18. MALAM KITA

779 121 8
                                    




Farhan menatap tajam satu persatu keenam pemuda itu. Semuanya menunduk tak berani membalas tatapan mengintemidasi dari Farhan.

Di sampingnya Shandy ikut merasakan suasana canggung ini. Berharap Farhan segera melunak.

Semuanya kaget kala Farhan menggeprak meja dengan keras.

"Ide siapa?"tanya Farhan menusuk.

Tak ada yang bersuara. Hingga geprakan kedua barulah semuanya menunjuk ke salah satu di antara mereka.

Farhan mengalihkan tatapannya pada Fajri. Si pembuat ide ini. Sementara Fajri melirik takut pada Farhan.

"Sini lo."panggil Farhan. Namun Fajri masih tetap diam di tempat.

"Gue bilang sini!"Suara Farhan naik satu oktaf.

"Lo mau apain dia?"tanya Shandy. Namun Farhan diam saja.

Fajri melangkah takut mendekati Farhan.

Farhan berdiri dan menghadap Fajri yang sudah terlihat pasrah.

"Maafin gue bang, serius gue gak tau bang Farhan takut gelap."ucap Fajri menyesal.

Keduanya masih berhadapan membuat yang lain penasaran apa yang akan dilakukan Farhan pada Fajri.

Suasana masih hening hingga Farhan tertawa. Menertawakan ekspresi ketakutan Fajri. Sementara Fajri menatap heran.

"Senang gue liat wajah lo kayak gini, kayak tikus kejepit!"ucap Farhan masih tertawa.

"Bang Farhan udah maafin gue?"tanya Fajri memastikan.

"Tadinya gue gak mau maafin lo, ya cuma gue pikir lagi, sepertinya gue harus maafin lo."

"Kok gitu?"

"Gue gak tega liat muka melas lo itu!"

Fajri mencoba senyum meski sedikit canggung. Yang lain menghela nafas lega.

Farhan meraih tubuh Fajri dan memeluknya sambil menepuk keras punggungnya.

"Sakit bang! Ini sih namanya balas dendam!"sewot Fajri.

"Biar tau rasa sakitnya kaki gue pas kesandung!"

Yang lain tertawa. Untungnya suasana kembali heboh seperti biasa.

"Maafin kami juga bang."ucap Fiki mewakili semua.

"Gue maafin kok."

Sebenarnya Farhan paling tidak bisa marah, cuma tadi memang keterlaluan. Biar begitu mana bisa dia marah pada mereka yang sudah dia anggap sebagai keluarga ini.

"Sekarang tiup lilinnya bang."pinta Zweitson yang sudah menyalakan lilin.

"Sama-sama deh."

Kedelapan pemuda itu meniup lilin lalu saling tepuk tangan dan memberikan selamat pada Farhan.

"Doa buat bang Farhan, semoga gak suka gombal lagi, gak mainin cewek lagi, trus---"

"Eh maaf ya, gue gak pernah mainin cewek!"sanggah Farhan memotong ucapan Fajri.

"Trus namanya apa kalo punya banyak kenalan cewek?"tuntut Fajri.

"Itu sih mereka aja yang mau gue deketin, secara gue ganteng gini."

"Halah, bilang aja modus!"

"Nih anak kurang ajar ya, padahal baru di maafin juga!"

Shandy hanya geleng-geleng melihat kelakuan keduanya.

"Kalo gue berharap bang Farhan selalu bahagia."

"Simpel amat doa lo Son."

"Gak papa yang pentingkan doa."

"Gak niat sih itu."

"Untuk Farhan, semoga makin dewasa, dan segera tobat."ucap Shandy serius. Namun yang lain sudah cekikikan. Farhan hanya tersenyum kecut.

"Potong kue dong!"pinta Gilang tak sabar.

"Sini biar gue aja." Fenly sudah memegang pisau kuenya. Dengan teliti Fenly membagikan kue itu beberapa potongan.

"Gue mau yang ada cerry nya!"ucap Zweitson.

"Nah ambil semua nih!" Ricky memberikan bagian kue yang ada cerry pada Zweitson. Anak itu kesenangan.

"Orang tua kalian gak marah ke sini?"tanya Farhan pada ketiga bocah yang sedang memakan kue dengan lahap.

Zweitson geleng-geleng. "Kami gak bilang sih."

"Hah?! Duh, ntar kalo ketauan kalian gak di rumah gimana?"

"Tenang bang, mereka gak bakalan bangun juga."ucap Fajri santai.

"Ya tetap kalian harusnya bilang dulu kalo mau ke sini."

"Ya lain kali deh."sesal Fajri.

"Nah trus nanti mau nginap atau pulang lagi?"

"Kayaknya pulang deh bang."

"Tapi udah jam 3 ini."

"Kalian gak takut ketemu setan lagi hm?"ledek Ricky.

"Jangan diingetin napa bang!"sewot Fajri.

Alhasil semuanya tertawa.

"Gue ada sesuatu buat lo."ucap Shandy sembari mengeluarkan kotak segi empat dari balik jaketnya.

Farhan mengambil kotak itu. Kemudian membukanya. Sebuah hoodie pink.

"Buat gue?"tanya Farhan sambil memperhatikan hoodie itu.

"Iyalah."

"Langsung pake bang!"pinta Fiki.

Farhan langsung memakai hoodie itu dan untungnya cocok di badannya.

"Keren dan lucu."ucap Zweitson tertawa.

"Kok warna pink Shan?"

"Kan lo suka warna cerah."

"Thanks ya."

Kemudian satu persatu memberikan hadiah untuk Farhan.

"Makasih banget, kalian udah mau buat kejutan ini buat gue, ya meski bikin kesal, tapi gue hargai itu."ucap Farhan terharu.

"Sama-sama."

Mereka pun menghabiskan malam dengan kehebohan.

Akhirnya Fiki, Fajri dan Zweitson tak jadi pulang karena ketiduran di sana.





***




Duh, gajelas bgt nih mereka😂😂😂

SATU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang