"Gue udah keren gak?"tanya Fajri meminta pendapat dari Fiki dan Zweitson.
Sekarang mereka sudah berada di Cafe tempat kerja Shandy. Malam ini mereka akan tampil di sana untuk menghibur para pengunjung Cafe.
"Udah kok." Zweitson memberikan dua jempol pada Fajri.
Kemudian mereka masih celingak celinguk mencari keberadaan bang Shandy yang belum nampak batang hidungnya.
"Beneran jadi gak sih nih?"tanya Fiki yang sudah bosan menunggu.
"Ntar gue wa bang Shandy dulu."
Sementara Zweitson sedang mengirimkan pesan pada Shandy, Fiki yang ingin beranjak dari tempatnya tiba-tiba ditabrak oleh seseorang. Alhasil jaketnya basah oleh tumpahan jus.
"Aish!"
"Maaf maaf ya, gak sengaja."ucap seorang gadis dengan suara cemprengnya sambil mengelap jaket Fiki.
Fiki memperhatikan gadis itu.
"Lo si suara cempreng itukan?"tebak Fiki. Si gadis yang berada tepat di sampingnya saat lomba basket kemarin.
"Eh Fiki ya?"
"Heran tiap ketemu lo gue sial mulu."
"Duh maafin ya, suer gak sengaja gue."
"Yaudah biar gue bersihin sendiri."ucap Fiki dengan raut jengkel.
"Jaketnya gue cuci ya, ntar di sekolah gue balikin."
"Gausah!"
"Gak papa."
Gadis itu masih menunggu Fiki melepaskan jaketnya.
"Yaudah lo cuci yang bersih!"ucap Fiki galak lalu memberikan jaketnya pada gadis itu.
"Sekali lagi gue minta maaf ya, gue pergi dulu."ucap gadis itu lalu seperti terburu-buru meninggalkan Cafe.
"Jangan galak la sama cewek."sahut Fajri.
"Masalahnya nanti mau tampil masa gue cuma pake kaos doang!"
"Calm bro, gue bawa jaket dua tadi, ntar gue ambil di motor gue dulu."ucap Fajri lalu berjalan ke parkiran.
"Kalian udah siap?"tanya Shandy menghampiri mereka.
"Udah dari tadi bang."
"Trus mana nih yang lain?"
Pintu Cafe terbuka menampilkan keempat pemuda yang sudah tampak keren dengan penampilan rapi mereka.
"Maaf bang tadi macet, ada kecelakaan."jelas Fenly.
"Yaudah sekarang kalian ikut gue!"
***
Pengunjung Cafe lumayan ramai membuat kedelapan pemuda itu semakin gugup. Mereka sudah berada di atas panggung kecil itu. Sementara Fiki sudah berada di depan sebuah piano. Fenly pun sudah siap dengan gitarnya. Semuanya duduk di kursi.
"Baiklah para pengunjung Cafe, semoga terhibur dengan penampilan kami dari Un1ty."ucap Shandy sebelum memulai.
Fiki dan Fenly mulai memainkan alat musiknya. Lantunan musik yang ceria membuat pengunjung Cafe mulai memperhatikan mereka.
Mereka menyanyikan lagu Satu ciptaan Fenly. Sebelumnya mereka sempat latihan dulu. Dan untungnya mereka bisa kompak.
Para pengunjung Cafe beberapa ada yang ikut larut dengan keceriaan lagu itu, ada juga yang cuek saja.
Hingga mereka mendapatkan tepuk tangan di akhir penampilan.
Kedelapan pemuda itu saling bertos merayakan kesuksesan penampilan mereka.
"Kerja bagus guys!"ucap Gilang senang.
"Padahal cuma sekali kita latihannya."
"Sekali tapi habis setengah hari."sahut Zweitson.
"Thanks banget bang."ucap Fenly pada Shandy.
"Terima kasih tu ke manajer gue kan dia yang nawarin kita."elak Shandy.
"Oya mana manajernya bang Shandy?"
"Sepertinya ada yang cari saya?" Seorang wanita menghampiri mereka.
Ketujuh pemuda itu saling pandang heran. Sang wanita mengulurkan tangan.
"Nama saya Julia, manajer Cafe ini."
Nampak keterkejutan dari wajah mereka mengetahui manajer Shandy adalah seorang wanita.
"Farhan."ucap Farhan tak mau melewatkan kesempatan ini.
"Dasar cumi kering."umpat Shandy berbisik.
"Saya sudah melihat penampilan kalian barusan, keren banget saya suka."pujinya.
"Terima kasih bu."ucap Fiki sopan membuat Julia terkekeh.
"Saya itu seumuran Shandy kok, panggil kakak saja ya."
"Oh maaf kak Julia."
"Gak papa, oya kalian mau kan kalo saya undang nampil lagi?"
"Mau banget kak."sahut Fenly semangat.
"Bagus, yaudah kalo gitu saya permisi dulu."ucap Julia kemudian berlalu.
"Cantik ya."
"Udah deh Han, Julia gak bakal suka sama lo, lagian dia sudah jadi istri orang."jelas Shandy.
"Serius lo? Masa sih?"tanya Farhan tak percaya.
"Kalo gak percaya ntar lo liat bentar lagi suaminya jemput."
Kemudian sebuah mobil memasuki halaman Cafe lalu seorang laki-laki muda keluar dari sana.
"Noh suaminya masih gak percaya?"tunjuk Shandy pada laki-laki itu yang baru saja memasuki Cafe.
"Eh iya bang."sahut Fajri lalu tertawa.
Mereka masih memperhatikan laki-laki itu hingga Julia menghampirinya terlihat interaksi keduanya yang tampak mesra.
"Cari yang lain aja ya bang, jangan jadi pebinor nanti kena azab kayak sinetron di tv."saran Ricky.
"Seram amat bang."sahut Zweitson.
"Lah iya, ingat karma masih berlaku. Kita hidup di dunia ini jadilah orang yang baik karena sesungguhnya kebaikan itu akan kembali ke kita begitu juga sebaliknya."
"Siap pak ustad!"jawab semuanya kompak.
***
