Apa yang kamu rasakan ketika baru pulang kerja kemudian melihat keadaan rumah yang berantakan? Rasanya pengen teriak dan memukul apa pun. Sama halnya yang dialami Shandy. Pemuda itu baru saja memasuki ruang tengah kosan yang seperti kapal pecah. Entah apa yang terjadi sebelumnya di sini. Bahkan dia heran kenapa ada mainan serta botol susu yang sudah tergeletak di lantai.
Sementara ketiga penghuninya nampak terlelap dengan posisi yang sudah tak beraturan lagi. Hanya Ricky yang berada di sofa.
"Rick, bangun lo!"panggil Shandy membangunkan Ricky. Pemuda itu langsung membuka matanya namun belum sepenuhnya sadar. Dia meraih kacamatanya yang tadi dia letakkan di meja. Setelah memasang kacamata itu barulah dia sadar bahwa Shandy sudah pulang.
"Kenapa bang?"tanyanya sambil menguap.
"Harusnya pertanyaan itu yang gue tanyain ke lo."
Ricky masih belum mengerti maksud Shandy.
"Lo bertiga abis main perang perangan? Kok rumah berantakan gini?"
Ricky pun melihat keadaan sekitar kemudian teringat akan sesuatu. Dia seketika berdiri sambil celingak celinguk.
"Cari apa sih?"tanya Shandy keheranan melihat gelagat Ricky yang aneh.
"Ifi kemana bang?!"tanya Ricky panik.
Shandy yang tidak tahu apa pun menjadi bingung. Entah siapa dimaksud oleh Ricky.
"Emangnya Ifi tu siapa?"
"Keponakannya Zweitson, tadi nitipin ke kita, sekarang kemana?!"Ricky tampak frustrasi karena tak menemukan Ifi.
Ricky segera membangunkan Gilang dan Fenly. Keduanya pun terbangun. Masih berusaha mengumpulkan nyawa.
"Apaan sih Rick, gue masih ngantuk nih."gerutu Gilang tak terima di bangunkan.
"Ifi gak ada?!"
"Kok bisa? Bukannya tadi dia di sini bareng kita?"tanya Fenly ikut panik.
"Kan terakhir sama lo." Gilang ikut mengompori.
Ricky menarik rambutnya bingung kemudian berlarian ke sudut ruangan untuk mencari bayi itu.
"Kok bisa sih kalian teledor kayak gini!"Shandy ikutan gemas sendiri. Padahal tadinya dia ingin istirahat.
Akhirnya keempat penghuni kosan itu ikut mencari keberadaan bayi itu. Namun semua ruangan bahkan sampai mencari ke kolong meja pun Ifi tak ada.
"Kalo Ifi gak ada di semua ruangan berarti dia di culik?!"tebak Gilang.
Itu hal terburuk yang mungkin bisa terjadi namun mereka tidak bisa menyimpulkan sendiri.
"Gue yakin Ifi gak di culik!"ucap Ricky.
"Trus lo mau bilang bayi itu jalan sendiri gitu? Duduk aja masih belum bisa!"sangkal Gilang.
"Yang jelas kita harus kasih tau Zweitson dulu, siapa tahu bayi itu udah di ambil dia kan?"ucap Shandy mencoba menenangkan ketiganya yang mulai panik.
Ketiganya saling pandang kemudian mengangguk setuju. Akhirnya Fenly mencoba menelepon Zweitson.
"Kenapa bang? Ifi baik-baik aja,kan? Gue bentar lagi pulang kok."itu suara Zweitson kala sambungan telpon itu langsung diangkat.
"Di- dia baik-baik aja, nanti aja lo jemputnya ya. Soalnya Ifi lagi tidur."jawab Fenly bohong.
Kemudian Fenly memutuskan sambungan telpon itu.
"Kok lo bohong sih?!"protes Ricky.
"Kalian dengar,kan Ifi gak bareng Zweitson."
"Trus lo bohong kalo Ifi baik-baik aja? Padahal sekarang kita gak tahu bayi itu dimana."
"Kita hubungi polisi aja deh."saran Gilang.
"Masalahnya belum 24 jam, percuma juga. Sekarang kita coba cari dia dulu, siapa tahu masih ada di sekitar sini."ucap Shandy.
Ketiganya mengangguk setuju. Alhasil sore itu ketiganya sibuk mencari bahkan sampai ke jalanan komplek.
Dari arah berlawanan Zweitson berjalan bersama dengan Fajri dan Fiki menuju kosan para abang-abangnya. Kemudian mendadak bingung kala melihat keempat abangnya itu berjalan seperti mencari sesuatu.
"Lagi jalan-jalan sore ya bang?"tanya Zweitson pada Shandy. Kemudian beralih menatap Fenly.
"Ifinya mana bang? Gak di ajak?"
Fenly bingung harus jawab apa. Sementara Gilang dan Ricky tampak gelisah. Zweitson menangkap ada sesuatu yang tidak beres.
"Bang?"
"Ifi menghilang Son."jawab Fenly akhirnya.
"Beneran bang? Kok bisa?!"tanya Zweitson tak percaya. Fajri dan Fiki ikut kaget.
"Tadi kami ketiduran pas bangun Ifi udah gak ada."jelas Ricky menyesal.
Zweitson seperti mau menangis. Matilah dia kalau sampai tahu sama mamanya. Belum lagi Ifi cucu satu-satunya.
"Trus gimana bang?"
"Kita cari sama-sama dulu yah."ucap Shandy menenangkan.
Baru saja mereka memutuskan untuk mencari bayi itu dari arah depan terlihat Farhan sedang menggendong Ifi. Zweitson pun langsung berlarian ke arah Farhan kemudian mengambil Ifi dari tangan Farhan. Farhan yang tak tahu apa yang terjadi terlihat bingung.
"Aduh dek, kakak kira kamu bakalan ilang beneran."celoteh Zweitson pada Ifi sambil mencium kedua pipi tembem bayi itu.
"Kok Ifi bisa sama bang Farhan sih?!"tanya Fenly senang sekaligus kesal.
"Gue cuma ajak dia jalan-jalan doang kok, tadi pas gue sampe kosan trus liat tu bayi gemesin banget minta gue gendong."jelas Farhan tanpa salah.
"Ijin dulu napa bang?! Kami kira tu bayi ilang!"ucap Ricky kesal.
"Yaa lo semua tidur udah kayak kebo, makanya kalo ada bayi tu jagain yang benar!"malah Farhan yang menceramahi mereka. Sebenarnya dia iseng sih mau kasih pelajaran aja sama ketiganya.
Ketiganya tak membalas lagi memang mereka yang salah.
"Son, maafin kita gak jagain Ifi dengan baik."sesal Fenly.
"Gak kok bang, harusnya dari awal gue gak nitip Ifi. Gue malah yang mau terima kasih udah di repotin."ucap Zweitson di tengah tangisnya.
"Yaudah sebagai balasan Farhan udah bikin kita panik, malam ini lo traktir kami makan!"ucap Shandy seenaknya.
"Lha kok gue sih!"
***