22. BUKAN JODOH

803 114 10
                                    

Jari Farhan mengetuk meja berkali-kali diiringi kedua lututnya yang sedari tadi tak berhenti bergerak dibawah meja menandakan kegelisahan.

Bukan tanpa alasan dia bertingkah seperti itu. Pasalnya sekarang dia dihadapkan pada seorang gadis yang dulu pernah mengisi sebagian hatinya.

Sekitar sejam yang lalu Farhan dan Sandra menghabiskan makanan yang dari awal mereka pesan. Saat makan pun keduanya tak berani membuka percakapan, hanya dentingan sendok dan garpu yang saling beradu.

Farhan tidak tahan lagi dengan suasana canggung yang tercipta. Padahal dia sudah menunggu Sandra untuk mengutarakan apa yang sebenarnya gadis itu ingin katakan.

Farhan berdeham sambil meluruskan duduknya.

"Jadi apa yang ingin lo katakan?"

Sandra tak lantas menjawab, gadis itu malah menatap Farhan cukup lama.

"Aku minta maaf."

Alis Farhan bertaut menggambarkan ketidakpahaman atas apa yang disampaikan Sandra.

"Minta maaf buat apa?"

"Sebenarnya aku....."

Sandra tampak gelisah di tempatnya. Gadis itu menghela nafasnya.

"Aku mau nikah."

Sebenarnya bukan hal yang aneh jika seorang Sandra ingin menikah tapi yang Farhan tahu Sandra belum terlihat punya kekasih lagi setelah dengannya dulu atau memang dia yang tak tahu?

"Jadi ini yang ingin lo sampaikan dulu?"

Sandra mengangguk sambil menatap Farhan dengan raut murung. Harusnya ketika seseorang memutuskan untuk menikah mereka akan senang?

"Sebenarnya aku di jodohkan dengan anak temannya papa. Aku masih ragu karena....."

"Lo masih berharap sama gue?"tebakan Farhan tepat terlihat dari perubahan raut wajah Sandra.

"Maaf San, gue udah bilangkan kalo gue gak pantas buat kasih lo kesempatan lagi, jadi gue harap lo gak menolak perjodohan itu."

Mata Sandra sudah berkaca-kaca. Jauh dari lubuk hatinya masih berharap Farhan akan menerimanya lagi.

"Apa sebegitu bencinya kamu sama aku?"tanya Sandra yang sebentar lagi ingin menangis.

"Gue gak benci sama lo, hanya kita gak bisa kayak dulu lagi. Percuma gue kasih lo kesempatan kalo pada akhirnya papa lo gak restuin kita."

Jauh dalam hatinya Farhan masih ada rasa dengan Sandra meski tak seperti dulu. Dia hanya tak ingin sesuatu hal yang dipaksakan. Cukuplah hubungan dia dan papanya yang tak baik, Farhan tak mau lagi jika merusak hubungan anak dengan ayahnya itu.

Ternyata Sandra sudah menangis dan Farhan tak bisa melakukan apapun. Bahkan sekedar untuk menghapus airmatanya.

"Gue harap lo bahagia San." hanya itu yang bisa Farhan katakan.

"Terima kasih kamu sudah mau bertemu dengan aku." Sandra mengelap airmatanya dan buru-buru beranjak dari tempat itu.

Farhan tahu sikapnya sudah keterlaluan dengan Sandra. Dia hanya tak ingin gadis itu menaruh harapan lebih padanya.

Menghela nafas berat Farhan menenggelamkan wajahnya pada meja.

Cinta pertama yang rumit dan gagal. Bahkan dia tak tahu setelah ini apakah dia bisa jatuh cinta lagi.

Sebuah tangan menepuk pundaknya, Farhan melihat si pelaku yang tak lain ialah Shandy. Pemuda itu meletakkan segelas air di meja. Kemudian duduk berhadapan dengan Farhan.

"Minum dulu deh."

Farhan meraih gelas itu dan meminum habis airnya tanpa sisa.

"Kalo mau ketawa jangan di tahan."ucap Farhan.

"Gue merasa gak ada yang perlu gue ketawain."

Shandy tahu Farhan sedang menyembunyikan kekecewaannya. Pemuda itu masih gengsi padanya.

"Semuanya udah berakhir Shan."

"Jangan bilang lo gak rela kalo Sandra mau nikah."

Farhan menggeleng.

"Gue merasa jadi pecundang, gue gak benar-benar ngejar cinta gue."

"Belum terlambat kok kalo lo mau berjuang."

Farhan menggeleng lagi. Dia hanya tak mau membuat perkara baru.

"Keputusan sudah dibuat dan gue harus jalanin itu."

"Dasar kepala batu."umpat Shandy.

"Jangan sok tegar, gue tahu lo sama kecewanya sama gue."

Pernyataan Farhan sukses membuat Shandy kaget membuat Farhan terkekeh.

"Lo suka sama Sandra, tapi gak berani ngungkapin. Sekarang siapa yang lebih kepala batu?"

"Lo.... Tahu?"

"Lo kira gue gak tahu perasaan lo ke Sandra kayak apa?"

Bukannya Shandy tak mau mengutarakan perasaannya dia hanya tak mau menjadi penyebab rusaknya hubungan seseorang terlebih Farhan adalah temannya sendiri.

"Kalo gue jadi lo, mungkin gue bakal ngelakuin hal yang sama."

"Dulu gue sempat mau nikung lo, hanya gue pikir lagi lo aja gak direstuin apalagi gue."

Keduanya sama-sama tertawa, namun detik selanjutnya kembali hening.

Suasana Cafe sudah sepi, para pengunjung sudah mulai pulang.

"Jadi sekarang lo mau apa?"Shandy memecah keheningan.

"Tenang bro, bukan Farhan kalo gak bisa dapatkan yang baru."ucap Farhan sok narsis alhasil serbet melayang ke wajahnya.

"Dasar fakboi cap micin!"

***

Apaan dah, maunya sok sendu tapi kayaknya gak cocok dg imej Farhan 😂

SATU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang