31. Reuni

171 35 12
                                    


Hallo, youn1t....
Udah lama banget gue nggak nyapa, wkwkwk
Cerita ini hampir lumutan, ya
Maapkeun, gue lagi fokus ke cerita lain, ya gitu deh. Namanya juga orang moodian, bisa lamaaaa

Yaudah, dari pada banyak cincong, langsung baca aja yaaa

Jangan lupa komen dan vote

Love u




"Bro, gue duluan!" Shandy pamit pada pekerja kafe lainnya. Kemudian melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan angka empat. Itu berarti ia hanya punya waktu satu jam untuk mempersiapkan semuanya.

Setelah naik ke motor, Shandy segera melajukan mesin motornya dengan kecepatan sedang meski ia harus cepat sampai kosan, tapi keselamatan tetap harus di utamakan.

Tak sampai setengah jam, laki-laki yang rambutnya udah panjang itu langsung menerobos kamarnya tanpa memedulikan teriakan Gilang yang sedang mencuci motor kesayangannya. Pemuda hitam manis itu akhirnya mendumel kala Shandy salah memarkirkan letak motornya.

"Ngapain sih, baru datang udah ngerusuh lo?" Farhan yang tengah menikmati bakso nampak terganggu dengan suara ribut yang dihasilkan Shandy di kamar.

"Han, gue pinjam kemeja lo dong!" Teriak Shandy dari dalam kamar.

"Yang pink mau gue cuci, Lo pake yang biru aja," sahut Farhan sambil memasukkan dua pentol bakso ke mulutnya. Karena masih panas, alhasil pemuda kribo itu mengibas mulutnya.

Untungnya Farhan sudah menelan pentolan bakso, sebelum ia melihat tampilan Shandy yang dikatakan 'wow' itu.

"Mau kemana lo? Rapi bener?"

Shandy yang sudah menuju pintu utama malah berbalik arah demi menyuap sesendok bakso milik Farhan.

"Gue mau ke acara reuni. Kemungkinan bakal pulang malam."

Sementara Farhan hanya ber'oh' saja menanggapi.

Kemarin grup chat nya sibuk membahas acara reuni. Shandy sebenarnya tidak mau ke sana, tapi teman-temannya yang lain malah mengompori. Bahkan mengancam pemuda itu bakal di jemput kalau sampai tidak menghadiri undangan.

"Beneran ini, kan tempatnya?" Shandy membaca chat grup yang menunjukkan tempat dimana teman-teman SMA nya akan berkumpul.

Setelah memarkirkan motornya, Shandy masuk ke dalam sebuah rumah yang tergolong besar tersebut.

"Shandy, kan?" Seorang laki-laki menepuk pundak Shandy.

"Iya, lo...." Shandy mencoba mengingat sosok pemuda jangkung itu. "Bastian? Yang gendut itu?"

"Iya."

"Kok lo bisa kurus gini sih?" Shandy jadi pangling akan perubahan temannya itu.

"Gue diet bro, berubah banget ya?"

Kalau saja tadi Shandy tidak mengingat tanda lahir di dekat telinga Bastian, mungkin ia tidak akan mengenal temannya itu.

"Btw, lo kayak dulu, cuma agak gondrong."

Shandy hanya menanggapi dengan senyuman. Inilah yang paling ia benci saat kegiatan reuni, pasti akan ada perbandingan dengan yang lainnya.

Kemudian Bastian mengajak Shandy untuk menemui teman mereka yang lain.

"Shandy, Bastian? Beneran kalian, kan?" Seorang wanita berdandan sedikit menor menghampiri keduanya.

"Feli?"

Wanita itu mengangguk.

"Wah, gue kira siapa. Lo beda banget tambah cantik."

"Makasih Bas, eh Shan lo kok tambah keren sih?"

"Makasih Fel."

"Btw, ini beneran rumahnya Bayu ya?"

"Iyalah, gue agak gak nyangka juga tadinya, padahal dulu dia kan sering naik ojek kalo ke sekolah."

"Itu namanya roda kehidupan dia lagi di atas, Fel," ucap Shandy sembari mengambil minum dari meja.

Dan kegiatan reuni itu pun berlangsung dengan semestinya. Shandy yang mencoba berbaur dengan teman-temannya dulu seketika menjadi sedikit asing dengan berbagai topik pembicaraan yang selalu membanggakan pekerjaan mereka. Ia yang hanya sebagai seorang pelayan di sebuah kafe menjadi sedikit risih dengan obrolan itu hingga Shandy memilih untuk memisahkan diri.

"Capek gak sih dengar semua obrolan yang saling membanggakan itu?"

Shandy menoleh ke sampingnya yang ternyata sudah berdiri seorang wanita berponi dan berkuncir.

"Lo siapa?"

Wanita itu menghadap Shandy sembari mengulurkan tangannya.

"Gue Karin, anak kelas C-3 yang dulu sempat suka sama Shandy Maulana."

Seketika Shandy dibuat terpaku pada sosok yang begitu manis dengan senyum yang kelewat ceria, apalagi bola mata itu terlihat sedikit jenaka.

Dengan gerakan sedikit kaku, Shandy menjabat tangan Karin yang terasa hangat.

"Lo beneran Karin yang...."

Karin mengangguk. "Iya, Karin yang cupu dan selalu ngejar lo, tapi sayangnya lo gak mau gue deketin."

Shandy tertelan ludah sendiri. Teringat dulu ia suka sekali membentak bahkan mengomeli Karin karena selalu mengekor kemanapun ia pergi.

"Sorry, gue dulu keterlaluan banget ya?"

"Gak, lo gak salah. Gue nyadar kalo dulu gue yang terlalu ambis sama lo."
Lalu ia terkekeh. "Lagi pula gue udah tau kalo lo udah punya pacar, kan?"

"Pacar? Gak, gue gak punya pacar."

Mata Karin membulat. "Lo udah putus sama Maya?"

Otak Shandy seketika kembali mencari informasi yang mungkin saja ia lewatkan sebab rasanya ia tidak pernah berpacaran dengan yang namanya Maya.

"Maya siapa?"

"Eh, bukannya lo pacaran sama Maya anak hits sekolah tetangga dulu?"

"Hah?" Shandy benar-benar terkejut.

"Kenapa?"

"Gue gak pernah pacaran sama yang namanya Maya."

Kali ini Karin yang kaget. "Kata Winda, lo udah nembak Maya dan diterima."

"Ngaco!" Shandy geleng kepala tak habis pikir. Ia menatap sebal ke arah Winda yang sedang tertawa bersama teman-temannya yang lain.

"Jadi gak benar?"

"Gak! Bisa-bisanya lo percaya ama tukang gosip kayak Winda."

"Ya gimana, lo juga gelagat gak mau di deketin dulu, mana galak banget."

Shandy terkekeh. Teringat dulu ia sangat risih jika di dekati cewek.

"Gue tuh cuma gak mau ada yang ngusik. Lagian mereka deketin gue ada maunya!"

Karin mengangguk mengerti. Shandy dulu sering di dekati cewek karna lumayan pintar, jadi mereka minta Shandy untuk mengajari mereka.

"Iya sih, tapi kalo gue, kan emang suka beneran gak ada maksud lain."

Seketika Shandy jadi malu sendiri karna baru kali ini ada wanita yang terlalu jujur dengan perasaannya.

"Kalo sekarang?" Niat Shandy hanya ingin bercanda, tapi jawaban dari Karin cukup membuatnya bungkam.

"Masih, rasa suka gue masih tersimpan di sini." Karin menunjuk dadanya.


***










Jangan lupa vote yaa ....

SATU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang