17. SPECIAL FOR YOU BANG

799 127 4
                                    





Pukul 00.00 wib. Tiga pemuda menyelinap keluar dari rumah. Setelah ketiganya berhasil keluar, mereka langsung cekikikan di tengah jalan. Salah satu di antaranya memegang benda segi empat yang lumayan besar. Sementara yang satu seperti memperhatikan keadaan sekitar sambil menepuk lengan teman sebelahnya.

"Sepi banget nih komplek, mana lampunya remang-remang gini. Bulu kuduk gue jadi merinding."celoteh yang berkacamata.

"Ya iyalah, jam segini orang-orang udah pada tidur kali."sahut yang bertubuh tinggi.

"Eh Ji! Cepetan jalannya!"gesa Zweitson pada Fajri yang berjalan dengan hati-hati. Ketinggalan di belakang.

"Lo gak liat gue lagi pegang nih kue, ntar jatoh dimarahin bang Shandy!"gerutu Fajri.

"Sini biar gue aja yang bawain."ucap Fiki langsung mengambil kotak yang berisi kue itu dari Fajri.

Ketiganya kembali melanjutkan perjalanan menuju kosan para abang-abangnya.

Hingga ketiganya berhenti di tengah jalan. Dengan raut cemas melihat sesuatu yang bergerak di balik semak.

"Eh apaan tuh! Kok daunnya gerak gitu."ucap Zweitson sambil memegang ujung lengan kaos Fajri.

"Mungkin kucing."tebak Fajri. Padahal dia sama takutnya.

"Kita lanjut jalan aja deh!"usul Fiki. Ketiganya mengangguk setuju.

Berjalan hati-hati. Hingga ketiganya mengambil langkah seribu kala sesuatu keluar dari dalam semak itu.

"Setaaaaaaaan!"

Seekor anjing putih melihat heran pada ketiga pemuda yang sudah lari.




***



Shandy melihat jam dinding berkali-kali. Mondar mandir di ruang tengah dengan sesekali melihat ke jendela.

"Mereka belom datang juga?"tanya Ricky yang sudah mengambil tempat di samping Gilang yang sudah tertidur kembali. Padahal baru di bangunkan.

"Belom."

"Telpon aja bang."usul Fenly.

Shandy baru mau menelepon, tiba-tiba pintu diketuk dengan agresif.

"Bang, bukain pintunya!"

Shandy membuka pintu dan mendapatkan ketiga bocah itu dalam keadaan mengenaskan. Keringat dan nafas yang terburu.

"Kalian habis lomba lari?"tanya Shandy asal.

Belum ada yang menjawab, ketiganya sibuk mengatur nafas lalu duduk di sofa.

"Minum dulu deh."tawar Ricky sembari memberikan segelas air.

Fajri langsung meneguk air itu sampai habis.

"Tadi ada setan bang, serem banget!"ucap Zweitson bergidik ngeri.

Ricky dan Fenly malah tertawa.

"Makanya banyakin ibadah biar gak di ganggu setan!"ledek Ricky.

"Setan yang jaga komplek kali."sahut Fenly.

"Beneran ini, kalo gak percaya liat sana!"sahut Fajri sewot.

"Mana kue nya?"tanya Shandy tak menghiraukan apa yang di debatkan.

Fiki meletakkan kotak kue itu di meja.

"Lilinnya bawa?"

Fiki mengangguk lalu menyerahkan lilin berbentuk nomor 24 itu pada Shandy.

Yah, ketujuh pemuda itu sedang mempersiapkan kejutan untuk Farhan yang sedang berulang tahun. Sebenarnya baru tadi sore mereka merencanakannya, makanya serba mendadak seperti ini. Tapi mereka sudah bertekad memberikan sesuatu yang spesial untuk abang tertuanya itu.

Setelah sesi menghias kue selesai, ketujuhnya siap mengambil formasi yang sudah di sepakati.

Shandy mematikan semua lampu termasuk lampu kamar dimana Farhan sedang tertidur dengan lelap.

Sementara Fajri sudah siap dengan kain putih dan berdiri di dekat pintu kamar Farhan.

"Oke, siap ya."bisik Shandy.

Fajri mengetuk pintu kamar Farhan dengan keras. Mencoba membuat Farhan terbangun.

Sementara Farhan yang sedang bermimpi indah terganggu akan suara ketukkan.

Membuka mata dan mendapati keadaan yang serba gelap Farhan mencoba meraba ke sampingnya. Namun dia tak menemukan Shandy.

Dari kecil Farhan tidak suka dengan yang namanya gelap. Dia sudah panik di tempat tidur mencoba beranjak tapi kakinya tersandung sesuatu yang membuatnya jatuh.

"Awwwwww!"teriaknya.

"Shandy! Shan!"panggil Farhan keras. Namun hanya suaranya saja yang menggema.

Dia sudah panik. Keringat sudah membasahi tubuhnya. Berlari ke arah pintu dan membukanya.

Sedikit cahaya menampilkan sosok putih yang berdiri tak jauh dari pintu kamarnya. Hingga sadar akan sosok tersebut dia berlari ke sembarang arah hingga menabrak sofa.

"Huaaaaaaaaaaaaa setaaaaaaaaannn!"teriaknya takut kemudian berlindung di balik sofa.

Kemudian suara cekikikan terdengar. Farhan mengenali suara itu hingga lampu tengah pun dihidupkan.

"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday to Farhan."Suara merdu Shandy terdengar membuat Farhan mengalihkan pandangannya.

Farhan masih terpaku kala Shandy dan keenam adiknya itu muncul membawa sebuah kue yang sudah ada lilin di atasnya.

Shandy meletakkan kue itu di meja kemudian merangkul Farhan untuk berdiri.

"Happy birthday bro."ucap Shandy.

Farhan mendorong Shandy hingga pemuda itu hampir jatuh.

"Puas lo semua!"teriak Farhan marah.

"Kalian kira ini lucu hah?!"

"Han, kok lo marah?"tanya Shandy.

Sementara yang lain tak berani bersuara. Bahkan Zweitson menunduk takut. Dia belum pernah melihat Farhan marah seperti sekarang.

"Kalian kekanak-kanakan! Kalian kira gue suka di kejutin kayak gini?"

Shandy memegang pundak Farhan namun dengan cepat pemuda itu menyingkirkan tangan Shandy.

"Gue minta maaf ya."ucap Shandy.

Farhan hanya menatap kecewa pada semuanya. Kemudian tanpa kata kembali ke kamarnya.

"Bang kita gak tau bakal seperti ini, kita kira bang Farhan gak setakut itu."ucap Fiki menyesal.

"Gak apa-apa, nanti biar gue aja yang ngomong sama Farhan."ucap Shandy.

Shandy menyusul Farhan ke kamar mencoba menjelaskan semuanya. Sementara yang lain hanya diam menunggu Shandy kembali dan tentunya membawa kata maaf dari Farhan.




***




Hayoooo Farhan marah! Kira-kira di maafin gak yaaa😣






SATU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang