakan," sambung Fajri yang terlihat tidak begitu peduli lalu kembali ke tempatnya.
"Kita harus kasih tau bang Fenly nih!" Fiki segera menelpon salah satu penghuni kos itu. Ketika tersambung, Fiki langsung mengabarkan tentang video mereka dan Fenly pun ikut kaget. Kemudian setelah terdengar Fenly berteriak memanggil penghuni kos lainnya telpon itu seketika mati.
"Loh, kok mati? Perasaan sinyal bagus aja." Fiki mengecek saldo pulsanya yang ternyata udah tinggal nol.
"Ji, lo telponan sama siapa sih ampe pulsa gue ludes kayak gini!"
Tersangka Fajri hanya menyengir dengan muka tanpa dosa.
"Telponan sama Siska, hehe."
"Lo kalo mau pacaran modalan dikit napa! Minjam hp teman sadar diri, lo, kan bisa ambil paket telpon dulu!" Fiki udah berteriak kesal. Punya teman emang akhlakless semua.
"Ya sorry, gue lupa ambil paket, Fik. Ntar gue ganti deh pulsa lo."
Fiki hanya berdecak dan mengurut dadanya. Mencoba untuk mengendalikan amarahnya. Ia tidak mau kena darah tinggi padahal masih muda.
Sementara zweitson di pojokan hanya cekikikan dari tadi. Bukan menertawakan Fiki dan Fajri yang sedang adu mulut, tapi lagi asik membalas chat dari Lira.
"Benar-benar ya lo berdua. Kalo mau pacaran jangan di rumah gue!" Fiki memijit pelipisnya. Meratapi nasibnya yang jomblo.
***
Fiki yang pagi itu naik angkot menuju sekolah karena motornya lagi nginap di bengkel tiba-tiba di sapa oleh salah satu cewek berseragam, tapi bukan dari sekolahnya.
"Kamu bukannya yang main piano di video viral itu, kan?"
Fiki bingung. Ia bahkan masih belum percaya kalau ternyata cewek itu berbicara dengannya.
"Lo ngomong sama gue?" Fiki menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, benar, kan? Sama tujuh cowok-cowok itu?"
Awalnya Fiki masih belum mengerti dengan apa yang dikatakan cewek itu, tapi setelah ditambahkan dengan kata tujuh cowok seketika Fiki jadi sadar cewek itu lagi menceritakan tentang penampilannya dalam video itu.
"Oh, ah, iya." Fiki menggaruk tengkuk karena salah tingkah.
"Ya, kan?" Mata cewek itu berbinar. "Kamu namanya siapa?"
"Gue Fiki."
"Aku boleh minta tangan kamu?"
"Hah, buat apa?"
Cewek itu tersenyum malu.
"Karena aku fans kamu, boleh ya?"
Fiki tertelan ludah sendiri. Bagaimana ceritanya dia punya fans sementara dia bukan seorang yang terkenal.
"Hehe, tapi gue gak merasa terkenal."
"Sekarang kamu udah terkenal." Lalu cewek itu mengeluarkan sebuah buku tulis dan memberikannya pada Fiki.
"Ini aku tanda tangan?"
"Iya."
Dengan sedikit ragu dan gugup Fiki menandatangani buku tulis itu. Dan hanya kali ini ia mencoret buku tulis dengan tanda tangannya. Biasanya teman-teman kelasnya akan marah kalau ia sembarangan mencoret buku mereka.
"Nih."
"Makasih ya." Lalu cewek itu turun di depan gerbang sekolahnya. Sembari melambaikan tangan pada Fiki.
"Sukses ya Fiki!"
Fiki malu karena teriakan cewek itu yang terlalu berlebihan. Benarkah sekarang ia jadi terkenal?
***
"Woy, Fiki!" Suara Fajri menggema di ujung koridor. Fiki pun segera berlari ke arahnya.
"Lo tau berita terhangat gak?" Fajri langsung merangkul Fiki lalu membawanya duduk di bangku kelas.
"Apa?"
"Kita masuk berita sekolah sebagai siswa berbakat!" Fajri bertepuk tangan sendiri.
"Serius?"
"Lo gak percaya ikut gue ke Mading sekarang!" Fajri menyeret Fiki mengikuti langkahnya menuju papan pengumuman itu.
"Noh liat! Ini kita, Fik!" Fajri menunjukkan foto mereka sedang perform. Judul besar berita itu adalah 'Berprestasi bukan hanya dalam bidang akademik saja', lalu penjelasan dalam berita tersebut kalau video mereka banyak dapat like dan di tonton ribuan orang.
"Jadi sekarang kita terkenal, Ji?" tanya Fiki tak percaya.
"Sepertinya begitu."
"Eh, eh, tau gak, gue barusan di kejar adik kelas!" Zweitson tiba-tiba muncul.
Sontak Fajri dan Fiki tertawa.
"Ngapain ampe di kejar mereka sih!"
"Minta tanda tangan!"
"Masa?" Fajri terlihat kurang percaya.
"Sumpah gue." Zweitson bahkan menunjukkan dua jarinya.
"Gue aja tadi di minta tanda tangan pas di angkot," sambung Fiki.
"Heh, demi apa?"
"Demi Allah, suer!"
"Jadi sekarang kita terkenal?"
Dan pertanyaan Fajri terjawab kala dari ujung koridor terlihat gerombolan siswa maupun siswi menunjuk ke arah mereka. Ketiganya langsung berlari setelah melihat gerombolan itu mulai mendekat ke arah mereka.
***
Au ah gabut gue, jangan lupa vote dan komen ya
Saran untuk chapter selanjutnya juga boleh