BONUS UP!
Halo semua.... Setelah sekian lama gada bonus up, akhirnya aku kasih. Padahal sih belum punya draft sampe 1 part. Tapi gapapalah, nyenengin orang ye kan.
Btw guys, aku boleh minta banyak komen nggak sih walaupun nggak double up? Kayak, di setiap chapter-nya tuh komennya bisa sampe ratusan apalagi sampai jebol serebu. Bahagia akutuh liatnya.
Oke jangan lama-lama.
Happy Reading!
.
.
.Pekerjaan Elena tidak seberat biasanya. Jadwalnya pun sangat longgar. Hanya satu proyek yang ditanganinya itupun bersama Gibran. Sedangkan perusahaan diambil alih Reza sepenuhnya. Point plusnya ia jadi banyak waktu santai, point minusnya Reza jadi semakin sibuk. Terkadang jika dia merasa bosan, dia akan bermain ke kantor untuk membantu Reza. Terbiasa bekerja, membuat dia menjadi tidak nyaman jika tidak memiliki kegiatan.
"Ada restoran baru dibuka disekitar sini, mau mencoba?" mata Elena menyipit ketika menatap Gibran yang berdiri membelakangi matahari. Terik sinar matahari tidak membuatnya ingin cepat-cepat pulang, malah dia merasa seperti tengah berjemur. Aneh memang.
"Boleh."
Restoran bernuansa kekinian, tempatnya nyaman meski banyak orang berlalu lalang disini. Selain harga yang tengah diskon, rasa makanan juga tidak mengecewakan. Tak heran jika Elena sampai mencoba tiga jenis makanan berbeda.
"Kayra? Itu Kayra kan?"
Awalnya Gibran bingung, bahkan pria itu sudah menoleh kesana kemari untuk melihat orang yang dimaksud Elena. Ketika tangan Elena terangkat menunjuk televisi, barulah dia tahu kemudian ikut melihat walau hanya sekilas. Ternyata hanya sebuah berita tentang artis yang tidak begitu ia kenal.
"Tuduhan bullying sama fansnya? Yakali, gila aja yang buat berita. Orang Kayra kelihatannya baik gitu kok!" celoteh Elena sambil sesekali memasukan makanan kedalam mulut.
"Seseorang nggak bisa dinilai baik atau buruk dari covernya saja." Gibran menimpali. Walau dia tidak tahu bangak dengan orang yang dimaksud Elena, setidaknya dia tidak mengacuhkan kakak iparnya ini.
"Iya sih," sangat cepat Elena langsung menyetujuinya. Toh memang faktanya seperti itu, dia sendiri sudah bertemu lebih dari satu orang seperti itu. "Setiap orang punya sisi lain, setiap orang punya sisi baik dan buruk. Tergantung siapa yang melihat."
Jika dalam sekali lihat, orang-orang akan menilai Reza sebagai sosok berwibawa yang susah untuk didekati. Pria dingin minum ekspresi, yang sekarang sudah menunjukan sisi lain padanya. Pria yang suka memanjakan orang namun juga ingin dimanja. Ck! Hanya karena tidak sengaja memikirkannya, tiba-tiba saja dia merasa rindu.
"Tiffany masih ganggu lo sama bang Reza?"
"Emh, benar-benar nggak tahu malu!"
Alih-alih merasa iba, Gibran malah tertawa mendengar kekesalan Elena. Sejak ia meminta maaf, lalu keduanya disatukan dalam proyek yang sama, hubungan mereka membaik. Saat bersama Elena, ia merasa seperti bersama saudaranya sendiri. Membuat ia bebas untuk berekspresi.
"Lawan Helena aja lo bisa, masa Fany nggak mampu?"
Wajah Elena berubah sinis mendengar sindiran Gibran. "Mending lo dukung gue biar cepet."
"Mau gue bantu apa?"
Senyum manis Elena terukir. "Cari tahu ayah dari anak Fany, mantan suaminya nggak mengakui."
KAMU SEDANG MEMBACA
Not A Wrong Bride (#4 Wiratama's)
Romance[End] Gagal menikah, kehilangan kedua orangtuanya. Sebenarnya kesalahan apa yang telah ia perbuat sampai mendapat ujian bertubi-tubi? Tiba-tiba saja Reza datang, menawarkan sebuah pernikahan seolah hal itu hanyalah mainan. Saat ia berusaha menolak...