2. OH TERNYATA

1.7K 173 3
                                    



Gelar sarjana tak menjamin kehidupan setelahnya. Tak seperti kebanyakan para sarjana yang mudah mendapatkan pekerjaan setelah menyelesaikan studinya, ada beberapa yang mungkin masih bingung membawa gelar sarjana pada bidangnya bahkan gelar sarjana tak berarti apa-apa.

Mungkin Shandy satu diantara para pemilik gelar itu yang belum bisa menggunakan gelar di bidangnya. Terbukti sudah beberapa kali melamar ke berbagai perusahaan namun tak satu pun yang mau menerimanya. Hingga demi menopang hidup dia pun rela bekerja di sebuah Cafe salah satu milik teman kuliahnya dulu.

Shandy bukanlah seorang yang diberikan kelebihan harta mungkin saja cukup untuk memenuhi kehidupannya keluarganya. Sebagai anak sulung dari tiga bersaudara tentulah dia ingin membantu kedua orang tuanya.

Setelah berpamitan dengan rekan kerjanya, Shandy langsung bergegas menuju supermarket yang dekat dengan tempat kerjanya. Shif kerjanya berakhir pukul 19.00 wib. Hari ini hanya sedikit tamu yang berkunjung ke Cafe hingga dia tidak terlalu sibuk seperti biasanya.

Shandy mengambil beberapa sayuran yang dirasa cukup untuk mereka berlima. Kemudian beberapa mie instan dia masukan ke dalam troli. Untuk belanja bulanan seperti ini biasanya mereka bergantian membelinya dan tentunya dengan hasil patungan bersama.

Ketika ingin mengambil saos tanpa sengaja bahunya menyenggol bahu seseorang di sebelahnya.

"Maaf... eh Sandra." Shandy mengenali sosok itu. Perempuan bernama Sandra itu juga tampak takjub.

"Shandy."

"Gak nyangka bisa ketemu lo di sini."

Perempuan berambut sebahu itu tersenyum manis.

"Masih kerja di Cafe?"

"Iya, eh lo kapan pulangnya?"

"Seminggu yang lalu."

Keduanya mendorong troli itu bersama.

"Liburan?"tanya Shandy tanpa menatap.

"Gue udah pindah ke sini."

Shandy menghentikan jalannya kemudian menatap Sandra.

"Apa karena Farhan?"

Bukan tanpa alasan Shandy menyebutkan nama teman sekamarnya itu. Hanya Farhan memiliki cerita sendiri dengan perempuan di hadapannya ini. Selama kurang lebih 3 tahun mengenal Farhan, sedikitnya perjalanan hidup pemuda itu dia tahu. Termasuk soal asmara pemuda itu.

Sandra menghendikkan bahu.

"Mungkin juga, tapi gue pindah karena emang gak nyaman disana, ternyata gue merindukan Bandung."

Perlu diketahui Sandra sedang melanjutkan pendidikan S2 nya di Amerika. Sudah 2 tahun gadis itu meninggalkan tempat kelahirannya dan juga ceritanya. Shandy tahu pasti, gadis di dekatnya ini masih memiliki rasa cintanya. Keegoisan orang tua dan latar belakang keluarga yang menjadi alasan perpisahan keduanya.

"Gue masih di kosan yang dulu, lo boleh mampir kalo ada waktu."tawar Shandy.

"Dia masih disana?"

Shandy mengangguk. Dia tahu yang dimaksud oleh gadis itu.

"Jangan kasih tahu dulu kalo gue udah di sini, biar nanti gue yang temui dia langsung."

Shandy menghela nafas gusar. Bingung dengan posisinya sekarang. Bahkan dengan hatinya. Apakah dia sanggup menahan perasaannya seperti dulu?



***



Dari teras Shandy sudah bisa mendengar kehebohan yang diciptakan oleh penghuni kosan. Ketika memasuki ruang tengah dia mendapati Farhan, Gilang dan si bocah perusuh, Fajri sedang teriak dan berdebat tentang bola. Ketiganya bahkan tak sadar akan kehadirannya disana. Ketiganya sibuk berebut remote tv.

SATU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang