23. HUJAN

851 115 19
                                    

Assalamualaikum para youn1t....

Ada yg kangen gak dengan nih cerita????

Maafkeun saya yg udah lamaaaaaa gak update lagi, huhuhu

Faktor mood yg sering bikin saya malas ngelanjutin cerita, tapi kadang mood saya bisa kembali lagi jika banyak yg bacaaa dan like tulisan saya....

Dan lagi saya sedang sibuk dengan aktivitas dunia nyata saya.....

Berharap saat nih cerita update lagi masih ada yg setia baca dan vote meski nih cerita mungkin gak jelas...

Langsung check this out yaaa👇








Hari itu hujan sedang mengguyur bumi dari pagi hingga sore bahkan malam pun masih terdengar rintikan membuat suasana begitu dingin.

Namun sepertinya di kediaman kelima pemuda itu terasa begitu hangat. Bukan karena udaranya tapi karena kelima pemuda itu sedang menerima tiga tamu yang kadang tidak diinginkan kehadiran mereka.

Mereka suka gitu. Bilangnya gak suka jika Fiki dkk datang tapi saat ketiganya lewat seminggu saja gak mampir ke kosan para Abangnya malah ditanyai mulu.

"Jadinya mau bikin mie goreng atau rebus nih?" Zweitson sudah mau bersiap memasak mie yang mereka beli atas dasar patungan.

Jadi ceritanya Fiki dkk mau nginap di kosan Abangnya karena malam Minggu juga. Begitulah nasib jomblo, nongkrongnya sama teman.

"Mie rebus."

"Mie goreng."

Shandy dan Farhan menjawab bersamaan namun berbeda pilihan. Kemudian saling tatap.

"Mie goreng aja Shan."

Shandy menggeleng.

"Gue sukanya mie kuah."

"Lah gue sukanya mie goreng gimana sih." Farhan sudah mulai meninggi volume suaranya.

Ricky yang sangat tidak suka melihat perdebatan mulai mencoba menengahi keduanya.

"Gini aja deh, kita vote aja. Nanti suara yang terbanyak itu pilihan mie yang harus kita masak."

Tampak semuanya mengangguk setuju akan usulan Ricky.

"Yang mau mie rebus angkat tangan."

Ada Shandy, Fiki, Fenly dan zweitson. Sisanya sudah pasti memilih mie goreng termasuk Ricky sang tukang voting.

"Hasilnya sama nih, gimana?"

Ternyata voting itu tidak berguna sama sekali.

"Gue sih terserah aja, mau mie goreng atau rebus intinya sama-sama mie." Sahut Fenly.

"Kalo gue selagi bukan gue yang masak hayuk hayuk aja." Fajri menimpali.

"Gimana nih bang?" Tanya Ricky pada kedua tetua di sana yang mengawali perdebatan mereka.

"Gue ngikut aja la."

"Iya, gue juga."

Ricky bisa mengelus dada lega karena tidak ada perdebatan masalah makanan. Yah hidup bersama memang gitu, kadang sering beda pendapat tapi ingat lagi gak boleh egois dengan pendapat sendiri.

"Memangnya kalian beli Mie apa aja sih?" Ricky penasaran dengan isi kresek minimarket yang disinyalir adalah mie.

"Gak guna emang ya."ceplos Ricky kemudian langsung istighfar.

Sementara yang lain  melihat raut serta tindakan Ricky jadi penasaran juga.

"Kenapa Lo Rick?" Tanya Gilang mendekat ikut melihat.

"Ngapain juga pake ditanya mau masak mie goreng atau rebus, lha mereka belinya bubur instan."

"Serius Lo?" Farhan ikut mendekat memeriksa takutnya salah lihat, namun benar adanya isinya adalah bubur instan.

Sementara yang tukang beli Fiki dkk saling menyalahkan.

"Eh Lo Fik gak bisa bedain mana bubur mana mie ya?" Fajri menyenggol lengan Fiki.

"Gue tahu, cuma yang namanya mie instan kan emang rada susah bedain. Sama-sama instan."

"Tau gitu biar gue aja tadi yang beli." Sahut zweitson menyesal.

Tadinya mereka memang pergi bersama ke minimarket tapi Fajri dan zweitson sedang sibuk memilih Snack dan minuman soda sementara Fiki kebagian beli mienya.

"Gak jadi nih kita makan mie? Padahal cuaca mendukung banget nih." Sela Fenly agaknya sedikit kecewa.

"Gak papa kita makan bubur aja." 

"Maaf banget ya bang." Sesal Fiki dengan muka ditekuk.

Shandy menepuk pundak Fiki kemudian mengusap sedikit rambutnya.

"Lagian kapan lagi kita makan bubur ya gak?"

Beberapa dari mereka mengangguk, tentunya dari semua Abangnya yang memaklumi kepolosan seorang Fiki. Lagi pula anak itu besar badannya aja, umurnya dibawah ketujuh pemuda itu.

Akhirnya mereka menyantap bubur instan itu bersama diruang tengah sambil menonton tv. Di meja mereka pun sudah berserakan beberapa Snack dan minuman soda.

Sesekali ruang tengah itu sangat ribut karena beberapa diantaranya sering membuat lelucon atau sekedar tebakan gak jelas.

"Teman-teman gue mau ngomong sesuatu." Sela Ricky ditengah bercandaan mereka membuat atensinya mengarah pada pemuda berkaca mata itu.

Suasana menjadi hening hanya menyisakan suara rintik hujan yang tampaknya kembali deras.

"Lo mau ngomong apa Rick?" Tanya Shandy.

Yang lain juga terlihat serius menantikan pernyataan yang akan dikeluarkan oleh Ricky.

"Gue mungkin gak bisa bareng kalian lagi."

Ricky menyembunyikan raut kecewanya. Mencoba untuk tidak membuat suasana yang sempat tercipta menjadi hancur.

"Emang bang Ricky mau kemana?" Tanya zweitson.

"Gue harus pulang ke kampung halaman gue."

Sementara keempat penghuni kosan yang sudah seperti keluarga itu tampak kaget karena Ricky tidak pernah cerita tentang masalah kepergiannya ini.

"Lo ada masalah Rick? Kenapa gak pernah cerita ke kita sih! Apa Lo anggap kita semua gak penting buat Lo?" Gilang tampaknya terlanjur kecewa akan keputusan Ricky yang mendadak itu. Untungnya Fenly yang disebelah nya mencoba menenangkan.

"Maafin gue Lang, bukan maksud gue gitu. Hanya masalah gue ini hanya diri gue dan keluarga gue yang bisa selesaikan."

"Meski gitu harusnya Lo tetap harus cerita ke kita setidaknya Lo gak merasa beban Lo sendiri aja." Sahut Farhan yang sama kecewanya.

"Farhan benar, setidaknya kami bisa bantu secara moril." Timpal Shandy mencoba bersikap bijak.

Lagi dan lagi Ricky merasa sangat bersalah pada seluruh penghuni kosannya.

"Kalo boleh kami tau masalah bang Ricky apa?" Tanya Fajri ditengah keheningan namun derasnya hujan diluar sana.

"Bapak lagi sakit keras, sementara ibu gue gak bisa terus jagain bapak karena harus bekerja juga."

"Bukannya bang Ricky punya kakak ya?" Sela Fiki.

"Mereka sudah punya kehidupan masing-masing Fik, lagian satu-satunya anak yang bisa diandalkan itu cuma gue."

Semuanya tampak menghela nafas risau. Namun beberapa mencoba mencairkan kembali suasana yang cukup menguras emosi.

"Jika itu keputusan lo kami mendoakan semoga itu yang terbaik." Ucap Shandy pada akhirnya.

Dan kedelapan pemuda itu menghabiskan malam Minggu kelabu  dengan derasnya hujan.

***

Ricky mau pergi nih??? Rela gak???

Kira-kira Ricky jadi pergi ato gak???







SATU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang