Di sebuah rumah yang cukup besar itu tampak dua penghuninya yang sedang sibuk. Masih cukup pagi ketika keduanya sudah beraktivitas. Sebenarnya memang tugas keduanya mengingat kelima dari penghuninya sudah dapat tugas masing-masing.
Shandy menghela nafas saat membuka kulkas. Kecewa hanya menemukan 3 butir telur. Kemudian dia menoleh pada Ricky yang sedang sibuk menyapu ruang tengah.
"Kemarin Fenly gak jadi belanja bulanan?"
Ricky menghentikan aktivitasnya.
"Katanya dia lupa karena pulangnya udah kemaleman."
Shandy tidak menyahut lagi. Dia pun mengambil 3 butir telur itu untuk dijadikan sarapan pagi ini. Gerakannya cukup sigap dalam mempersiapkan makan pagi bagi kelima penghuni rumah. Bukan asal pilih, di antara kelimanya hanya masakan Shandy yang bisa diterima oleh masing-masing lidah. Pernah Farhan memasak untuk makan malam mereka karena Shandy sakit. Akibatnya keempat penguni itu bolak balik toilet pada esoknya.
Ricky beranjak ke dapur bersamaan dengan selesainya Shandy memasak. Hanya memerlukan waktu setengah jam saja.
Selang beberapa menit Fenly muncul dengan baju yang sudah rapi. Siap untuk pergi kuliah dan di susul Gilang. Keduanya bergabung di meja makan.
Shandy memerhatikan keduanya.
"Kalian gak bangunin Farhan?"tanya Shandy pada salah satunya.
"Udah kok, katanya tunggu 5 menit lagi."jawab Gilang sembari memerhatikan telur dadar yang hanya ada 3. "Ini gimana bagiinnya?"
"Ambil satu-satu aja, gue sama Ricky lagi puasa."
"Hah serius?"
Fenly terlihat gusar.
"Maaf ya gue lupa banget kemarin belanja bulanan."sesalnya.
"Udah gak apa, nanti pulang dari kerja biar gue aja yang mampir ke supermarket."sahut Shandy pengertian.
"Oya gimana project yang lo ajukan ke Dekan, udah di setujuin gak?"tanya Ricky pada Fenly.
Sebenarnya Ricky, Fenly dan Gilang satu tempat kuliah hanya beda jurusan saja. Dan mereka bertiga pun sering nongkrong bareng. Hanya intensitasnya kadang tidak sesering Gilang, karena Ricky sering mengajar privat dan kadang jadi guru ngaji di masjid komplek dekat kosan mereka. Ricky itu dulunya anak pesantren dan dia terkenal paling sholeh diantara semua penghuni rumah.
"Katanya masih mau di pikirkan dulu."jawab Fenly.
"Yaelah buat beramal kok banyak mikirnya. Gue rasa ya itu Cuma alasan aja."sahut Gilang.
"Husss gak boleh suuzon."sambung Shandy ketularan Ricky.
"Suuzon apaan?"tanya Gilang gagal paham.
"Buruk sangka, yaelah gitu aja gak paham."tetiba Farhan muncul dengan gaya paling santai. Cuma pakai singlet dan celana selutut. Kemudian duduk bergabung di meja makan.
"Yeee dulu pas mata pelajaran bahasa arab gue banyak bolosnya, makanya gak ngerti bahasa gituan."
"Makanya kayak gue, gini-gini nilai bahasa arab gue seratus."sombong Farhan.
"Mana ada nilai seratus."sangkal Gilang tak terima.
"Lang berangkat yuk, kalau telat bisa gawat nih. Pagi ini bu Lidya yang masuk."sela Fenly di tengah kericuhan.
"Hah serius lo? Bukannya Mr. Adam?"
"Ini barusan gue di wa Dino, katanya Mr.Adam masuknya nanti siang."