21. LO GAK PAPA?

903 113 4
                                    




Masih mendumel. Fiki kesal kenapa disaat dia mau istirahat mamanya malah nyuruh belanja di toko depan kompleknya.

"Bu, beli terasi udangnya dua ya."ucap Fiki setelah sampai di depan toko bu Mia.

"Eh tumben Fiki belanja ke sini, biasanya ke supermarket depan."jawab bu Mia sambil mengambil terasi udang.

"Lebih dekat sini bu."

"Ini terasinya." bu Mia memberikan terasi itu pada Fiki kemudian tampak meneliti. "Fiki tinggi ya sekarang, dulu pas bocah bantet."ucap bu Mia tanpa di saring dulu.

"Iyalah bu, kan saya tumbuhnya ke atas bukan ke samping."

Bu Mia tertawa. Setelah memberikan uang Fiki pergi dari toko itu.

Berjalan sambil menendang kerikil di jalan hingga dia teringat kalau hari ini dia ada janji untuk menemani Fajri ke rumah sakit.

Kemarin dia dapat kabar kalau bang Ridwan mengalami kecelakaan, tapi untungnya cedera yang dialami abang Fajri itu tidak serius. Hanya tulang kaki kanannya sedikit bergeser.

Fiki mempercepat langkahnya dia tidak mau sampai Fajri yang menunggunya.




***




"Ji lo bisa ambilin gue minum?"pinta bang Ridwan saat Fajri dan Fiki sudah sampai di ruangan itu.

Fajri pun memberikan gelas yang berisi air mineral itu pada Ridwan.

"Gue bilang juga apa, bang Ridwan kalo bawa motor jangan ngebut." Fajri sudah duduk di dekat Ridwan.

Ridwan tersenyum kemudian mengacak rambut hitam milik Fajri.

"Kalo gue gak ngebut pencopetnya gak bakal ke kejar dong."

Jadi ceritanya kemarin itu bang Ridwan sedang ngejar pencopet yang dengan paksa mengambil tas seorang ibu-ibu. Sebagai manusia dia tidak bisa membiarkan kejahatan lepas begitu saja.

"Bang Ridwan keren."ucap Fiki mengacungkan jempolnya.

"Lo Fiki kan?"

"Iya bang, masa udah lupa sih."

"Ya gue cuma pangling aja liat lo sekarang, dulu gak setinggi ini. Makan apa lo?"

Ya maklum bang Ridwan itu jarang ada di rumah karena sibuk dengan pekerjaannya lagi pula Fiki juga sudah lama tidak ke rumah mereka.

"Makan tiang bang."

Ridwan terkekeh. Dia tau Fiki sering gak serius kalo ngomong.

"Kemarin gue liat youtube, gak sengaja ada video kalian lagi nyanyi. Keren sih, kenapa gak coba rekaman aja."

"Itu cuma main-main aja kok bang."elak Fiki malu.

"Kalo kalian ada bakat mah jangan di pendem ntar bau."

"Kentut kali ah bang."

Mereka bertiga tertawa.

Nah, jadi bang Ridwan ini orangnya memang ramah seperti itu agak beda dengan bang Fauzan yang cenderung susah di dekati. Mungkin naluri si sulung yang selalu memberikan perhatian pada kedua adiknya itu.

Obrolan mereka terganggu kala seorang suster datang untuk memeriksa keadaan bang Ridwan.

Fajri dan Fiki pun sekalian pamit.




***




Fiki menunggu Fajri di parkiran. Tadi setelah keluar dari ruangan bang Ridwan, Fajri sakit perut trus izin ke toilet.

Sambil memainkan kunci motor Fiki melihat ke sekeliling rumah sakit. Matanya tak sengaja fokus pada sosok yang dia kenal.

"Bukannya itu si cempreng, ngapain dia di sini?"gumamnya sendiri.

Seorang gadis tampak berlari di Koridor rumah sakit hingga tanpa sengaja menabrak seorang laki-laki di depannya.

"Hobinya nabrak orang ya tu cewek." Fiki masih diam di tempat sambil menyaksikan adegan selanjutnya.

Gadis itu sepertinya meminta maaf tapi si laki-laki nampaknya tidak terima terlihat dari mulutnya yang bergerak beserta tangannya yang udah kemana-mana.

Melihat gelagat yang tidak baik Fiki segera menghampiri mereka.

"Makanya kalo jalan pake mata dong!"ucap laki-laki itu kesal.

"Maaf mas saya gak sengaja."Gadis itu tetunduk.

"Untung lo cewek kalo cowok udah gue pukul."ucap laki-laki itu sambil mendorong pundak si gadis hingga mundur ke belakang.

Fiki menahan bahu gadis itu supaya tidak kejengkang.

"Wah mas jangan kasar dong sama cewek, kan dia sudah minta maaf."bela Fiki yang sekarang sudah maju ke depan.

"Eh lo siapa, pacarnya? Makanya jagain cewek lo yang benar."ucap laki-laki itu hingga ponselnya bergetar dan mengalihkan sepenuhnya pada benda pipih itu.

Laki-laki itu pergi begitu saja. Fiki baru akan mengejar tapi lengannya sudah di tahan oleh si gadis.

"Gue gak papa kok, makasih ya."ucap si gadis.

"Lo juga sih larian kayak tadi, makanya jangan ceroboh."

"Maaf ya."

Fiki meneliti wajah si gadis itu. Wajahnya tampak kucel dengan mata sembab.

"Siapa yang sakit?"

"Ibu."

Entah dari mana datang perasaan bersalah harusnya dia tidak memarahi gadis itu.

"Gue minta maaf deh."

Gadis itu menatap Fiki tak percaya.

"Kenapa minta maaf?"

"Ya barusan gue udah bicara kasar sama lo."

Gadis itu menggeleng. "Fiki gak salah kok malah tadi belain gue."

"Woy Fik pulang yok!"teriak Fajri yang ternyata sudah melambaikan tangan di parkiran.

Fiki mengangguk.

"Yaudah gue pulang ya, dan untuk ibu lo semoga cepat sembuh."ucap Fiki sebelum beranjak namun berhenti kala gadis itu memanggilnya.

"Soal jaket lo besok gue bawa ke sekolah."




***




Masih ingat sama si cewek itu?

SATU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang