Entah sejak kapan kedelapan pemuda yang berbeda usia itu menjadi sangat akrab. Dulu, saat penghuni kosan itu hanya Shandy dan Farhan hubungan Fiki tidak terlalu sedekat sekarang. Paling hanya sebatas kenal lalu saja. Namun, sejak penghuni kosan itu bertambah personilnya. Fiki dan kedua sahabatnya itu sering sekali menghabiskan waktu bersama.
Bahkan bisa dikatakan tempat nongkrong ketiganya adalah di kosan para abang-abangnya itu.
"Coba tiap kalian datang ke sini bawa makanan kayak gini,kan kita jadi senang."celetuk Gilang sambil memakan martabak yang dibawa oleh Fiki.
"Abang yang senang kami yang kere."
Farhan tertawa. Bukan menertawakan obrolan Fiki dan Gilang tapi tayangan komedi yang dia tonton membuat Ricky yang disudut ruangan yang sedang mengaji jadi terusik.
Belum berapa menit berlalu Farhan kembali tertawa.
"Kayaknya bang Farhan lagi senang hari ini."ucap Fiki.
"Malah kebalikkannya Fik."bisik Gilang.
"Maksudnya bang?"
"Bang Farhan lagi galau sekarang, mantannya dulu kembali lagi."
Gilang mengaduh kala sebuah bantal mengenai kepalanya. Farhan yang melakukan itu.
"Jangan ngomong sembarangan lo!"
"Lah emang benar kan?"
"Gak usah ikut campur!" Kali ini Farhan kesal beneran.
Fiki jadi meringis memikirkan nasib Farhan yang miris karena satu kata yang kata orang bisa memutarbalikan kehidupan seseorang. Dia sendiri pun belum pernah merasakan itu. Dan kalau pun nanti dia jatuh cinta, maunya tidak serumit kisah cinta para abang-abangnya.
"Bang Ricky, gue bawa edisi terbarunya, mau baca gak?" Zweitson yang tadinya anteng baca komik langsung beranjak menemui Ricky yang baru selesai mengaji.
"Gila koleksi komik lo banyak juga."Ricky pun memperhatikan beberapa komik yang tadi dibawa Zweitson dari rumah.
Tingkah keduanya diperhatikan Fiki dan Gilang.
"Dasar maniak komik."umpat Gilang kemudian mengambil satu potong martabak keju itu.
Sementara Fenly tampak fokus dengan gitarnya sambil menulis sesuatu. Sepertinya sedang menciptakan sebuah lagu. Dan Shandy baru keluar dari dapur sambil membawa beberapa snack. Kemudian ikut duduk di samping Farhan.
"Dari tadi gue gak lihat Fajri, mana tuh teman lo satunya?"tanya Shandy.
"Ada bang, lagi telponan sama pacarnya diteras."jawab Fiki. Alhasil kelima abangnya kaget.
"Bocah itu punya pacar?"tanya Farhan tak percaya.
"Beneran?"sahut Gilang.
"Berani juga ya Fajri."celetuk Fenly.
"Duh bocah ya, masih sekolah juga. Yang namanya pacaran itu haram!"Kali ini Ricky memberikan ceramah.
"Kapan jadiannya?"tanya Shandy.
Fiki jadi bingung sendiri. Yang pacaran Fajri malah dia yang di interogasi.
"Nanti tanyakan ke Fajri aja bang."
Tak berapa lama Fajri muncul dan langsung di suguhi tatapan dari kelima abang-abangnya.
"Kok gue merasa jadi tersangka disini."ucapnya kemudian ingin pergi lagi namun kerah baju bagian belakangnya di tarik oleh Ricky.
"Mau kemana, lo punya hutang cerita dan nanti gue mau ngomong sama lo."
Fajri menghela nafas. Menyerah dia pun masuk dan duduk di sofa.
"Kata Fiki lo udah punya pacar?"tanya Shandy memulai interogasi.
"Wah ngadu ya lo."tunjuk Fajri.
Fiki menggeleng. Sementara Zweitson menertawakannya.
"Siapa namanya Ji?"tanya Farhan tertarik.
"Siska."
"Cantik gak?"
Alhasil Farhan diberikan tatapan tajam oleh Shandy.
"Ji, kalo gue gak melarang lo buat pacaran, cuma gue mau saranin, lo itu masih berstatus pelajar. Baiknya lo serius ke pendidikan dulu, takutnya kalo udah pacaran. Fokus lo terbagi dua dan itu bakal merusak nilai akademik lo."saran Shandy bijak.
"Tapi kalo menurut gue, lo mending gak usah pacaran. Laa takrobuzzina, jauhi zina karena--"
"Kan gue gak ngapa-ngapain bang."protes Fajri memotong ucapan Ricky.
"Dengerin dulu ustad Ricky."celetuk Gilang.
"Yah, intinya kalo lo udah pacaran lo udah meniti tangga pertama menuju zina. Mata, hati dan pikiran lo yang selalu memikirkannya itu zina."jelas Ricky membuat semuanya terkagum kagum. Sementara Fajri menghela nafas.
"Gue setuju sama Ricky, mending lo serius sama basket aja. Kejar mimpi lo."sahut Farhan kemudian merebahkan badannya sambil menatap tv.
"Trus gue harus putusin gitu?"
"Ya itu terserah lo, kami cuma memberi gambaran aja. Kalo untuk sekarang lo belum saatnya pacaran."kini Gilang menambahi.
"Udah putusin aja!"sahut Farhan lagi.
"Kok gue pernah dengar kata-kata itu ya."celetuk Gilang.
"Judul buku dari koleksinya Ricky, keren isinya, kalo lo baca pasti mau tobat lo."
"Emang bang Farhan udah baca?"
"Belum."
"Pantesan gak tobat juga!"sembur Gilang kesal.
Farhan hanya tertawa. Kembali menonton acara komedi.
"Gue bilang juga apa Ji, lo sembarang terima aja."sahut Fiki.
"Iya, lo aja gak tahu kan Siska itu kelas berapa."tambah Zweitson.
Benar, Fajri bahkan belum tahu gadis itu kelas berapa. Lihat keberadaan Siska di sekolah saja sangat jarang. Apa benar gadis itu salah satu siswi di sekolahnya?
"Lo pikirkan baik-baik ya."