Not A Wrong Bride || 05. Berdebat

22.4K 1.4K 18
                                    

Bonus up! Wajib kasih bintang pokoknya!♥️♥️
.
.

Pulang dari perjalanan yang katanya disebut honeymoon, Elena merasa begitu lelah. Satu minggu disana, hanya dua hari dimana Elena bisa menikmati liburannya. Setelah Reza membuatnya belajar mengenai bisnis, hari-hari selanjutnya diisi dengan menghadiri pertemuan dengan klien Reza. Agar Elena belajar lebih banyak katanya. Yang ada malah dirinya menjelma menjadi sekretaris dadakan karena sekretaris Reza harus pulang karena orangtuanya kecelakaan.

Meregangkan otot-otot tubuhnya, Elena menoleh ke kanan, melihat jam dinding yang menempel di tembok. "Udah malem ternyata," gumamnya seraya menguap. Sedikit malas ia beranjak dari ranjangnya. Berjalan agak sempoyongan ke kamar mandi.

Cklek

"LENA!"

"Hah?" Elena mengerjapkan matanya bingung. Kenapa Reza berteri- "ASTAGA!" segera ia berbalik dan membanting pintu kamar mandi. Jika saat di Jepang dia sudah melihat tubuh bagian atas Reza, sekarang... Argh!

"Gunanya kunci buat apa kalau nggak digunain?" dumel Elena seraya keluar dari kamar.

Penthouse milik Reza itu luas. Terdapat dua kamar, ruangan kerja Reza, dapur, ruang makan, ruang tamu, ruang keluarga, juga ruangan khusus olahraga. Balkonnya pun luas, cocok untuk bersantai menikmati sore hari sembari meminum kopi. Sayangnya Elena belum melakukan itu, dia bukan pengangguran.

Harusnya mereka berbeda kamar, tapi Reza melarang dengan alasan 'Nanti saya susah kalau mau nyuruh-nyuruh kamu'. Makanya karena kesal ia meminta bantuan ibu mertuanya untuk memanggilkan orang agar kamar Reza dirombak. Kalau sudah ibu Reza yang berkata, mana mungkin pria itu akan menolak. Jadi selama mereka di Jepang kamar Reza yang juga milik Elena sudah direnovasi. Tidak lagi monokrom. Tidak hanya itu, lebih dari setengah isi walk in closet juga baju-baju milik Elena. Sedangkan disisi lain kamar terdapat lemari kaca tinggi menjulang untuk memajang koleksi tas juga sepatu Elena. Jika Reza bisa membuatnya kesal, kenapa dia tidak?

"REZA!" teriakan Elena menggelegar. Ia yakin pria itu pasti mendengarnya tapi tak juga menyahut. "REZAAA!"

"Sepertinya kamu butuh les sopan santun pada suami," Reza masuk ke dapur dimana Elena tengah duduk di mini bar, menikmati secangkir kopi.

"Sebenernya aku sopan, cuma suamiku itu kamu jadi ilang deh sopannya," Elena menyahut tanpa beban. "Itu kulkas kayaknya di bersihin deh sama Mbak, tapi nggak diisi lagi. Heran deh, cuma ditinggal seminggu masa nggak ada apa-apa. Beli makanan sana, Za!"

"Kopi saya mana?" bukannya menjawab, Reza malah balik bertanya. "Kenapa tidak kamu saja yang turun beli makanan?"

Kadang Elena heran sendiri dengan Reza. Kadang pria itu bisa bersikap bersahabat kadang sebaliknya. Apa jangan-jangan Reza memiliki kepribadian ganda?

"Suami kan harusnya tanggung jawab sama istrinya, jadi kamu lah yang beli- eh kopi aku!" seru Elena tidak terima ketika Reza menyerobot cangkir kopinya yang tinggal setengah itu. "Nggak ada akhlak banget sih jadi orang!"

"Saya nyuruh kamu buatin kopi, tapi tidak kamu lakukan, ya sudah!" Reza ikut duduk di salah satu kursi kemudian menyesap kopi sisa Elena tanpa sungkan.

"Keluarga kamu emang suka nyerobot gitu ya? Galih juga gitu!"

Reza tersedak, hingga memukul dadanya karena tak kunjung reda. "Ingat dia suami orang!" serunya setelah batuknya reda.

"Apa kamu juga bilang gitu sama Vika dulu? Galih tunangan aku, tapi dia rebut gitu aja!"

"Jangan bahas itu Lena." tekan Reza memperingatkan.

Not A Wrong Bride (#4 Wiratama's)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang