32. Nothing to Doing

181 36 4
                                    

Pagi minggu memang saatnya untuk beristirahat. Kos tempat tinggalnya Farhan dkk masih terlihat sepi sebab para penghuninya masih betah berada di bawah selimut masing-masing, apalagi tadi malam habis hujan jadi udara sedikit lebih dingin dari biasanya. Namun, nyatanya Ricky yang sehabis sholat subuh tidak melanjutkan tidur malah sibuk mengetik sesuatu di laptopnya membuat Gilang yang numpang tidur di kasurnya terganggu mendengar bunyi ketikan.

"Rusuh banget sih pagi-pagi!"

Ricky hanya menoleh sekilas pada Gilang yang malah menyelimuti tubuhnya hingga kepala.

"Sesungguhnya tidur setelah subuh itu tidak baik."

Terdengar decakan Gilang di balik selimut. "Terserah deh pak ustad!"

Ricky hanya terkekeh lalu kembali fokus dengan laptop.

Sejam berlalu, tepatnya pukul delapan pagi, semua penghuni kosan di haruskan bangun untuk bersih-bersih. Meskipun kadang masih ada yg susah dibangunkan, pada akhirnya Shandy yang akan bertindak. Biasanya pemuda itu akan mengambil air dalam gayung lalu memercikannya pada si oknum sebelum benar-benar Shandy menyiramkan semua isinya.

"Gue baru tidur jam 3 pagi, sumpah masih ngantuk banget!"

Fenly menyampirkan handuk ke wajah Gilang yang tengah menguap. "Mandi sana biar gak ngantuk lagi, salah siapa main game sampe begadang!"

Fenly berlalu ke arah halaman depan. Bergegas untuk menyapu sebab sudah di penuhi hamparan dedaunan yang kering.

Gilang kembali berdecak. "Gabut gue, seminggu ini tugas kuliah ngantri udah kayak antrian mandi asrama!"

Gilang tidak tahu gerutunya malah memancing Ricky yang kebetulan lewat kembali memberikan ceramah.

"Astaghfirullah, bersyukur Gilang. Masih ada yang gak bisa kuliah kayak kita, di luar sana...."

"STOP! Udah ya Rick, gue udah cukup dengar kultum dari lo."

Sementara Ricky hanya mengelus dada kala Gilang malah berlalu meninggalkannya tak peduli.

Sinar matahari mulai bersinar semakin terang, kelima pemuda kosan sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Fenly dan Farhan yang kebagian bersih-bersih di sekitaran halaman nampak sudah berselonjor di tepi teras. Setelah membersihkan sampah di got-got dan membakarnya, keduanya memilih untuk beristirahat sejenak sebelum pergi mandi.

"Terharu gue, baru kali ini liat kosan kita bersih gini," ucap Farhan menatap kagum pada hasil kerjanya.

Fenly hanya terkekeh mendengarnya.
"Memang seharusnya begitu, kan Bang?"

"Iya sih, memang baguslah, daripada kita tiduran aja. Setidaknya waktu libur kita gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat."

Fenly mengangguk lalu matanya menangkap tukang es cendol lewat di seberang jalan.

"Bang, mau es cendol gak?"

"Mau dong."

"Yaudah, gue beli dulu."

Farhan merogoh saku celana trainingnya dan menemukan uang dua puluh ribu yang sudah lecek lalu memberikannya pada Fenly.

"Beli untuk yang lain juga."

"Oke bang." Fenly berlari menuju tukang es cendol.

Tak berapa lama, Fenly sudah datang dengan lima plastik es cendol. Dia membagikan pada ketiga penghuni lainnya sebelum kembali duduk di teras.

"Nikmat mana lagi yang kau dustakan," gumam Farhan kala meminum es cendolnya.

"Bang."

"Hm."

"Salah gak sih kita suka sama seseorang yang udah punya pacar?"

"Gak sih, kan perasaan gak bisa di atur semaunya. Kalo bisa mah, udah dari dulu gue milih buat gak suka sama Sandra." Lalu raut Farhan seketika berubah murung, tiba-tiba ia teringat cinta pertamanya itu yang mungkin sekarang sudah menjadi istri orang.

Fenly menepuk pundak Farhan. "Bang, masa lalu gak perlu di sesali cukup jadikan pelajaran aja."

Farhan menoleh dan ikut menepuk pundak Fenly. "Masa lalu juga bagian hidup kita Fen, tapi thanks ya atas kata-kata bijaknya." Detik berikutnya keduanya tertawa.

"Lo beneran suka sama pacar orang?"

"Iya Bang, benar kata bang Farhan, kalo aja kita bisa memilih pada siapa kita jatuh cinta, mungkin gue akan milih cewek yang masih jomblo."

Farhan terkekeh. "Hidup emang begitu, kadang lucu dan gak bisa di tebak."

"Iya sih, bang Farhan yang anak dari orang ternama saja milih tinggal di kosan sederhana kayak gini."

"Itu karena keputusan gue sendiri, Fen. Gue masih betah di sini bareng kalian."

"Cieee beneran nih Bang?" Tiba-tiba Gilang sudah ikut duduk di tengah keduanya. Setelah menyedot es cendol miliknya, ia merangkul kedua teman satu kosnya itu.

"Bau lo Lang! Mandi sana gih!" Usir Farhan sambil mendorong tubuh Gilang yang kaosnya sudah di penuhi keringat.

"Ini bau-bau kerja keras bang."

"Alah, tugas lo cuma ngepel doang!"

"Ngepel juga kerja Fen!"

Dan teriakan Shandy dari dalam rumah menyita perhatian ketiganya.

"SIAPA YANG MAU MANDI DULUAN!"

Alhasil ketiganya segera berlari masuk ke dalam rumah karena kamar mandi hanya ada satu. Dengan begitu saja kosan itu sudah kembali ramai.

***













Vote dong

SATU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang